Setelah merilis Vengeance (2009), dan kemudian menghabiskan sebagian waktunya untuk menjadi seorang produser film, Johnnie To akhirnya kembali duduk di kursi sutradara untuk mengarahkan Don’t Go Breaking My Heart, sebuah film drama komedi romantis yang untuk ketiga kali menempatkan dirinya bekerjasama dengan sutradara Wai Ka-fai. Don’t Go Breaking My Heart juga menandai kali pertama To mengarahkan sebuah film drama komedi romantis semenjak merilis Yesterday Once More yang sempat sukses ketika dirilis pada tahun 2004 dengan bintang Andy Lau dan Sammi Cheng. Walau pengarahan Ko dan akting aktris Gao Yuanyuan masih mampu mengangkat kualitas Don’t Go Breaking My Heart, namun sebagian besar penonton sepertinya akan menemukan film ini terlalu melelahkan untuk disaksikan akibat penceritaannya yang terlalu bertele-tele dan kurangnya ikatan emosi yang dihasilkan para jajaran pemerannya.
Premis Don’t Go Breaking My Heart cukup sederhana, mengenai cinta segitiga. Berkisah mengenai seorang wanita yang bekerja sebagai analis bank, Cheng Zixin (Gao Yuanyuan), yang baru saja mengalami rasa patah hati yang mendalam akibat berakhirnya hubungan kasihnya dengan seorang pria yang telah dipacarinya selama tujuh tahun, Owen (Terence Yin). Jelas saja, rasa sakit hati tersebut membuat Zixin kesulitan untuk dapat kembali mempercayai para pria. Namun, hal tersebut sepertinya akan segera berubah dengan kedatangan dua pria yang kemudian mencoba untuk kembali mengisi kekosongan hatinya.
Pria pertama adalah seorang pimpinan perusahaan, Cheung Shen-ran (Louis Koo). Shen-ran, harus diakui, adalah tipe pria yang harus dijauhi oleh Zixin setelah masa patah hatinya. Shen-ran adalah seorang playboy tampan yang terbiasa untuk selalu dipuja gadis manapun yang ia inginkan. Namun, tetap saja, daya tarik Shen-ran yang luar biasa telah menjerat Zixin dan membuatnya sering melawan kata hatinya sendiri untuk dapat menjauhi Shen-ran. Pria kedua adalah Fang Qihong (Daniel Wu), seorang arsitektur pemabuk yang secara tidak sengaja pernah menyelamatkan Zixin. Persahabatan antara keduanya yang secara perlahan terbentuk telah membuat Qihong mencoba untuk berhenti mengkonsumsi alkohol dan menata kehidupannya kembali. Dengan kehidupan pribadinya yang semakin tertata, Qihong pun mencoba untuk menarik hati Zixin. Dan tentu saja, diantara dua pria tampan dan kaya inilah, Don’t Go Breaking My Heart akan mengisahkan mengenai dilema Zixin dalam memilih salah satu pria yang akan menjadi tambatan hatinya kelak.
Premis yang sangat sederhana dan sangat mudah untuk ditebak, bukan? Salah. Johnnie To dan Wai Ka-fai berhasil mengarahkan naskah cerita yang ditulis oleh Wai Ka-fai, Yau Nai-hoi, Ryker Chan dan Jevons Au menjadi kisah yang memiliki cukup banyak intrik yang akan membuat penontonnya terus menerus menebak pria mana yang akhirnya akan dipilih oleh Zixin. Sayangnya, hal tersebut merupakan poin keunggulan satu-satunya yang dimiliki oleh naskah cerita Don’t Go Breaking My Heart. Selebihnya, film ini dipenuhi dengan berbagai adegan standar film-film drama komedi romantis yang terkadang, bahkan dengan standar sebuah film drama komedi romantis sekalipun, terkesan terlalu dipaksakan untuk dapat memberikan kesan manis pada penontonnya.
Naskah ceritanya sendiri terkesan seperti versi (sangat) panjang dan lebih rumit dari film pendek karya sutradara Australia, Patrick Hughes, Signs (2008) – dimana dua orang pekerja dari dua kantor yang berbeda saling bertukar sinyal dari kantor masing-masing untuk menyatakan bahwa mereka saling menyukai sebelum akhirnya memilih untuk berjumpa secara langsung. Dan secara kebetulan, ketika para karakter di film Don’t Go Breaking My Heart terlihat saling bertukar sinyal dari kantor mereka, di saat itu pula film ini tampil lebih menarik. Ketika karakter-karakter tersebut saling dipertemukan, hasilnya cenderung terasa datar dan kehilangan kesan romantis yang telah terbangun sebelumnya.
Kebingungan yang dialami oleh karakter Cheng Zixin untuk menentukan pria idamannya juga disajikan terlalu panjang dalam durasi yang mencapai 115 menit. Pada bagian pertama film ini, Zixin digambarkan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan karakter Cheung Shen-ran. Sementara itu, di paruh kedua, Zixin terlihat lebih banyak bersama karakter Fang Qihong. Dua kisah ini kemudian ditampilkan secara bolak-balik, berdetak seirama dengan kebingungan yang dialami oleh karakter Zixin dalam menentukan jodohnya. Awalnya penonton dapat saja merasakan rasa simpati atas kebingungan Zixin, namun cara penyampaian yang terlalu lamban dan bertele-tele justru lama-kelamaan membuat penonton merasa terganggu dengan ketidaktetapan hati Zixin dan secara perlahan mulai tidak peduli dengan siapa pria yang akan ia pilih. Ending film ini, dimana pihak yang kalah kemudian ditampilkan memberikan dukungan sebelum akhirnya pergi, juga terkesan terlalu terburu-buru dan sama sekali tidak menarik.
Departemen akting Don’t Go Breaking My Heart murni dikuasai oleh ketiga pemeran utamanya: Gao Yuanyuan, Louis Koo dan Daniel Wu. Sebagai pemeran karakter yang mendapatkan waktu tampil paling maksimal, Gao mampu menampilkan karakter yang cukup hidup kepada karakter Zixin. Dua aktor pendampingnya, Koo dan Wu, juga tampil tidak mengecewakan. Koo mungkin sedikit beruntung karena karakternya memiliki eksplorasi emosional yang lebih luas jika dibandingkan dengan karakter yang diperankan Wu yang tampil relatif datar di sepanjang film. Hampir tidak ada karakter minor yang mampu tampil mencuri perhatian, seiring dengan jalan cerita film yang murni memusatkan perhatiannya pada ketiga karakter utama.
Dengan durasi sepanjang 115 menit, dan tanpa kedalaman cerita yang ditawarkan, sebagai sebuah drama komedi romantis, Don’t Go Breaking My Heart harus diakui gagal dalam memberikan sebuah sajian yang mampu menarik perhatian penontonnya. Beberapa momen yang didukung oleh kemampuan akting para pemerannya, pengarahan To dan Wai serta tata produksi yang kuat memang berhasil tampil lugas, namun secara keseluruhan, jalan cerita Don’t Go Breaking My Heart yang terkadang cenderung terlalu melankolis dan diceritakan dengan cara yang terlalu bertele-tele membuat film ini kurang mampu mengeluarkan emosi terbaik yang seharusnya dimiliki oleh sebuah drama komedi romantis berkualitas dan menyentuh.
Rating :