Spencer adalah film terbaru yang mengangkat kisah Diana, sang Princes of Wales. Hanya saja, oleh sineas asal Chili, Pablo Larraín, ia bukan sekedar film biografi biasa. Di tangan Larraín, yang menggarap Spencer berdasarkan naskah tulisan Steven Knight (Eastern Promises, Peaky Blinders), kisah Diana hadir tak ubahnya sebuah fabel gelap yang menohok.
Spencer berseting di libur Natal di Desember 1991. Periode waktu jelang momen penting di mana Putri Diana memutuskan ikatan bersama keluarga kerajaan Inggris, termasuk berpisah dengan sang suami, Pangeran Charles (Jack Farthing), di tengah bayang-bayang ketidakcocokan dan perselingkuhan yang mewarnai pernikahan mereka.
Diana kali ini diperankan aktris asal Amerika Serikat, Kristen Stewart, yang mendapat tantangan relatif berat untuk bertransformasi menjadi sosok kecintaan banyak orang asal Inggris ini. Menyimak filmnya, Stewart boleh dikatakan menjawab tantangan dengan sangat baik dan memberikan penampilan yang sangat menawan.
Akting Stewart sebagai Diana bukan sekedar mimikri saja. Dengan segala nuansanya, ia bisa menyalurkan rasa frustasi atau kemarahan kepada penonton sehingga bisa turut merasakan semua emosi tadi. Memang, ada beberapa bagian di mana Diana digambarkan penuh dengan histeria, bahkan kekanakan, yang tergantung dari sudut pemandangnya, bisa menjadi kekuarangan atau kelebihan dari Diana yang diperankan Stewart.
Meski begitu, Stewart juga tetap di beri ruang untuk menghadirkan Diana dalam spektrum emosi yang lebih luas. Termasuk sebagai sosok yang riang dan penuh kasih, terutama kepada anak-anaknya.Sorotan utama film boleh dikatakan terletak di adegan Diana bersama dua putra kesayangannya, William (Jack Nielen) dan Harry (Freddie Spry).
Adegan dengan improvisasi dialog yang dilakukan Stewart bersama Nielen dan Spry terasa menjulang dan menjadi penompang momentum utama film di jelang akhir durasi yang diliputi dengan atmosfer gelap.
Spencer sejatinya memang lebih condong kepada sebuah thriller-psikologis ketimbang drama biasa, dengan asupan beberapa adegan sureal yang menyentuh ranah horor. Inilah yang membuatnya kadang terasa depresif dan menekan.
Namun, dengan sinematografi memukau dari Claire Mathon (Stranger by the Lake, Portrait of a Lady on Fire) dan ilustrasi musik latar eklektis Jonny Greenwood (The Power of the Dog, Licorice Pizza), kemuraman tadi menjadi tertahankan, bahkan puitis dan menjadi aksen penting di dalamnya.
Spencer mengingatkan akan Jackie (2016), film Larraín lain yang mengadaptasi tokoh perempuan penting dalam kultur pop masa kini. Hanya saja, kali ini ia memberi infusi sisi reflektif yang lebih pekat alih-alih sekedar melodrama, bahkan nyaris seperti epiphany. Pada akhirnya, Spencer seperti sebuah kisah muram namun memiliki pesona tersendiri yang sulit untuk dilewatkan begitu saja.
Rating :