Feature


Sabtu, 31 Desember 2016 - 21:13:28 WIB
10 Film Indonesia Terbaik 2016
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 6299 kali

Tidak terasa tahun 2016 sudah berada di ujungnya dan 2017 pun sudah di ambang mata. Dalam setahun terakhir ini sepertinya perfilman Indonesia menunjukkan gelagat yang menggembirakan. Setidaknya dari sisi komersial, karena sejauh ini 9 dari 10 film terlaris tahun ini sukses menembus angka keramat 1 juta penonton, sementara 4 teratas mampu meraup di atas 2 juta lebih. Berbeda jauh dengan tahun 2015, dimana hanya ada 3 film yang tembus angka 1 juta penonton dan itupun tidak lebih dari marka tersebut.

Masih dari segi pendapatan, bahkan 2016 berhasil melahirkan film Indonesia terlaris sepanjang masa, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, dengan jumlah penonton fantastis; 6.858.616 orang!

Rekor Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 sukses sendiri pun sukses mendobrak prestasi Ada Apa Dengan Cinta 2 dan My Stupid Boss, yang sebelumnya memimpin daftar film terlaris dengan jumlah penonton di atas 3 juta orang.

Deret angka panjang yang diraih film-film di atas bisa jadi memberi indikasi jika sebenarnya pangsa pasar penonton Indonesia itu memang besar, jika saja disasar dengan film yang tepat dan memiliki teknik promosi yang baik.

warkop-dki

Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1

Sebenarnya jika menilik daftar 10 film terlaris ini, kita bisa menarik asumsi jika pada dasarnya selera penonton film Indonesia masih belum bergerak jauh dari kurang lebih 15 tahun terakhir ini. Dengan pengecualian Headshot (#10) yang bergenre aksi, Hangout (#8) dengan horor-komedinya, atau Comic 8: Casino King Part 2 (#6) yang bercorak aksi-komedi, secara umum komedi, drama, baik melodrama atau romansa, masih menjadi menu utama.

Sepanjang tahun 2016 ini telah beredar sebanyak kurang lebih 123 film (sebagaimana data dari filmindonesia.or.id). Sedikit lebih banyak dibandingkan 121 judul yang beredar di tahun 2015. Hanya saja, secara variasi genre belum ada perbedaan yang signifikan. Jadi, meski secara kuantitas menunjukkan peningkatan, secara kualitas mungkin masih bisa didiskusikan lebih jauh.

Terlepas dari itu, Flick Magazine telah memilih 10 judul film Indonesia yang dianggap sebagai terbaik untuk tahun 2016. Film-film ini secara genre memang masih belum bergerak dari "zona aman" film Indonesia, tapi film-film ini selain memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan, juga menawarkan sesuatu yang berbeda, entah dari plot/tema/artistik, dibandingkan rekan-rekannya. Mungkin tidak semua memiliki "prestasi" di tangga box office, namun bukan berarti mereka kalah mencorong dalam memberikan sebuah pengalaman sinematis cemerlang.

Jadi, tanpa banyak berbasa-basi lagi, inilah 10 Film Indonesia Terbaik 2016 versi Flick Magazine:

1. Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara

aisyah-biarkan-kami-bersaudara

Dihantarkan elegan tanpa terlihat kelewat bernafsu untuk mengkhotbahi penonton menjadikan Aisyah BKB terasa begitu indah, hangat, menyentuh sekaligus penting. Aisyah BKB adalah film reliji. Itu betul. Tapi dia bukanlah film reliji konvensional yang hanya mempergunjingkan isu personal satu agama saja melainkan cenderung universal seolah-olah ingin mengingatkan bahwa Indonesia bukan cuma ada Islam. Topik pembahasan utama di film arahan Herwin Novianto (Tanah Surga... katanya, Jagad x Code) ini mengenai toleransi antar umat beragama. Si pembuat film mencoba menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih indah ketimbang cinta dan kasih.  Full review.


2. Athirah

athirah

Dalam menafsirkan ulang kisah Athirah, ibunda dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, ke bahasa gambar gerak Riri sebisa mungkin tidak ingin terkungkung pada pakem film biografi, poligami, maupun religi yang jamak diaplikasikan oleh mayoritas sineas dalam negeri. Biografi condong ke arah glorifikasi, poligami identik dengan isak tangis tak berkesudahan, dan religi sekadar untuk alat hias belaka. Riri mencoba memberi warna lain lewat penuturan lebih puitis nan elegan dalam Athirah sehingga sulit disangkal memberikan kesegaran tersendiri bagi film yang sejatinya mengusung tema usang ini. Full review.


3. A Copy of My Mind

a-copy-of-my-mind

Sinematografinya tak saja jadi ikut terpancar manis, tapi juga membantu mengantarkan rasa yang ingin disampaikan oleh si pembuat film. Seperti bangunan asmara yang ditampilkan sederhana, gambar-gambarnya A Copy of My Mind juga dibiarkan mengikuti keadaan aslinya. Jakarta yang bising, kotor, sesak, dan kacau tapi dipertontonkan dengan bingkai yang indah. Real tapi juga sedap dipandang. Kesemrawutan kota yang seringkali dimanfaatkan sebagai latar kemudian menciptakan warna tersendiri untuk A Copy of My Mind, layaknya balkon tempat Sari dan Alek biasa memadu kasih, background-nya hanya berhias untaian kabel listrik yang bergelantungan tak beraturan. Terkesan seadanya, tapi itulah yang ingin diperlihatkan Joko di film ini, kisah cinta yang organik, gambar-gambarnya pun tak dibubuhkan pemanis sintetis tetapi dibiarkan tampil alami. Full review.


4. Ada Apa Dengan Cinta 2

ada-apa-dengan-cinta-2

AADC 2 memang bukanlah film yang sempurna, tapi sebagai sekuel, setidaknya Riri Riza mengenal betul apa yang sedang dibuatnya, dan dia pun tahu caranya bersenang-senang. Ketidaksempurnaan seolah bersembunyi, yang tampak kemudian hanyalah film menyenangkan, sebuah sekuel yang tidak egois dan berambisi ingin lebih unggul dari predesesornya. AADC 2 hanya ingin berbagi kisah yang selama ini dipendam sendiri, tersimpan dalam kotak kardus, bertumpuk bareng dengan kenangan dan gambar dari masa lalu. Akan ada yang pahit ketika AADC 2 bercerita, tetapi kisah manisnya punya porsi yang lebih, dosisnya cukup untuk nantinya membuat kita tersenyum-senyum sendiri, layaknya Cinta yang tidak bisa menutupi gembiranya bertemu dengan Rangga. Full review.


5. Surat Dari Praha

surat-dari-praha

Saat bicara cinta, Surat Dari Praha pun tidak “bawel”, terkadang dilagukan, sesekali diwakili dentingan piano, atau hanya tatapan dan raut wajah yang apa adanya. Tetapi kita tahu, Surat Dari Praha dengan bahasanya yang sederhana sedang ingin utarakan cinta. Julie dan Tio mengutarakannya dengan mempesona, kita dibuat jatuh cinta dengan mereka, jatuh cinta dengan Surat Dari Praha. Mengesankan! Full review.


6. Hangout

hangout

Dika’s direction grows up nicely on this movieHangout tidak hanya sekedar menjadi ajang eksperimen bagi Dika untuk mencoba sebuah sentuhan baru bagi warna komedi yang telah begitu melekat dalam dirinya. Film ini jelas menunjukkan bahwa pengarahan Dika telah lebih mendewasa, baik dari caranya dalam menuturkan kisah yang ingin ia sampaikan atau pengaturan ritme cerita yang mampu membuat kisah tersebut tampil dengan emosi yang kuat. Sebagai sebuah thriller,Hangout bekerja dengan sangat, sangat baik. Dika mampu membentuk dan membangun atmosfer pengisahan Hangout layaknya misteri whodunit yang berjalan dalam buku-buku Agatha Christie. Full review.


7. 3 Srikandi

3-srikandi

Memuaskan adalah kata pertama yang terlintas di benak selepas menyaksikan rekonstruksi dari kisah perjuangan para srikandi guna mencapai mimpi mereka dalam membawa pulang medali di Olimpiade. Ada banyak rasa dihantarkan selama durasi mengalun yang dilontarkan oleh perasaan bersemangat di menit-menit pertama. Berbagai macam emosi hadir silih berganti. Entah itu tergugah semangat melihat upaya penuh kesungguhan para srikandi untuk mewujudkan cita-cita mereka, tertawa-tawa menyimak interaksi kocak ketiga atlet bersama sang pelatih, sampai tersentuh yang mencuat dari beberapa momen salah satunya menyaksikan luapan tangis bahagia para tokoh sentral begitu misi mereka sanggup terlaksana. Emosi-emosi tersebut mencuat sebagai hasil dari kombinasi ciamiknya olah peran, pengarahan, dan naskah yang mendapat tumpuan juga dari departemen teknis; tata busana, rias, artistik, sampai pemilihan lagu-lagu pengiring, yang tertata cukup detil sehingga nuansa 80-an terpancarkan. Full review.


8. Cinta Laki-Laki Biasa

cinta-laki-laki-biasa

Judul film ini mungkin akan membuat beberapa orang lantas memandang sebelah mata. Atau malah premis yang dijual tentang kisah cinta segitiga dalam balutan nuansa reliji yang, harus diakui, telah terlalu sering “dieksploitasi” oleh banyak pembuat film Indonesia. Namun, jika Anda mampu melepas segala prasangka dan memberikan film ini sebuah kesempatan, Cinta Laki-Laki Biasa adalah sebuah drama romansa yang tergarap dengan cukup baik, mulai dari penataan naskah dan ritme penceritaan hinggachemistry yang terasa begitu hangat dan meyakinkan antara dua bintang utamanya, Deva Mahenra dan Velove Vexia. Full review.


9. Shy Shy Cat

shy-shy-cat

Berbincang soal komedi, pendefinisian paling tepat bagi Shy Shy Cat adalah heboh, norak serta luar biasa konyol – semuanya in a good way. Ya, bom tawanya tidak serta meledak beberapa menit seusai film lepas landas, namun setahap demi setahap dan berangsur tidak terkontrol semenjak Mira beserta rombongan menginjakkan kaki di Desa Sindang Barang. Guyonan-guyonannya bercita rasa ‘liar’ dengan kebanyakan berhasil mengenai target yang disasar berkat lakonan ajaib pula dari barisan pemainnya. Diantara ensemble cast-nya yang rata-rata bermain sangat baik seperti Nirina Zubir, Soleh Solihun, serta Titi Kamal, dua pelakon paling bertanggung jawab atas meledaknya riuh tawa penonton adalah Tika Bravani dan Acha Septriasa. Full review.


10. Ada Cinta Di SMA

ada-cinta-di-sma

Dilingkungi sikap suudzon bahwa ini hanyalah film remaja menjemukan nan menjengkelkan lainnya, Ada Cinta di SMA nyatanya justru membawa kejutan besar bagi mereka yang telah meremehkannya. Manis, menggemaskan, dan menghibur, ini adalah film yang akan membuat para penontonnya tersenyam-senyum bahagia sepanjang menontonnya. Ada Cinta di SMA adalah film yang simple, betul. Tapi ini bukan film yang remeh temeh mengingat penggarapannya matang. Tengok saja dari skrip yang mengakomodir tumbuh berkembangnya karakter dan konflik dalam film. Full review.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.