Review

Info
Studio : Herrick Entertainment/Mandalay Vision
Genre : Horror
Director : Brad Anderson
Producer : Norton Herrick, Tove Christensen, Celine Rattray
Starring : Hayden Christensen, Thandie Newton, John Leguizamo, Jacob Latimore

Sabtu, 23 Juli 2011 - 18:44:56 WIB
Flick Review : Vanishing on 7th Street
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 6670 kali


Anda tahu apa yang paling mengerikan dari Vanishing on 7th Street? Tidak ada, selain fakta bahwa Anda akan menghabiskan waktu 90 menit dari hidup Anda untuk merasakan horor semacam apa yang coba dihantarkan oleh sutradara Brad Anderson (Transsiberian, 2008) namun kemudian menyadari bahwa jalan cerita yang Anda saksikan dipenuhi dengan berbagai hal klise dari sebuah film horor yang tidak dapat dieksekusi dengan baik dan kemudian menghasilkan sebuah rasa kejemuan luar biasa. Bukan kesalahan Anderson sepenuhnya. Naskah yang ditulis oleh Anthony Jaswinski ini mungkin memiliki premis yang cukup menjanjikan di atas kertas. Namun lebih dari itu, Jaswinski sepertinya tidak tahu bagaimana cara untuk mengembangkan premis yang menjanjikan tersebut.

Vanishing on 7th Street mengisahkan mengenai keadaan Bumi yang pada suatu hari berubah menjadi sebuah lokasi yang penuh kekelaman ketika seluruh umat manusia secara misterius menghilang. Tidak hanya itu, kegelapan mulai menghantui ketika seluruh sumber listrik rusak dan sinar matahari sepertinya terus menerus melambat dalam menggapaikan cahayanya ke permukaan Bumi. Di sebuah sudut kota, empat manusia kemudian tersadar bahwa mereka mungkin adalah empat orang terakhir yang masih dapat menyatakan bahwa diri mereka masih hidup: seorang reporter televisi, Jack Ryder (Hayden Christensen); seorang dokter yang kehilangan bayinya, Rosemary (Thandir Newton); seorang pegawai bioskop, Paul (John Leguizamo) serta seorang anak yang kehilangan ibunya, James Leary (Jacob Latimore).

Setelah beberapa saat merasakan panik melihat orang-orang yang berada di sekitar mereka menghilang secara mendadak, keempatnya kemudian menyadari bahwa mereka masih dapat hidup karena masing-masing memegang sebuah sumber cahaya ketika malapetaka yang menimpa seisi Bumi tersebut sedang berlangsung. Keempatnya juga menyadari bahwa nasib mereka sedang berada di ujung tanduk: mereka dapat saja menjadi korban berikutnya dari kegelapan yang terus mengintai dan disertai dengan suara-suara halus serta dengan wujud bayang-bayang gelap yang mencekam. Bertahan di dalam sebuah bar yang masih terang benderaang akibat sebuah generator listrik, keempatnya mencoba untuk bertahan, tidak kehilangan akal sehatnya serta memecahkan misteri apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.

Memecahkan misteri apa yang sedang terjadi pada mereka? Keempat karakter tersebut sayangnya tidak dibuat untuk mengetahui hal tersebut. Sama halnya dengan apa yang dialami oleh para penonton. Tidak ada yang tahu tragedi apa yang sedang berjalan di dalan jalan cerita film ini, mengapa tragedi tersebut terjadi, mengapa keempat orang tersebut dapat selamat dan yang paling utama, sebuah jalan penyelesaian dari pokok masalah di akhir cerita. Elemen-elemen tersebut sama sekali absen di Vanishing on 7th Street. Logika sering kali tidak dibutuhkan untuk terlibat agar dapat menikmati sebuah film horor dengan baik. Sebuah film juga tidak perlu dengan gamblang menggambarkan apa dan mengapa sebuah masalah dapat terjadi. Namun, penonton – yang tentu saja masih memiliki jalan pemikiran sekecil apapun bentuknya – tetap perlu diberikan sedikit petunjuk mengenai kisah apa yang sedang mereka saksikan atau setidaknya kehadiran aturan pokok dari jalan cerita: mengapa para karakter tersebut dapat selamat dan bagaimana mereka akhirnya mampu menemukan jalan penyelesaian atas masalah yang sedang terjadi.

Hilangnya beberapa dasar cerita tersebut yang membuat Vanishing on 7th Street terasa berjalan sangat panjang terlepas dari durasi filmnya yang hanya mencapai 90 menit. Cerita yang awalnya digambarkan mengenai keempat karakter yang masih mencari tahu penyebab tragedi tersebut, untuk kemudian akhirnya saling berkumpul di satu tempat, kemudian terjebak dengan berbagai klise yang dapat ditemukan dari film-film dengan genre sejenis: masing-masing mulai berdebat mengutarakan opini mereka, terjadi perpecahan diantara kelompok kecil tersebut yang berujung dengan mulai menghilangnya satu persatu karakter akibat teror yang sedang berjalan. Klise, dan Brad Anderson tidak mampu memberikan sesuatu yang lebih dari jalan cerita tersebut.

Empat karakter yang dihadirkan juga cenderung tampil tidak begitu menarik, dengan beberapa diantaranya kebanyakan terlihat melakukan hal-hal bodoh yang jelas tidak akan membuat mereka bertahan lama dalaam tragedi yang sedang mengancam nyawa mereka. Thandie Newton, walaupun dengan tangisan serta jeritan yang terkadang begitu mengganggu, menjadi satu-satunya pemeran yang mampu tampil konsisten. Hayden Christensen sendiri seperti biasa… kembali membuktikan bahwa ia hanya mampu hadir dengan satu ekspresi saja di sepanjang film. John Leguizamo dan aktor cilik pendatang baru, Jacob Latimore, tampil tidak buruk, namun sama sekali tidak menghadirkan penampilan yang istimewa.

Satu-satunya keunggulan dari Vanishing on 7th Street adalah kemampuan Anderson untuk membentuk atmosfer horor yang cukup mencekam bagi penonton filmnya. Jika pada film-film horor lainnya mengisahkan mengenai para karakter yang terjebak dengan rasa takut pada sesosok karakter yang tidak terlihat yang mengintai di kegelapan, maka Vanishing on 7th Street justru menjadikan kegelapan itu sendiri sebagai teror utama bagi para karakternya. Anderson sepertinya sangat mengetahui hal tersebut, untuk kemudian menciptakan atmosfer yang tepat dengan didukung tata cahay yang gloomy dan iringan tata musik yang cukup mampu memberikan kesan kegelapan dan kesendirian bagi para penontonnya.

Sebagai sebuah film yang menjanjikan untuk memberikan teror kepada jalan pemikiran para penontonnya, Brad Anderson berhasil menciptakan sebuah atmosfer mencekam untuk jalan cerita Vanishing on 7th Street yang mampu membuat setiap penontonnya terus merasa bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada jalan cerita film yang sedang mereka saksikan. Sayangnya, itu adalah satu-satunya sisi positif dari film ini. Setelah beberapa saat, dengan jalan cerita yang cenderung datar serta penampilan para pemerannya yang terjebak dengan sikap klise para karakter di sebuah film horor, Vanishing on 7th Street berubah menjadi sebuah teror kebosanan yang begitu hebat. Dengan jajaran karakter yang lebih berwarna mungkin film ini akan berhasil. Namun untuk kali ini, Vanishing on 7th Street sepertinya membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki jalan kisahnya yang terlalu monoton dan membosankan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.