Tidak tanpa beberapa kekurangannya, namun reboot franchise slasher klasik Halloween di tahun 2018 lalu sukses kembali mengangkat, bahkan menyegarkan, kembali namanya. Diset sebagai sekuel langsung dari Halloween versi 1978 garapan John Carpenter, film arahan David Gordon Green tersebut menjadi ajang “reuni” untuk sang pembunuh ikonik Michael Myers bersama Laurie Strode yang kembali diperankan oleh Jamie Lee Curtis.
Film tidak hanya banjir darah, tapi juga sebuah studi menarik tentang trauma, bahkan kesehatan mental, dan diakhir dengan klimaks yang cukup pas. Tapi rupanya tim di belakang layar, termasuk produser Jason Blum, mengungkap jika Halloween adalah bagian pertama dari sebuah trilogi baru.
Bagian kedua trilogi tersebut adalah Halloween Kills, yang kini sudah bisa kita saksikan, dan juga Halloween Ends yang akan tayang di tahun 2022 mendatang. Sebagai sebuah bagian tengah dari trilogi, sudah diduga Halloween Kills akan mengidap beberapa “penyakit” dari film sejenis. Utamanya di mana kisahnya tidak lain dan bukan hanyalah “jembatan” untuk bagian berikut dari narasinya, sehingga tidak terlalu aspiratif dibandingkan bagian pembuka dan penutup nantinya.
Yang di luar dugaan, film ternyata lebih keteteran dalam menjalankan tugasnya sebagai bagian tengah dari sebuah trilogi. Alih-alih menjadi penghubung untuk bagian penutup, Halloween Ends, maka Halloween Kills lebih pas menjadi semacam filler saja.
Hapus Halloween Kills dari timeline trilogi reboot Halloween, maka tak akan memberi dampak terlalu penting secara keseluruhan. Mengapa? Karena ia tidak memiliki bangunan cerita yang kuat dan lebih mirip sebuah sketsa yang terasa dimelarkan menjadi lebih panjang dari seharusnya.
Sebagaimana Halloween II (1981), kisah dalam Halloween Kills menyambung langsung dari Halloween (2018). Laurie bersama putrinya, Karen (Judy Greer), dan sang cucu, Allyson (Andi Matichak), mengira telah mengalahkan Michael Myers setelah menjebaknya di rubanah kediaman Laurie dan kemudian membakar rumahnya.
Sekawanan damkar malang menjadi korban keganasan Michael berikutnya. Beberapa warga kota lainnya juga mengalami nasib naas yang sama. Sementara itu, Tommy Doyle (Anthony Michael Hall), Lonnie Elam (Robert Longstreet), Lindsey Wallace (Kyle Richards) dan Marion Chambers (Nancy Stephens) melakukan reuni tahunan mereka saat mendengar kabar kembalinya Michael dan memutuskan untuk memburu sang pembunuh.
Pada intinya demikianlah plot untuk Halloween Kills, dengan Michael dan juga kota Haddonfield itu sendiri menjadi karakter utama, sementara Laurie dipinggirkan nyaris menjadi latar saja dan tidak melakukan apapun yang signifikan terhadap progresi naratif film.
Menarik memang saat karakter-karakter dari versi orisinal seperti Tommy, Lonnie, Lindsey dan juga Marion juga dilibatkan kembali. Tapi sayangnya naskah tidak memberi ruang bagi karakter mereka untuk berkembang. Bahkan karakter Tommy, yang entah disengaja atau tidak bertindak seperti provokator berpikiran picik, menjadi lebih menyebalkan ketimbang Michael Myers itu sendiri.
Halloween Kills memang memiliki naskah yang buruk. Bagaimana “mob mentality” menjadi rute yang diambil saat terjadi sebuah keresahan bisa menjadi sebuah muatan pesan sosial kuat malah hadir dengan mentah dalam Halloween Kills. Terasa mengada-ada, termasuk juga aksi-reaksi para karakternya, dan juga para warga kota, yang cenderung tidak logis dan ceroboh, kalau tidak mau dikatakan dungu.
Rangkaian adegan dalam Halloween Kills nyaris tidak menghidangkan tujuan tertentu, kecuali memperlihatkan serangkaian pembunuhan yang dilakukan Michael dan bagaimana respon karakter lain terhadapnya. Itu juga terasa lebih panjang dari seharusnya karena naskah mengulur-ulur plot sedemikian rupa dan kemudian ditutup dengan konklusi yang tidak membayar lunas apa yang telah ditunggu penonton di sepanjang durasinya.
Dengan semua sisi minusnya, setidaknya Halloween Kills tidak benar-benar membosankan. Eksekusi adegan pembunuhannya mungkin tidak menawarkan yang baru, sementara ketegangan yang dibangun suspensi dan atmosfernya juga berkualitas sedang saja, tapi boleh menjadi jeda menarik perhatian selepas kita terjebak dari kekonyolan plot film.
Rating :