Setelah berkarir di dunia televisi sebagai seorang produser mulai dari tahun 1987 dan menghasilkan serial-serial berkelas seperti The West Wing (1999-2006) dan ER (1994-2009), tahun 2010 menjadi tahun yang cukup bersejarah bagi John Wells ketika ia akhirnya memutuskan untuk melakukan debut penyutradaraannya lewat The Company Men. Seperti Up in the Air (2009) yang membahas mengenai efek krisis ekonomi Amerika Serikat terhadap para pekerja di negara tersebut, The Company Men juga melakukan observasi yang sama terhadap tema tersebut. Namun, The Company Men melakukan observasi tersebut secara lebih mendalam dan menarik kisahnya langsung dari sisi para pekerja yang mengalami pemecatan tersebut.
Bercerita mengenai krisis perbankan yang terjadi pada tahun 2008 dan kemudian mempengaruhi fondasi perekonomian dan seluruh perusahaan yang ada di Amerika Serikat, The Company Men kemudian berfokus pada tiga eksekutif sebuah perusahaan yang terkena efek krisis ekonomi tersebut dan melakukan pemecatan terhadap para karyawannya dengan alasan efesiensi. Bobby Walker (Ben Affleck) adalah seorang eksekutif menengah yang pertama kali mengalami pemecatan. Walau pada awalnya ia terus berkeyakinan bahwa hidupnya akan terus berjalan, Bobby akhirnya menemukan bahwa krisis benar-benar telah mengubah kondisi ekonomi Amerika Serikat yang membuatnya kesulitan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan baru.
Phil Woodward (Chris Cooper) juga merupakan seorang eksekutif di perusahaan tersebut, dengan tingkat yang lebih tinggi dari Bobby dan sepertinya akan aman dari pemecatan. Nyatanya, Phil juga tidak lepas dari masalah. Pemecatan terjadi dan… untuk singkatnya, karakter Phil diceritakan sebagai karakter yang mengalami nasib yang paling tragis jika dibandingkan dua karakter lainnya. Seorang karakter lainnya, Gene McClary (Tommy Lee Jones) adalah karakter ketiga yang mengalami pemecatan, walaupun fakta menunjukkan posisi yang ia pegang merupakan posisi yang tinggi. Tidak seperti Phil yang juga mengalami pemecatan ketika ia berusia lanjut, Gene tidak menyerah begitu saja terhadap nasib. Secara perlahan, ia mampu kembali bangkit dan memulai sebuah usaha baru.
Dengan tema cerita yang cukup serius, dan banyaknya karakter yang harus diceritakan, John Wells ternyata mampu membuat The Company Men menjadi sebuah kisah menarik yang menyelaraskan antara kisah intrik politik dalam sebuah perusahaan, drama keluarga serta perjuangan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ketiga karakter yang digambarkan oleh Wells di film ini juga cukup mampu untuk merepresentasikan setiap karakter pekerja yang baru saja mengalami pemecatan. Cukup banyak hal yang disentuh Wells dalam The Company Men, kesemuanya mampu tampil rapi dan cukup menyentuh namun sayangnya tidak pernah dihadirkan secara lebih mendalam.
Hal ini kemungkinan besar berhubungan dengan fakta bahwa para penonton dihadapkan dengan kisah dari banyak karakter – selain tiga kisah karakter utama, penonton juga dihadirkan berbagai kisah mengenai orang-orang yang berada di sekitar para karakter utama tersebut. Sedikit sekali kesmepatan untuk menaruh perhatian pada satu karakter ketika Wells terus menerus menghadirkan beberapa karakter baru di dalam jalan cerita. Hal ini masih ditambah dengan cukup banyaknya lapisan cerita yang dihadirkan. Akibatnya, sebuah lapisan cerita hanya mampu dihadirkan pada permukaan belaka, tidak pada tingkatan secara mendalam dimana para penonton mampu menyelami kisah tersebut dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi pada karakter-karakter yang hadir di hadapan mereka.
Untungnya, Wells berhasil mempersenjatai filmnya dengan barisan pemeran yang dengan sangat sungguh-sungguh meletakkan hati mereka pada setiap karakter yang mereka mainkan. Lihat saja Ben Affleck yang hadir dengan tingkat eksplorasi ekspresi yang lebih mendalam lagi lewat karakternya di film ini. Karakter yang diperankan oleh Affleck dalam film ini harus diakui merupakan karakter yang mendapatkan perhatian lebih besar jika dibandingkan dengan dua karakter utama lainnya. Sesungguhnya, adalah sukar untuk menaruh rasa simpati pada karakter Affleck di awal film. Digambarkan sebagai seorang pekerja yang arogan, secara perlahan Affleck mampu membuat karakternya tampil menjadi seorang yang sensitif dan di saat itu pulalah, karakternya mampu terlihat lebih simpatik. Sebuah tingkat akting yang cukup mengagumkan dari Affleck.
Walau begitu, karakter yang paling vital di dalam jalan cerita The Company Men mungkin adalah karakter yang diperankan oleh Tommy Lee Jones. Karakter yang diperankan oleh Jones merupakan karakter yang paling banyak menghadapi permasalahan, yang kemudian memungkinkan Jones untuk tampil dengan cukup memikat. Chris Cooper, yang selalu berhasil menyelami karakternya dengan baik, kembali menghadirkan akting yang prima di sepanjang cerita. Para pemeran pendukung mulai dari Kevin Costner, Maria Bello hingga Rosemarie DeWitt semakin menambah keunggulan film ini dari divisi akting.
Cukup jarang melihat sebuah film produksi Hollywood mampu mengeksplorasi sebuah tema yang cukup serius akhir-akhir ini. Karya perdana John Wells sebagai seorang sutradara ini cukup berhasil dalam menghadirkan tema yang ingin ia sampaikan kepada setiap penontonnya. Memang, dengan begitu kompleksnya tema cerita dan banyaknya jumlah karakter yang dihadirkan sedikit membuat konsentrasi pada tema utama cerita sedikit buyar. Namun, secara keseluruhan, Wells mampu menghadirkan jalan cerita yang sangat terpadu antara satu kisah dengan kisah lainnya serta membuatnya menjadi semacam pembelajaran tersendiri bagi mereka yang menyaksikan kisah tersebut. Dengan tambahan akting para pemerannya yang kaliber serta tata sinematografi karya Roger Deakins yang cukup mampu mengalirkan jalinan emosi, The Company Men adalah sebuah hasil yang cukup memuaskan.
Rating :