Masih ingat dengan kisah Si Cantik dan Si Buruk Rupa atau Beauty and the Beast? Beastly, yang merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Alex Flinn, adalah sebuah versi penceritaan modern dari kisah klasik tersebut. Sama seperti Beauty and the Beast, Beastly masih memiliki seorang pria tampan yang kaya namun tinggi hati, seorang wanita muda yang miskin namun cantik dan cerdas, serta, tentu saja, seorang penyihir yang karena sakit hatinya kemudian menyihir sang pangeran untuk memiliki wajah yang buruk rupa. Hanya saja, Beastly tidak memerlukan latar belakang cerita yang mengharuskan para pemerannya mengenakan kostum dari zaman period. Lebih modern, kisah Beauty and the Beast tersebut diadaptasi menjadi sebuah drama kehidupan remaja di sebuah sekolah. Sebuah keputusan yang sangat salah?
Sang pangeran sendiri dalam Beastly diwakili oleh karakter Kyle Kingston (Alex Pettyfer), seorang pemuda tampan yang merupakan putera tunggal seorang pembawa acara terkenal dan kaya raya, Rob Kingston (Peter Krause). Kyle sangat menyadari kelebihan fisiknya jika dibandingkan dengan banyak siswa lain di sekolahnya. Karena itu, Kyle selalu merasa senang hati untuk mengganggu kehidupan siswa-siswa yang menurutnya memiliki ‘ketidakberuntungan’ dalam hal fisik, khususnya Kendra Hilferty (Mary-Kate Olsen), seorang gadis penyendiri yang suka berdandan dengan pakaian yang eksentrik. Batas kesabaran Kendra atas berbagai tingkah pongah Kyle berakhir ketika Kendra akhirnya memutuskan bahwa ia akan memberikan sebuah pelajaran moral pada Kyle. Kendra lalu mengutuk Kyle untuk memiliki rupa wajah yang sangat buruk dan tidak akan berubah selama ia belum dapat menemukan seseorang yang mau mencintainya sepenuh hati terlepas dari segala kekurangannya tersebut.
Kendra sendiri memberikan waktu setahun bagi Kyle untuk mencari pasangan hidupnya, suatu hal yang jelas akan sulit untuk dilakukan dengan wajah yang ia miliki sekarang. Ayahnya sendiri sekarang mulai menjauhinya dan memutuskan untuk mengasingkan Kyle di rumahnya yang lain. Terlepas dari deraan cobaan yang mendatanginya, Kyle mulai mengerti mengenai siapa saja orang-orang yang benar-benar setulus hati mencintainya. Salah satunya adalah Lindy Taylor (Vanessa Hudgens), seorang gadis yang dulu pernah ia kalahkan dalam sebuah ajang pemilihan umum di sekolah. Tidak peduli dengan wajah Kyle yang buruk, Lindy selalu setia untuk menemani Kyle. Tentu, Lindy adalah seorang gadis yang tidak membeda-bedakan temannya. Namun, apakah ia akan menerima jika Kyle kemudian menyatakan rasa cintanya?
Semenjak awal durasi film ini berjalan, Beastly memiliki berbagai pertanda yang menunjukkan bahwa bukanlah sebuah keputusan yang sangat bijaksana untuk mengadaptasi sebuah kisah klasik seperti Beauty and the Beast ke dalam format drama percintaan remaja seperti Beastly. Karakter Kyle Kingston digambarkan dengan begitu pongah, khususnya dengan cara Alex Pettyfer yang menggambarkannya dengan hampir tanpa ekspresi di banyak adegan. Karakter Lindy Taylor yang diperankan oleh Vanessa Hudgens juga memiliki karakterisasi yang kurang begitu mampu untuk menarik perhatian. Cantik adalah sebuah hal yang relatif, namun karakter Lindy benar-benar tidak mendapatkan ekspos yang cukup banyak sehingga mampu membuat penonton merasa bahwa ia adalah wanita yang tepat untuk Kyle.
Untungnya, Beastly tidak seluruhnya berjalan sedatar itu. Setelah kutukan Kendra – yang diperankan oleh Mary-Kate Olsen dengan begitu sempurna – mulai berjalan, Beastly mulai menemukan ritme yang cukup menyenangkan untuk disimak. Sama seperti drama percintaan remaja lainnya, Beastly juga diisi dengan beberapa hal cheesy yang meliputi beberapa adegan dan deretan dialognya. Namun, chemistry yang dihasilkan Pettyfer dan Hudgens pada beberapa adegan benar-benar mampu terasa begitu dekat sehingga membuat Beastly menjadi begitu romantis. Film ini juga sangat terbantu dengan kehadiran karakter Zola (Lisa Gay Hamilton) dan Will Fratalli (Neil Patrick Harris) yang banyak memberikan dukungan komedi lewat dialog dan adegan mereka.
Tidak banyak yang dapat dikatakan dari departemen akting Beastly. Jika dibandingkan dengan aktingnya di I Am Number Four, penampilan Pettyfer di film ini terkesan lebih datar. Hudgens juga masih terlalu lekat dengan perannya sebagai Gabriella Montez pada tiga seri film High School Musical (2006-2008). Yang menarik perhatian, tentu saja, adalah Mary-Kate Olsen yang memainkan perannya sebagai seorang murid yang memiliki kemampuan sihir dengan begitu sempurna. Tata kostum pada Olsen – yang berpakaian seperti Lady Gaga pada kebanyakan adegan – juga sangat mendukung dan menjadikan karakter Kendra lebih banyak mencuri perhatian jika dibandingkan dengan karakter-karakter lain di film ini.
Walaupun tidak benar-benar buruk, Beastly sama sekali belum mampu untuk memberikan sebuah terobosan baru dalam jalan penceritaannya. Terlepas bahwa kisahnya diinspirasi dari sebuah kisah romansa klasik, jika dilihat secara seksama, Beastly tak lebih dari sekedar sebuah kisah drama percintaan remaja. Film ini memiliki beberapa momen yang mampu membuatnya terlihat begitu menyenagkan untuk dilihat. Momen ketika karakter Kyle dan Lindy saling membacakan puisi dan momen ketika Kyle mengejar Lindy kembali ke sekolahnya adalah dua momen terbaim dalam film ini. Lebih dari itu, Beastly tampil hanya sebagai sebuah kisah drama yang masih cukup layak untuk disaksikan, namun akan begitu mudah terlupakan.
Rating :