Review

Info
Studio : Mizan Productions
Genre : Drama
Director : Mathias Muchus
Producer : Putut Widjanarko
Starring : Tengku Firmansyah, Titi Sjuman, Ririn Ekawati, Salma Paramitha

Kamis, 10 Februari 2011 - 21:38:19 WIB
Flick Review : Rindu Purnama
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3338 kali


Setelah berkarir selama hampir tiga puluh tahun di dunia perfilman Indonesia sebagai seorang aktor, Mathias Muchus melakukan debut penyutradaraannya dengan mengarahkan film Rindu Purnama. Dengan naskah cerita yang ia tulis bersama dengan Ifa Isfansyah (sutradara Garuda di Dadaku, 2009), Rindu Purnama memuat premis mengenai pentingnya arti keluarga, sahabat dan cinta kasih untuk semua orang. Sebuah premis yang mungkin cukup biasa didengar dalam film-film yang ditujukan untuk pangsa pasar penikmat film keluarga, namun mampu dieksplorasi dengan cukup baik oleh Mathias Muchus dan Ifa Isfansyah dalam jalan cerita film ini.

Jalan ceritanya sendiri dimulai ketika seorang anak jalanan bernama Rindu (Salma Paramitha) mengalami amnesia setelah mengalami kecelakaan akibat ditabrak mobil Surya (Tengku Firmansyah). Karena Rindu sama sekali tidak mengingat siapa dirinya dan darimana ia berasal, oleh supir Surya, Pak Pur (Landung Simatupang), Rindu kemudian dibawa pulang ke kediaman Surya. Merasa bahwa keberadaan seorang anak hanya akan mengganggu ketenangan hidupnya, Surya segera menugaskan Pak Pur untuk mengembalikan Rindu ke tempat asalnya. Namun, karena tak tega melihat Rindu, Pak Pur terus menerus menahan keberadaan Rindu di rumah tersebut.

Rindu akhirnya melarikan diri setelah Surya memutuskan untuk mengembalikan dirinya langsung ke jalanan. Kepergian Rindu kemudian membuat Surya sangat menyesal dan segera mencari keberadaannya. Dalam pencarian itulah, Surya berjumpa dengan Sarah (Ririn Ekawati), pengurus rumah singgah tempat Rindu biasanya tinggal, dan selama ini juga sedang mencari-cari Rindu. Walau awalnya kurang menyukai satu sama lain, hubungan Sarah dan Surya akhirnya mendekat. Kedekatan yang akhirnya membuat Monik (Titi Sjuman), anak pimpinan perusahaan tempat Surya bekerja dan telah lama menaruh hati pada Surya, menjadi cemburu buta dan berusaha sekuat mungkin untuk memisahkan hubungan antara Surya dan Sarah.

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade di dunia perfilman Indonesia, Mathias Muchus tentu tahu banyak mengenai seluk beluk sebuah film dan bagaimana cara yang tepat untuk menghasilkan sebuah karya yang memiliki kualitas tinggi, baik dari sisi penceritaan, sisi akting maupun dari sisi teknikalnya. Hal ini dapat sekali dirasakan pada Rindu Purnama, yang walaupun merupakan karya pertama Mathias Muchus sebagai seorang sutradara, namun memiliki tingkat kerapian yang sangat memuaskan dalam hal pengemasannya: cerita yang dihadirkan berjalan dengan stabil di sepanjang durasi film, jajaran pemerannya memberikan penampilan yang tanpa cela serta didukung dengan tata teknis yang mampu turut menghidupkan jalan cerita yang dihadirkan.

Hampir tidak ada yang dapat diberikan penilaian negatif dalam Rindu Purnama, kecuali pada karakterisasi beberapa peran serta pendalaman beberapa plot cerita yang ada di sepanjang film ini. Rindu Purnama seperti begitu terfokus dalam menghadirkan kisah utama cerita dan berbagai kejadian yang terjadi di keseharian setiap karakternya sehingga sedikit melupakan pengenalan dan pendalaman setiap karakter yang dapat memberikan jembatan emosi antara penonton dengan jalan cerita film ini. Penonton dapat dengan mudah terhubung dan merasakan intensitas alur cerita yang dihadirkan, namun seringkali akan mendapati diri mereka sulit untuk merasa simpati dengan setiap karakter yang ada dalam cerita tersebut.

Ini terjadi khususnya pada karakter Surya, yang merupakan salah satu tokoh sentral di Rindu Purnama. Walaupun merupakan seorang karakter protagonis, Surya digambarkan terlalu dingin dalam kesehariannya, lebih banyak berdiam diri dan kadang terkesan tidak pernah terlihat tegas dalam menentukan keputusannya, khususnya ketika karakternya berhubungan dengan karakter Monik. Tidak hanya Surya, karakter-karakter lain seperti Sarah dan Rindu juga kurang mampu dihadirkan secara mendalam yang terkadang membuat kehadiran karakter-karakter tersebut di beberapa momen emosional seperti terasa kurang mampu bekerja dengan efektif.

Terlepas dari hal tersebut, harus diakui bagian yang paling menonjol dari film ini adalah kemampuan akting setiap pemerannya yang sangat memuaskan. Tidak ada kesenjangan antara kemampuan akting para pemeran senior dengan para pemeran junior. Bahkan, beberapa bagian terbaik film ini justru datang dari akting alami para pemeran anak seperti Salma Paramitha yang berperan sebagai Rindu, Yobel Nathaniel yang berperan sebagai Andrea dan Farril Ramadhan yang mampu memberikan adegan menangis oleh karakter Akbar secara alami. Bagian dari jalan cerita yang mengandung unsur komedi juga berhasil dihantarkan dengan baik oleh anak-anak ini.

Jalan cerita yang sederhana tak membuat Rindu Purnama tampil dengan kualitas yang biasa saja. Didukung dengan jajaran pemeran yang mampu dengan baik menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan serta tata teknis yang sangat profesional, Rindu Purnama menjelma menjadi sebuah karya yang cukup jarang dapat dicapai oleh banyak film-film Indonesia lainnya. Kurangnya pendalaman karakter dan beberapa plot cerita memang menjadi titik lemah film ini, namun tetap tidak akan mampu menghindarkan Rindu Purnama menjadi salah satu film terbaik di sepanjang tahun ini.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.