Memori manusia adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dijelaskan. Seringkali, memori indah mengenai suatu hal atau sesuatu yang paling ingin dilakukan tiba-tiba saja hilang dari ingatan. Sementara itu, memori buruk dan kenangan yang sebenarnya sangat ingin dihapus justru mampu melekat kuat dalam ingatan. Best of Times, sebuah film komedi romantis karya sutradara Youngyooth Thongkonthun (Iron Ladies, 2000) yang menjadi perwakilan Thailand di ajang The 82nd Annual Academy Awards, adalah film yang mencoba menganalisa memori manusia dan segala ironinya, khususnya dalam hal percintaan. Menghadirkan dua kisah cinta yang terjadi antara dua generasi yang berbeda, Thongkonthun berhasil menyajikan analisa tersebut dalam sebuah deskripsi yang ringan namun akan mampu menyentuh.
Alur kisah utama film ini berada pada karakter Keng (Arak Amornsupasiri), seorang dokter hewan yang karena tertangkap polisi sedang mengemudi dalam keadaan mabuk kemudian dihukum dengan melakukan layanan sosial. Salah satu bentuk hukuman tersebut adalah dengan melakukan pengajaran kepada para warga senior pengetahuan mengenai ilmu komputer. Di antara para warga senior yang berada di kelas tersebut, cinta tumbuh antara seorang petani durian, Jamrus (Krit Setthathamrong), dengan seorang janda, Sompit (Sansanee Wattanukul). Hubungan cinta mereka berdua terjalin secara rahasia karena keluarga Sompit sama sekali tidak menyetujui hubungan tersebut. Lebih parah, Jamrus ternyata berada pada tahap awal dari penyakit Alzheimer, yang menyebabkannya secara perlahan melupakan seluruh memori yang ada di kepalanya.
Hubungan cinta antara Jamrus dan Sompit tersebut kemudian memicu kembali rasa cinta yang pernah dirasakan Keng terhadap wanita yang dulu ia sukai selama masa kuliah, Fai (Yarinda Boonag), yang baru-baru ini kembali dekat dengannya setelah sama-sama menyelamatkan seekor anjing yang mereka temukan di jalanan. Namun, Fai, yang baru saja bercerai, masih belum dapat melupakan mantan suaminya, yang juga sahabat baik Keng, Ohm (James Alexander Mackie). Keng kemudian dihadapkan pada pilihan untuk terus berusaha menumbuhkan kembali rasa cintanya dengan Fai atau menghapus seluruh kenangan yang pernah ada tersebut untuk selamanya.
Dua kisah cinta yang dihadirkan di dalam Best of Times tumbuh dan berkembang secara terpisah, namun saling merefleksikan hubungan satu pasangan dengan lainnya. Ketika karakter Fai terlihat tidak mampu untuk menghapus ingatannya akan memori pernikahannya dengan karakter Ohm, karakter Jamrus justru kesulitan untuk merangkai dan mengingat memori indah yang ia susun bersama karakter Sompit akibat penyakit yang ia derita. Walau digambarkan dengan ritme cerita yang perlahan, dua kisah ini kemudian saling mendukung satu sama lain dalam menghasilkan kesan yang kuat untuk para penontonnya.
Sutradara Thongkonthun terlihat sangat mampu untuk menghindari berbagai hal klise yang biasa ada dalam setiap kisah drama komedi untuk hadir dalam Best of Times. Bahkan, kisah penyakit yang diderita oleh karakter Jamrus tidak dieksploitasi dengan sedemikian dalam. Thongkonthun justru menjadikan bagaimana karakter Keng mendapatkan cara pandang baru dalam hidupnya serta bagaimana karakter Sompit mampu menerima takdir kehidupan cintanya sebagai fokus utama cerita film ini. Sajian komedi, walaupun tampil dalam porsi yang minimal, juga mampu tampil kuat setiap kali hadir dalam sebuah adegan. Tak lupa, Thongkonthun juga memasukkan berbagai metafora mengenai hubungan antara dua manusia yang tercermin dalam, beberapa diantaranya, pohon tua yang dijaga oleh karakter Jamrus serta dua ikan mas yang beberapa kali ditampilkan di dalam cerita.
Walau bukan menjadi sajian utama dalam Best of Times, kisah cinta antara karakter Jamrus dan Sompit justru tampil lebih menonjol dan menyentuh daripada kisah yang terjalin antara Keng dan Fai. Pasangan Keng dan Fai, harus diakui, tidak memiliki chemistry yang erat dan begitu meyakinkan satu sama lain. Di sepanjang jalan cerita, sangat terlihat karakter Fai tidak nyaman selama berada di sisi karakter Keng. Mereka berdua sama sekali tidak pernah berbagi momen bahagia bersama – suatu hal yang jauh berbeda dengan pasangan Jamrus dan Sompit yang justru memanfaatkan setiap momen mereka untuk membahagiakan satu sama lain. Departemen akting Best of Times tampil memuaskan, sama seperti halnya tata produksi yang mampu menampilkan gambar yang indah serta iringan musik yang mampu memperkuat kehadiran emosi dalam tiap adegan.
Walau terkadang terasa sedikit bertele-tele dalam penyampaiannya, khususnya dalam menceritakan kisah cinta antara Keng dan Fai, Best of Times mampu menjadi sebuah deskripsi yang kuat tentang makna cinta, perpisahan serta hal-hal yang terjadi diantaranya. Didukung dengan penampilan para pemerannya yang kuat, serta tata produksi yang sangat memuaskan, Best of Times mampu menghadirkan kisah yang walaupun ringan dan sederhana, namun tetap mengandung begitu banyak sentuhan lembut yang sangat emosional.
Rating :