Dalam Wild Target, Bill Nighy berperan sebagai Victor Maynard, pria yang meneruskan bisnis keluarganya sebagai seorang pembunuh bayaran profesional. Dengan usia yang hampir menginjak 55 tahun, sebagai satu-satunya penerus generasi keluarganya yang hingga saat ini masih belum memiliki keluarga dan keturunan, wajar jika ibunya, Louisa (Eileen Atkins), mulai merasa khawatir dan mengira bahwa Victor adalah seorang homoseksual. Menyambut ulang tahun Victor, Louisa memberikannya sebuah buku berisi kumpulan artikel berita mengenai para korban yang telah berhasil dibunuh oleh Victor dan sebuah harapan bahwa Victor akan segera menemukan jodohnya. Louisa tentu saja tidak akan menyangka bahwa Victor akan segera menemukannya… dalam perwujudan seorang wanita yang seharusnya menjadi korban pembunuhannya.
Sebagai seorang pembunuh bayaran profesional dengan reputasi yang dikenal handal, Victor sebenarnya telah berniat untuk membunuh Rose (Emily Blunt) – seorang wanita penipu yang menjadi target sasaran Victor atas tugas dari klien-nya, seorang gangster bernama Ferguson (Rupert Everett), yang telah ditipu Rose – di menit pertama ketika ia berhasil menjumpai wanita tersebut. Namun tidak sekedar cantik, Rose adalah wanita yang sangat licik dan mampu mendapatkan apapun yang ia inginkan dengan caranya sendiri… yang kemudian menarik perhatian dan hati Victor. Victor kemudian berbalik untuk melindungi Rose. Karena hal itu, Ferguson lalu mengirimkan Dixon (Martin Freeman), seorang pembunuh bayaran yang dikenal sadis, dan ditugaskan untuk membunuh Rose dan Victor sekaligus.
Kisah seorang pembunuh bayaran yang kemudian jatuh cinta dengan wanita yang seharusnya menjadi korbannya memang bukanlah sebuah jalan cerita yang terdengar baru. Diadaptasi dari sebuah film Perancis berjudul Cible Émouvante (1993) karya Pierre Salvadori, Wild Target memang tidaklah menawarkan sesuatu yang baru dalam jalan penceritaannya. Hubungan antara karakter Victor dan Rose, yang awalnya kurang menyukai satu sama lain, juga ditulis dengan formula yang sama dengan film-film sejenis. Pun begitu, naskah yang ditulis oleh Lucinda Coxon berhasil memberikan beberapa kesegaran cerita yang dihantarkan lewat deretan dialog komikal yang kemudian mampu dieksekusi dengan baik oleh jajaran pemeran film ini.
Keunggulan lain dari Wild Target berhasil terbentuk ketika sutradara, Jonathan Lynn (The Whole Nine Yards, 2000), berhasil menciptakan ritme yang sesuai dengan jalan cerita yang dihasilkan oleh Coxon. Dipenuhi dengan berbagai adegan kejar-mengejar antara karakternya yang kadang mungkin terkesan begitu bodoh, Lynn menciptakan Wild Target sebagai sebuah cerita yang mengalir cepat dengan rangkaian adegan jenaka yang kemudian akan mampu menghasilkan tawa penontonnya. Beberapa bagian drama, khususnya yang melibatkan kehadiran para karakter antagonis, memang kurang mampu tergali dengan baik dan terkesan datar. Walau begitu, berkat dukungan jajaran pemerannya yang mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik, Wild Target hampir tidak pernah terasa melelahkan untuk diikuti.
Dan memang… kunci keunggulan utama dari Wild Target berada pada jajaran pemerannya. Romansa yang tercipta antara dua karakter yang diperankan Bill Nighy dan Emily Blunt memang sedikit terkesan kurang pas – mereka mungkin akaan lebih baik ditampilkan sebagai pasangan ayah dan anak. Namun tetap saja keduanya mampu menciptakan chemistry yang baik antara keduanya dan terlihat sangat mampu untuk bersenang-senang atas karakter yang mereka perankan. Rupert Grint yang hadir sebagai karakter utama ketiga di film ini juga mampu menampilkan karakternya secara komikal sekaligus membuktikan bahwa dirinya memiliki peluang yang sama besar dengan Daniel Radcliffe dan Emma Watson untuk tampil besar di industri film di luar franchise Harry Potter.
Tidak hanya dari tiga pemeran utamanya, Wild Target mendapatkan dukungan akting penuh dari jajaran pemeran pendukungnya. Eileen Atkins, Rupert Everett dan Gregor Fisher memang diberikan porsi peran yang minimal di sepanjang 98 menit durasi Wild Target berjalan. Namun ketiganya mampu memanfaatkan kehadiran mereka pada setiap adegan untuk memberikan penampilan yang terbaik, khususnya Atkins dan Fisher yang seringkali dianugerahi deretan dialog dan adegan yang sangat mampu untuk mengocok perut. Wild Target juga diisi dengan iringan tata musik karya Michael Price yang mampu memberikan dorongan emosi dalam setiap adegannya.
Wild Target memang tidak mampu memberikan sebuah penampilan yang baru dari jalan cerita yang ditawarkan: beberapa bagian cerita terkesan begitu konyol dan tidak masuk akal dengan beberapa bagian lain justru terkesan datar dan kurang mampu tampil mengesankan. Walau begitu, berkat dukungan jajaran pemerannya yang sangat mengerti bahwa mereka berada di film ini untuk bersenang-senang serta tata produksinya yang hadir cukup mumpuni di sepanjang film, Wild Target tetap mampu tampil sebagai sebuah film yang begitu menghibur terlepas dari berbagai kekurangannya.
Rating :