Review

Info
Studio : GK Films
Genre : Drama, Action
Director : William Monahan
Producer : Graham King, William Monahan, Quentin Curtis, Tim Headington
Starring : Colin Farrell, Keira Knightley, Ray Winstone, Ben Chaplin, David Thewlis

Sabtu, 05 Maret 2011 - 08:32:18 WIB
Flick Review : London Boulevard
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2913 kali


William Monahan dikenal di industri film Hollywood sebagai salah satu penulis naskah dengan reputasi yang cukup meyakinkan. Naskah-naskah cerita yang ia kerjakan telah menarik perhatian begitu banyak sutradara besar seperti Ridley Scott (Kingdom of Heaven (2005) dan Body of Lies (2008)), Martin Scorsese (The Departed, 2006 – yang memberikannya sebuah Academy Awards untuk Best Adapted Screenplay), serta Martin Campbell (Edge of Darkness, 2010). Kesuksesannya sebagai seorang penulis naskah mungkin membuat Monahan merasa sedikit tertantang untuk mengarahkan sebuah film. Namun, seperti yang dibuktikan oleh London Boulevard dan sebagian film debut penyutradaraan para penulis naskah lainnya, beberapa penulis naskah seharusnya lebih memilih untuk menyerahkan hasil karya mereka untuk diterjemahkan secara audio visual oleh seorang sutradara profesional.

Didukung dengan premis cerita yang sebenarnya tidak begitu buruk (bayangkan The Bodyguard (1992) yang dipadukan dengan The Departed) serta deretan jajaran pemeran yang tampak begitu meyakinkan, London Boulevard terlihat seperti memiliki susunan bahan dasar yang akan begitu mudah untuk diramu dalam menghasilkan sebuah film dengan kualitas yang prima. Hal tersebut hanya akan terjadi bila seorang sutradara telah mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mengolah naskah dan menyusun aliran cerita dengan sedemikian rupa hingga mampu mengikat emosi dan rasa ketertarikan penontonnya dengan tepat. Monahan, sayangnya, sama sekali tidak memiliki kemampuan tersebut.

Diangkat dari novel karya Ken Bruen yang berjudul sama, London Boulevard berkisah mengenai Mitchell (Colin Farrell), seorang kriminal yang baru saja dibebaskan dari penjara dan masih merasa kebingungan untuk memilih jalur apa yang akan ia tempuh untuk kehidupannya setelah masa penjara. Mitchell bisa saja menerima tawaran dari seorang pimpinan gangster London, Rob Gant (Ray Winstone), yang menginginkannya kembali untuk bergabung bersama kelompok tersebut, atau melupakan masa lalunya yang kelam dan berkonsentrasi dengan pekerjaan barunya sebagai seorang pengawal bagi seorang aktris terkenal, Charlotte (Keira Knightley).

Tentu saja, London Boulevard akan terasa begitu sederhana dengan hanya mengisahkan mengenai kebingungan Mitchell dalam memilih masa depannya. Di saat yang sama, Mitchell juga sedang berusaha untuk melarikan diri dari seorang polisi, DI Bailey (Eddie Marsan), yang terus menerus mencoba untuik memerasnya, menjaga adiknya, Briony (Anna Friel), yang terus tumbuh menjadi seorang gadis yang tak bisa menjaga dirinya dari kumpulan masalah serta mencoba mencari tahu siapa pembunuh salah seorang temannya. Sebuah jalan hidup yang tidak mudah untuk dihadapi.

Monahan memulai London Boulevard dengan langkah yang sama sekali tidak mengecewakan. 20 menit awal film ini, ketika penonton dikenalkan dengan karakter Mitchell – seorang mantan kriminal yang karena diperankan oleh Colin Farrell terlihat begitu tampan dan mudah untuk menarik hati siapapun – dan perkenalan awalnya dengan karakter Charlotte – yang diperankan oleh Keira Knightley dengan begitu rapuh, adalah menit-menit terbaik di sepanjang kisah London Boulevard. Perkenalan ini, yang walaupun tidak melibatkan banyak dialog dan kontak fisik antara kedua karakter, berhasil memberikan chemistry yang menjanjikan bahwa kedua karakter ini akan terlibat dalam sebuah jalinan kisah cinta yang menarik.

Di luar dugaan, seluruh aroma romansa yang cukup menjanjikan antara keduanya terhapus begitu saja dengan kedatangan beberapa karakter lainnya, khususnya sang bos gangster, Rob Grant, yang kemudian memenuhi seluruh sisa perjalanan kisah London Boulevard. Sayangnya, kehadiran kisah gangster di dalam jalan hidup Mitchell sama sekali tidak berhasil dieksekusi dengan baik oleh Monahan. Bagian kisah ini dipenuhi dengan begitu banyak dialog yang membosankan antara karakter Mitchell, Rob Grant, temannya yang seorang kriminal, Billy (Ben Chaplin), dan berbagai adegan khas film-film bertemakan gangster yang pernah dilihat sebelumnya. Masih ingat dengan The Departed? Monahan melakukan eksekusi ending yang hampir menyerupai film pemenang Best Picture di ajang Academy Awards tersebut, walau dengan kualitas ketegangan yang sama sekali tidak mampu mendekati The Departed.

Monahan sama sekali tidak melupakan kisah romansa yang “seharusnya” terbentuk antara karakter Mitchell dan Charlotte. Setelah beberapa saat yang membuat penonton melupakan adanya harapan bahwa kedua karakter tersebut saling menyukai satu sama lain, Monahan kemudian secara tiba-tiba menghadirkan kembali romantisme mendadak tersebut. Kisah ini, hingga akhir London Boulevard, ditampilkan secara bolak-balik oleh Monahan berdampingan dengan kisah hubungan Mitchell dengan sang adik yang juga dihadirkan dengan tingkan inkonsistensi yang sama membingungkannya.

Terlepas dari Ben Chaplin yang terkesan berada di posisi yang salah dalam memerankan karakter Billy, seluruh jajaran pemeran London Boulevard bermain dengan tingkat akting yang sama sekali tidak mengecewakan. Farrell cukup mampu membuat karakternya menjadi begitu misterius sekaligus sangat menarik. Ray Winstone – dengan peran yang akan sedikit mengingatkan penonton pada perannya di Edge of Darkness – juga memainkan karakter sang bos gangster dengan wajar. Penampilan aktor pendukung seperti David Thewlis, Anna Friel dan (mungkin) Eddie Marsan juga sama sekali tidak mengecewakan. Sama tidak mengecewakannya dengan Keira Knightley, walaupun karakternya ditampilkan sangat dangkal dan terbatas di film ini. Dengan talenta sebesar Knightley, Monahan seharusnya mampu memberikan eksplorasi yang lebih terhadap karakter yang ia perankan.

Jika ada satu hal yang patut diberikan pujian secara langsung dalam London Boulevard, maka hal itu akan datang kepada sang sinematografer, Chris Menges (The Reader, 2008), yang mampu menangkap gambaran kota London dengan begitu indah dan sempurna baik di kala malam maupun siang hari. Lebih dari itu, sayangnya, kata kekecewaanlah yang akan banyak tertulis pada film ini. Dengan plot cerita yang berantakan dan hampir sama sekali tidak dapat dinikmati – jika tidak karena dukungan akting prima para pemerannya, adalah cukup aman untuk mengelompokkan London Boulevard sebagai sebuah karya yang membosankan dan… well… gagal.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.