Review

Info
Studio : Netflix, Karuna Pictures, Roemah Rumah Films
Genre : Drama, Horror, Thriller
Director : Teddy Soeriaatmadja
Producer : Teddy Soeriaatmadja, Uwie Balfas
Starring : Raihaanun, Ibnu Jamil, Tutie Kirana, Dea Panendra

Rabu, 03 Februari 2021 - 20:41:48 WIB
Flick Review : Affliction
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 1930 kali


Kita selama ini mengenal nama Teddy Soeriaatmadja sebagai sutradara film-film dengan estetika seni atau muatan pesan kuat. Contohlah film-film seperti Lovely Man, About A Woman, Ruma Maida atau bahkan debut film panjangnya, Banyu Biru.

Meski begitu, bukan berarti Teddy tidak ingin melakukan eksperimentasi dengan mencoba genre di luar zona amannya, seperti romansa dalam Badai Pasti Berlalu atau komedi konyol dalam Namaku Dick.

Kini, untuk pertama kalinya, Teddy pun mencoba untuk menggarap tema yang sebenarnya jamak dikerjakan oleh banyak sutradara Indonesia, horor, dalam sebuah film berjudul Pulang atau Affliction.

Bintang langganan Teddy, yang sekaligus istrinya di kehidupan nyata, Raihaanun, kembali dilibatkan. Ia berperan sebagai Nina, istri dari Hasan (Ibnu Jamil) dan ibu dua anak mereka. Nina masih gundah sepeninggal ibunya yang memutuskan untuk bunuh diri, entah dengan alasan apa.

Tiba-tiba ia mengetahui jika ibu mertuanya, diperankan Tutie Kirana, masih ada dan sekarang sedang mengalami kesusahan akibat alzheimer. Hasan awalnya enggan, namun akhirnya bersedia memboyong keluarganya untuk menemui sang ibu di kampung atas desakan Nina.

Nina yang baru saja kehilangan ibu kandungnya seolah memiliki kesempatan kedua untuk merawat sang mertua. Hanya saja, alzhemeir sepertinya bukan satu-satunya masalah yang harus diurus oleh Nina, karena beberapa peristiwa yang sulit diterima nalar mulai menimpanya.

Teddy jelas mengundang rasa penasaran dengan keterlibatannya dalam genre horor seperti Affliction. Sebagaimana diduga, aspek dramatis tentunya mendominasi film. Sebagaimana khas Teddy, alur berjalan dengan perlahan, bahkan merambat. Ia beruntung didukung oleh barisan bintang dengan kredibilitas akting yang mumpuni.

Meski plot dan karakterisasi yang  disajikan tipis sekali, tapi tetap bisa menarik atensi penonton untuk terlibat secara emosional. Sesuatu yang sepertinya sulit terealisasi kalau saja bukan Raihaanun, Ibnu atau ibu Tutie Kirana yang terlibat sebagai pemain, mengingat komitmen mereka terhadap peran masing-masing, terlepas sebenarnya betapa konyol naskah film ini.

Sebenarnya Teddy memiliki potensi untuk menjadikan Affliction sebagai sebuah drama horor dengan kedalaman tersendiri. Porsi drama dan horornya berimbang. Sayangnya, terlalu klise dan mengandalkan formula yang tertebak, sehingga hasil akhirnya membuat film terasa datar. Meski tidak terlalu mengandalkan jump-scare yang lazim dalam film sejenis, tapi eksekusi horor Teddy terlihat “amatiran” untuk benar-benar menghadirkan atmosfer yang menyeramkan.

Alur juga tidak terlalu maksimal dalam memaparkan apa sebenarnya yang ingin disampaikannya. Apakah rasa bersalah Nina yang merasa abai pada ibunya atau masa lalu misterius Hasan dan ibunya. Keduanya tampak berusaha untuk menjadi yang paling menarik perhatian, alih-alih saling melekat satu sama lain.

Ketimbang bernuansa psikologis, paparan film dangkal atau superfisial. Tidak ada yang benar-benar tergali, apalagi nyaris keseluruhan durasi didominasi oleh Nina, sehingga “kejutan” di akhir terkesan dipaksakan, meski sebenarnya tidak (dan sudah tertebak dengan mudah bahkan di paruh awal). 

Mungkin lain kali Teddy bisa mengupayakan film horor yang jauh lebih matang dan tidak terlihat tergesa dikerjakan. Karena, terlepas dari kekurangannya, Affliction sebenarnya memiliki modal untuk menjadi sebuah film yang berkesan. 




Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.