Review

Info
Studio : Fastnet Films, Voltage Pictures, Fábrica de Cine
Genre : Drama
Director : P. B. Shemran
Producer : Nicolas Chartier, Gastón Pavlovich
Starring : Mel Gibson, Sean Penn, Natalie Dormer

Kamis, 22 Oktober 2020 - 11:41:53 WIB
Flick Review : The Professor and the Madman
Review oleh : Titis Sapto Raharjo (@titisapto) - Dibaca: 1772 kali


Siapapun rasanya sepakat bahwa Oxford English Dictionary (OED) merupakan salah satu penemuan terpenting di bidang literasi dan ilmu pengetahuan. Kamus dengan ketebalan rata-rata sebanyak 800halaman yang terbagi ke dalam 20 jilid per edisinya ini tak saja mampu mengompilasi ratusan ribu kataBahasa Inggris, tetapi juga sanggup menghadirkan latar belakang sejarah dari tercetusnya kata tersebutdisertai dengan kutipan pemakaiannya. Sungguh luar biasa, bukan?

Omong-omong, selagi kamu membolak-balik halaman kamus penting ini, pernahkah terlintas di pikiran mengenai proses pembuatannya? Maksud saya, menilik hasil akhirnya yang bikin geleng-geleng saking lengkapnya –bahkan diupayakan untuk terus diperbaharui seiring perkembangan zaman serta bahasa – tentu prosesnya amatlah kompleks.

Membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk riset panjang sebelumakhirnya dibukukan. Bisa jadi ada kisah menggugah inspirasi dibaliknya, bisa jadi ada pula kisah mengharu biru di belakangnya. Terlebih, mahakarya tidak akan muncul begitu saja tanpa diiringi airmata dalam penciptaannya. Sempat mempertanyakan mengenai “behind the scenes” dari OED bertahun-tahun lalu, ternyata Simon Winchester telah merangkumnya melalui buku bertajuk The Surgeon of Crowthorne rilisan tahun 1998 yang kemudian diadaptasi menjadi film panjang berjudul The Professor and the Madman garapan P.B. Shemran alias Farhad Safinia. Dalam The Professor and the Madman, kita diperkenalkan kepada James Murray (Mel Gibson) yangmengajukan diri untuk mengisi posisi editor dalam pembuatan OED di Universitas Oxford. Tidak memilik iijazah dan putus sekolah pada usia 14 tahun membuat lamarannya cenderung dipandang sebelah mata.

Mudahnya, apa sih yang bisa ditawarkan oleh seseorang yang menimba ilmu secara otodidak tanpa pernah merasakan bangku perkuliahan di universitas prestisius? Tapi setelah anggota komite diyakinkan oleh Freddie Furnivall (Steve Coogan) yang turut bertindak sebagai editor, mereka memberi kesempatan kepada James. Terlebih, protagonis kita ini berhasil membuktikan kualifikasinya usai menjawab pertanyaan dari komite. Perjuangan James melawan “dunia” tidak lantas berhenti sampai di sini karenaambisinya untuk mengkreasi kamus yang selengkap dan seakurat mungkin menyebabkan proses pembuatan membutuhkan waktu panjang. Ada keberatan dari pihak komite yang menilainya taksepadan dengan hasil penjualan, ada kekecewaan dari sang istri (Jennifer Ehle) yang merasa diabaikan oleh suaminya, dan ada pula hambatan dalam pengerjaan kala beberapa kata tak ditemukan asal muasalnya.

Mencoba meminta bantuan kepada para pengucap Bahasa Inggris di seluruh dunia melalui selebaran, James akhirnya memperoleh bantuan tak diduga dari seorang penghuni rumah sakit jiwabernama William Chester Minor (Sean Penn).Yang juga tak diduga, The Professor and the Madman ternyata berkembang menjadi sebuah cerita persahabatan yang mengaduk emosi. Dari mulanya sebatas bertukar surat untuk urusan profesional demi menambah perbendaharaan kata dalam OED, James secara perlahan tapi pasti lantas berkawan dengan James yang satu frekuensi dengannya. James menemukan sosok yang memahami mengenai dunianya, sementara William mendapatkan kesempatan untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi ilmupengetahuan. Sean Penn bermain gemilang sebagai William yang kehidupannya runtuh sekembalinya dia dari medan peperangan. Trauma menyebabkannya kerap mendapat penglihatan-penglihatan yangmengusik ketenangannya. Bahkan, gara-gara penglihatannya ini, dirinya tak sengaja membunuh seorang pria di depan kediamannya yang membuatnya mendekam dibalik tembok rumah sakit jiwa. William pundikuasai rasa bersalah lantaran telah merenggut kebahagiaan istri korban, Eliza (Natalie Dormer), beserta keenam anaknya yang kini nasibnya terkatung-katung akibat kehilangan tulang punggung keluarga. Sebagai wujud tanggung jawab, dia mencoba untuk membentuk relasi dengan Eliza dengan menyerahkan uang pensiunnya melalui seorang penjaga di rumah sakit, Muncie (Eddie Marsan). Tentu saja, Eliza yang masih berduka dan sakit hati pun tak serta merta menerima pemberian dari seseorangyang sudah membunuh suaminya.Dari hubungan William dengan Eliza, lalu hubungannya dengan James, serta hubungannya dengan parastaf di rumah sakit, The Professor and the Madman mengajak penonton untuk berbincang mengenai determinasi, kemanusiaan, sekaligus pengampunan.

Sebuah topik obrolan yang mengusik pemikiran ditengah laju pengisahan yang mengalun pelan. Saya pribadi menyukai saat film memberikan sorotannya kepada relasi unik antara William dengan James, dan sesekali membayangkan bagaimana persahabatan keduanya akan terbentuk dalam situasi normal. Terasa hangat. Sementara saat P.B. Shemran mengalihkannya pada relasi kompleks yang melibatkan Eliza, film menghadapkan kita pada perenungan berbasis tanya, “bersediakah kita memberi maaf kepada seseorang yang telah menghilangkan sumber kebahagiaan kita, atau justru kita memilih untuk memelihara dendam?” Dari percakapan dua tokoh ini yang terus mengalir seiring berjalannya waktu, kita bisa mendeteksi bahwa pengampunan adalah jalan terbaik untuk berdamai dengan duka dan lara. Jalan terbaik untuk kembali melanjutkan hidup setelah terjatuh.

Disamping lakonan ciamik Sean Penn, akting memesona dari Natalie Dormer, Mel Gibson, serta Eddie Marsan menjadi satu alasan mengapa The Professor and the Madman dapat menjelma menjadi sajian biopik yang mengesankan. Alasan lain, sisi teknisnya yang impresif seperti sinematografi menawan dari Kasper Tuxen yang menciptakan nuansa mencekam sekaligus menenangkan, serta desain kostum dan tata artistik yang mampu menghadirkan suasana abad 19 secara meyakinkan.

*Saat ini The Professor and the Madman ditayangkan secara eksklusif di situs streaming Mola TV. Kalian bisa menontonnya dengan mendaftar dan membayar paket langganan sebesar Rp. 12.500/30hari. Atau bisa juga menikmati paket HBO GO senilai Rp. 65.000/ bulan. Murah sekali dan mudah sekali karena pembayaran dapat dilakukan melalui OVO maupun virtual account. Untuk langsung menonton bisa langsung klik disini: https://mola.tv/watch?v=vd94714791&utm_campaign=TVC-PATM&utm_medium=blog&utm_source=kol*

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.