Review

Info
Studio : Walt Disney Pictures
Genre : Action, Adventure, Drama
Director : ChloƩ Zhao
Producer : Kevin Feige, Nate Moore
Starring : Salma Hayek, Angelina Jolie, Gemma Chan, Richard Madden, Kumail Nanjiani, Barry Keoghan

Jumat, 12 November 2021 - 23:36:55 WIB
Flick Review : Eternals
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 943 kali


Setelah lebih dari satu dekade membangun kepercayaan penonton dengan menghadirkan film-film yang dipastikan memenuhi selera mereka akan kisah superhero dengan formula yang menghibur, melalui Fase Keempat mereka, Marvel Cinematic Universe (MCU) pun mulai bergeliat melalui eksplorasi baik dari segi tema maupun penceritaan. Termasuk yang paling baru, Eternals, yang merupakan garapan sutradara pemenang Oscar, Chloé Zhao (Nomadland).

Eternals adalah film MCU ke-26 dan juga judul ketujuh dalam Fase Keempat ini yang kini juga meliputi barisan serial yang ditayangkan melalui platform streaming Disney+. Jika untuk serial ada WandaVision, maka untuk film layar lebar bisa dikatakan Eternals adalah sandingannya.

Berbeda dengan judul-judul MCU lain, baik WandaVision maupun Eternals menantang diri mereka sendiri dengan menghadirkan pendekatan berbeda; dalam arti lebih personal serta intim dari segi penceritaan dan berbalut asupan psikologis-filosofis kuat. Walau tentunya tak melupakan aksi-fantastis kaya efek CGI penuh gaya sebagai ciri khas MCU dan beberapa unsur humor.

Eternals adalah adaptasi dari karakter komik rekaan Jack Kirby dan berkisah tentang para Eternals, sekumpulan mahkluk luar angkasa yang dikirim ke Bumi oleh Celestial Arishem sekitar 7.000 tahun lalu untuk membasmi kumpulan apex predator yang bernama Deviants.

Para Eternals ini adalah Ajak (Salma Hayek), Sersi (Gemma Chan), Ikaris (Richard Madden), Kingo (Kumail Nanjiani), Sprite (Lia McHugh), Phastos (Brian Tyree Henry), Makkari (Lauren Ridloff), Druig (Barry Keoghan), Gilgamesh (Don Lee aka Ma Dong-seok), dan Thena (Angelina Jolie), yang masing-masing memiliki kekuatan super tersendiri.

Di masa kini, sebagian besar para Eternals telah berpisah dan tersebar di berbagai belahan dunia, menjalani bidup masing-masing. Sampai para Deviants yang dikira telah dilenyapkan 500 tahun lalu muncul kembali dan menyerang, maka para Eternals ini memutuskan untuk kembali bergabung untuk menghadapi ancaman yang datang.

Di atas kertas, plot Eternals terlihat masih mengusung prototipe generik film MCU; pahlawan super menghadapi antagonis yang mengancam Bumi dan umat manusia, selain taburan berbagai easter egg yang mengkoneksinya dengan kisah dalam film-film lain. Tapi naskah yang ditulis Zhao bersama Patrick Burleigh, Ryan Firpo dan Kaz Firpo ternyata memiliki kelokan yang cukup berbeda.

Film lebih tertarik untuk menelaah dinamika para Eternals itu sendiri, selain mengajukan banyak pertanyaan yang cukup “kritis” untuk ukuran film hiburan ringan seperti ini, seperti eksistensialisme, siklus lahir dan mati, takdir, koneksi dan juga konsep ketuhanan.

Kendati demikian, tataran diskursus yang disajikan film masih dalam tingkat mudah dicerna, karena bagaimanapun Eternals masih sebuah film pop. Lebih dekat kepada The Truman Show atau Interstellar alih-alih Solaris atau 2001: A Space Odyssey misalnya. Tetap saja, ini memberikan Eternals kandungan substansi yang bernas dan memberi bobot tersendiri dalam dirinya.

Alur maju-mundur pun memberi warna tersendiri dalam narasinya. Zhao cukup mampu mengeksekusinya tanpa terkesan terlalu ruwet atau membingungkan. Film juga memberi banyak ruang bagi karakternya (yang cukup banyak untuk kisah asal-muasal seperti ini) untuk tidak hanya “bersinar” dan memiliki momen mereka secara individu, tapi juga “bernafas.” Meski begitu, harus diakui fokus memang lebih cenderung jatuh pada Sersi dan juga Ikaris.

Bukan tanpa kekurangannya juga. Dengan populasi karakter yang berjubel, walau durasi film cukup panjang, tetap saja Eternals agak keteteran dalam segi pengembangan karakter. Ada pula bagian-bagian di mana narasi film tergagap akibat benturan sisi pop dan artistik yang tidak memadu dengan mulus. Atau transisi alur maju-mundur yang kadang terasa kikuk ketimbang organis.

Bukan sandungan sangat menganggu juga sebenarnya. Apalagi dengan ciri khas Zhao yang bersandar pada sinematografi bergaya realisme, Eternals tampil dengan lebih membumi dan otentik. Penuh warna, tapi lembut. Eksplosif, namun juga meditatif.

Dengan kandungan materi dan penceritaan yang kaya akan nuansa, maka bisa dipastikan jika Eternals adalah satu dari beberapa film terbaik dari Marvel Cinematic Universe.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.