Eits, bukan berarti ini film ini segera bisa ditonton di indonesia, hanya saja ada berkesempatan mengintip film ini dalam kunjungan ke negeri tetangga. Mari berharap bahwa resolusi untuk masalah distribusi film-film dari studio besar hollywood bisa segera ditemukan, lebih baik bila dalam waktu dekat

Kembali ke Green Lantern, ini bisa dikategorikan sebagai mengecewakan sebagai film yang diarahkan sutradara sekaliber martin campbell. Sekalipun merupakan produksi Warner Bros, film ini tidak lolos dari ketidakjelasan cerita. Konsep yang menarik tidak diimbangi dengan cerita yang dikembangkan.

Sentuhan kuat yang diperlukan untuk film-film superhero tidak muncul sama sekali, karakter utama Hal Jordan yang diperankan oleh Ryan Reynolds tidak memiliki kharisma kuat sebagai tokoh utama. Narasi yang membosankan mengisi kekosongan antar adegan spesial efek penuh cahaya kehijauan yang terasa berlebihan sepanjang film.

Walaupun hanya satu film ini dan tidak adil menjadikannya patokan, sebab summer kali ini memiliki beberapa review bagus untuk film seperti Thor, Kungfu Panda 2, X-Men First Class dan Super 8. Meski Pirates 4, Hangover 2, dan kejutan Cars 2 mendapat review minus dari kritikus

Menutup review singkat ini, dan menghindari kemungkinan spoiler, Green Lantern menjadi film superhero kedua Ryan Reynolds yang gagal, setelah X-Men Origins: Wolverine. Mungkin sebaiknya Ryan Reynolds menghindari film superhero dan memasuki film drama romantis, sebab chemistrynya dengan lawan main Blake Lively cukup mencuri perhatian di film ini

Rating :