Review

Info
Studio : MD Pictures, Pic House Films
Genre : Horror
Director : Awi Suryadi
Producer : Manoj Punjabi
Starring : Tissa Biani, Adinda Thomas, Achmad Megantara, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, M Fajar Nugraha, Kiki Na

Sabtu, 14 Mei 2022 - 20:38:11 WIB
Flick Review : KKN Di Desa Penari
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 883 kali


Semua berawal dari sebuah utas horor di Twitter di bulan Juni 2019 oleh sosok yang menyebut dirinya dengan SimpleMan, KKN Di Desa Penari pun sontak menjadi fenomena kultur pop yang mewabah. Kesuksesan utas tersebut kemudian menyeberang dalam bentuk adaptasi novel dan kemudian sebuah film garapan sineas yang banyak berkecimpung di skena horor, Awi Suryadi (DanurAsih).

Sayangnya, semangat untuk menangkap momen dengan proses kilat pengerjaan filmnya harus tertunda akibat datangnya pandemi COVID-19. Bukan sebulan dua bulan, tapi dua tahun sekaligus.

Setelah beberapa kali penangguhan, KKN Di Desa Penari pun akhirnya bisa disimak oleh mereka yang sudah sangat penasaran untuk melihat versi film untuk kisah sensasional ini.

Untuk sebuah film yang boleh dikatakan dikerjakan dengan lumayan singkat, ternyata KKN Di Desa Penari memiliki kualitas produksi yang cukup mentereng. Visualnya cantik, bergaya dan jelas dikerjakan dengan penuh niat.

Meski begitu, secara penceritan film masih memiliki banyak kekurangan di sana-sini. Secara esensial, plot dalam KKN Di Desa Penari tak berbeda jauh dari sumber aslinya. Sekelompok mahasiswa yang datang ke sebuah desa terpencil demi menunaikan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) mereka dan lantas mengalami pengalaman mistis yang mengerikan.

Sebagaimana utas karya SimpleMan tadi, sudut pandang penceritaan film diambil dari dua karakter, Nur (Tissa Biani) dan Widya (Adinda Thomas). Niatnya tentu saja untuk saling melengkapi secara lebih konvensional, tidak sebagaimana konsep point of view ala Rashomon sebagaimana utasnya.

Naskah tulisan Lele Laila dan Gerald Mamahit sangat setia dengan utasnya – yang mungkin saja memang dengan niatan untuk memuaskan para pembaca setia utas – ketimbang mengadaptasi dengan lebih fleksibel untuk mengikuti alur cerita dengan medium audio visual seperti film.

Walhasil, plot seperti sebuah koleksi sketsa yang terkadang terkesan melompat-lompat dan bahkan jalan di tempat tanpa arah yang jelas. Tidak ada pondasi yang solid untuk gerak ceritanya, seperti latar kisah, perpindahan plot point yang koheren ataupun pengembangan karakter yang memadai.

Akhirnya para penonton agak sulit untuk bisa terikat dengan alur film atau para karakternya itu sendiri. Barulah menjelang akhir apa sebenarnya yang ingin disampaikan film bisa disampaikan dengan lebih jelas.

Sebagai sebuah film horor, pilihan Awi untuk lebih mengedepankan atmosfer alih-alih pamer jump scare atau penampakan belaka patut dipuji. Hanya saja, kelemahan Awi sedari dulu adalah pendekatannya yang generik dan formulatis sehingga rasa cekam kurang tereksplorasi dengan baik.

Bukan berarti KKN Di Desa Penari sebuah film yang buruk sekali. Meski terasa bertele-tele, film tetap bisa diikuti dengan renyah. Pendekatan yang lebih mengedepankan unsur drama misteri ketimbang horor itu sendiri boleh jadi menjadi penyebabnya, karena ada cerita yang memang ingin disampaikan.

Apalagi film didukung dengan barisan pendukung yang memberikan penampilan yang cukup baik. Utamanya Adinda Thomas dan juga Aghniny Haque, yang mampu menerjemahkan karakter mereka dengan baik di tengah segala keterbatasan yang mengungkung dalam naskah. Tanpa mereka, niscaya KKN Di Desa Penari bahkan akan jatuh di bawah kasta semenjana saja.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.