Apakah kamu termasuk penonton yang membutuhkan sapu tangan untuk menyeka cucuran air mata saat menyaksikan Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, atau paling baru,Assalamualaikum Beijing, di layar bioskop? Lebih mendalam lagi, apakah kamu termasuk penonton yang menggandrungi tontonan melodrama dewasa dengan tuturan kisah seputar lika-liku kehidupan pernikahan? Jika kamu memberikan jawaban ya, bahkan mengharap adanya tontonan serupa, maka film terbaru produksi MD Pictures yang diangkat dari novel rekaan Asma Nadia, Surga Yang Tak Dirindukan, ini kemungkinan besar tidak akan mengalami kesulitan untuk merebut hatimu. Tapi jika tidak, well... mungkin membutuhkan perjuangan lebih untuk menyukainya. Problematika yang dikedepankan pun tidak jauh-jauh dari mengarungi bahtera rumah tangga yang sekali ini dihadang ombak besar berwujud poligami dengan premis yang sekaligus menjadi pertanyaan kunci untuk dihadapkan pada penonton, “apakah mungkin bersikap adil, sabar, serta ikhlas dalam sebuah rumah tangga yang di dalamnya terdapat lebih dari satu istri? Bisakah pernikahan harmonis dicapai saat sang suami berpoligami?.”
Bagi Arini (Laudya Cynthia Bella), kehidupan pernikahannya bak dongeng yang menjadi kenyataan. Memiliki Pras (Fedi Nuril) yang penuh cinta kasih, dikaruniai momongan menggemaskan, dan secara finansial pun serba tercukupi. Apa lagi yang kurang? Dengan mengabdikan diri sebagai seorang istri serta ibu yang baik, harapan yang digenggam oleh Arini hanya satu, rumah tangganya bersama Pras akan menjadi surga yang dirindukan oleh banyak orang. Tapi ya, tentu saja semuanya tidak berlangsung dengan mulus terlebih saat seorang perempuan bernama Mei Rose (Raline Shah) mendadak hadir di tengah-tengah Arini dan Pras. Mencoba untuk bunuh diri karena serangkaian ketidakberuntungan yang menimpa hidupnya, Mei Rose diselamatkan oleh Pras yang berjanji akan memberinya kebahagiaan dengan menikahi dan membesarkan putranya. Keduanya lantas membina rumah tangga secara diam-diam tanpa diketahui Arini. Mencium adanya perubahan-perubahan tidak wajar dalam diri sang suami, Arini mulai menaruh curiga dan mencoba menelusuri kebenaran. Alangkah hancurnya Arini tatkala mendapati Pras yang selama ini diagungkannya sebagai suami setia ternyata mengkhianati janjinya.
Sejatinya, Surga Yang Tak Dirindukan tak lebih dari sekadar film drama reliji formulaik yang tersusun dari guliran pengisahan rancangan Alim Sudio yang mudah diterka muaranya (well, ada pasangan bahagia, lalu sederet cobaan tak berkesudahan mendera keduanya, dan entah bagaimanapun caranya kebahagiaan kembali menyambangi di ujung kisah) dan iringan skoring musik cenderung berlebihan gubahan Tya Subiakto guna memancing penonton mengeluarkan air matanya. Jika kamu khatam sederet tontonan tearjerkerproduksi MD Pictures, Surga Yang Tak Dirindukan bisa dikatakan memiliki pola serupa. Ya, kesegaran memang sesuatu yang tidak bisa kamu dapatkan dengan mudah disini mengingat trik dipergunakan si pembuat film, Kuntz Agus (Republik Twitter), hanyalah pengulangan yang sudah-sudah tanpa ada inovasi berarti membuat film menjauhi kesan istimewa. Errr...apakah keklisean ini membuat Surga Yang Tak Dirindukan menjadi gelaran buruk nan membosankan? Tidak juga. Untungnya, berkat amunisi yang dipersiapkan oleh Ipung Rachmat Syaiful lewat bingkaian gambar cantik dan lakon kuat jajaran pemain, Surga Yang Tak Dirindukan berhasil sedikit mengangkasa. Paling tidak, masih merasakan adanya emosi di dalamnya.
Kelihaian para bintangnya dalam memainkan peran ini sedikit banyak berkontribusi terhadap tumbuhnya emosi pada film. Sekalipun Fedi Nuril dan Raline Shah seringkali hit-and-miss saat menginterpretasikan peran mereka, Laudya Cynthia Bella benar-benar menunjukkan taringnya disini. Kebahagiaannya, kegelisahannya, kekecewaannya, keterpurukannya, ketegarannya dan keikhlasannya dipaparkan melalui permainan air muka yang sungguh layak diacungi dua jempol. Kecemerlangannya dalam berolah peran ini menempatkan sosok Arini sebagai sosok yang mudah dicintai oleh penonton terlebih Arini juga tidak digambarkan sepenuhnya berhati malaikat. Apiknya performa Laudya Cynthia Bella ini memperoleh sokongan pula dari Tanta Ginting dan Kemal Palevi yang menunjukkan chemistry meyakinkan sebagai sahabat yang kerap berselisih paham. Keduanya mencairkan suasana dengan memberi tawa canda dalam takaran mencukupi ditengah-tengah hentakan konflik tanpa pernah sekalipun mendistraksi. Kebolehan dalam berakting para pemain inilah yang kemudian membuat emosi dalam Surga Yang Tak Dirindukan berasa bergejolak. Walau mungkin akan mengalami sedikit hambatan untuk menjangkau mereka yang tidak menggemari tontonan reliji, Surga Yang Tak Dirindukansetidaknya akan sanggup membahagiakan para pecinta film melodrama mengingat emosi telah dikocok sedemikian rupa semenjak menit-menit awal.