Berlatarbelakang pengisahan di masa yang akan datang dimana para manusia telah berevolusi menjadi sosok yang tidak lagi dapat merasakan berbagai gejolak emosi, Equals memulai pengisahannya ketika Silas (Nicholas Hoult) mulai merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Oleh tim medis, Silas kemudian divonis terkena epidemi Switched On Syndrome dimana para korbannya mulai dapat kembali merasakan berbagai rangsangan gejolak emosi dalam diri mereka. Karena penyakitnya masih berada pada stadium awal, Silas hanya diwajibkan untuk mengkonsumsi pengobatan yang telah diberikan serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara regular. Namun, oleh dorongan emosi yang kembali muncul dalam dirinya, Silas mulai merasakan hal-hal lain yang selama ini belum pernah ia rasakan, termasuk jatuh cinta. Silas mulai memberikan perhatian lebih pada sosok Nia (Kristen Stewart) yang ternyata juga merupakan penderita Switched On Syndrome namun tidak pernah melaporkannya pada tim medis. Silas dan Nia mulai merasakan kedekatan antara hubungan mereka dan jatuh cinta satu sama lain – suatu perbuatan yang oleh pemerintah dianggap sebagai sebuah perbuatan melanggar hukum yang fatal dan dapat diberikan sanksi hukuman berat.
Diarahkan oleh Drake Doremus (Like Crazy, 2011) – yang untuk pertama kali dalam catatan filmografinya mengarahkan film yang naskah ceritanya ditulis oleh orang lain, Equals yang berlatarbelakang kisah di masa yang akan datang menyimpan begitu banyak simbolisme tentang jalinan sosial masyarakat yang terbentuk pada masa sekarang. Sebuah ide yang cukup besar dan, sebenarnya, telah mampu dipaparkan dengan cukup baik oleh Doremus. Sayangnya, dalam durasi penceritaan yang mencapai 101 menit, naskah cerita arahan Nathan Parker (Moon, 2009) masih terasa menyisakan begitu banyak ruang yang gagal untuk dikisahkan dengan lebih mendalam. Naskah cerita Parker memberikan fokus yang (terlalu) besar pada proses terbentuknya jalinan hubungan antara kedua karakter utamanya sehingga seringkali meninggalkan konflik maupun karakter maupun lingkungan lain yang berada di sekitar mereka. Hal ini yang kemudian membuat paruh kedua penceritaan Equals terasa repetitif dan gagal berkembang dengan lebih sempurna setelah paruh penceritaan pertama yang cukup provokatif.
Minimnya pengembangan konflik dan karakter juga yang membuat sebagian besar karakter dan konflik minor dalam jalan cerita Equals terabaikan begitu saja. Penonton sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam dunia tempat dua karakter utama berada, pemerintahan yang menjalankan dunia tersebut maupun karakter-karakter pendukung seperti Jonas (Guy Pearce) atau Bess (Jacki Weaver) yang selalu berada di sekitar dua karakter utama film. Meskipun begitu, arahan Doremus setidaknya mampu membuat Equals berjalan dengan cukup baik. Kualitas tata produksi film – mulai dari tata kostum hingga desain produksi untuk menggambarkan dunia masa depan dimana Equals berada – tampil dalam kualitas yang memuaskan. Dihadirkan dengan ritme penceritaan yang sederhana, penonton mungkin akan membutuhkan beberapa saat untuk dapat menyelami Equals dan dunianya. Namun, seiring dengan berjalannya durasi, Doremus mampu menghadirkan pengisahan yang menarik, khususnya dari sisi emosional film yang secara perlahan tersaji dengan keintiman yang mengikat.
Dan keintiman yang tersaji secara kuat dalam Equals jelas hadir berkat dukungan kuat chemistry yang terjalin erat antara dua pemeran utamanya, Hoult dan Stewart. Dengan latarbelakang kisah mengenai dunia yang hadir tanpa adanya sentuhan emosi, baik Hoult dan Stewart mungkin terasa dapat menjalankan peran mereka dengan mudah. Meskipun begitu, jalinan hubungan yang begitu erat antara keduanyalah yang membuat Equals begitu hidup. Hoult dan Stewart sama-sama menampilkan penampilan akting yang prima untuk karakter mereka namun ketika hubungan romansa mereka disajikan dalam jalan cerita Equals, film ini sukses untuk menghantarkan aliran emosional yang kuat.
Rating :