Review

Info
Studio : MAX Pictures
Genre : Drama, Romance
Director : Fajar Bustomi, Pidi Baiq
Producer : Ody Mulya Hidayat
Starring : Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Ira Wibowo, Happy Salma, Jerome Kurnia

Minggu, 03 Maret 2019 - 19:21:57 WIB
Flick Review : Dilan 1991
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1379 kali


Setelah Dilan 1990 (Fajar Bustomi, Pidi Baiq, 2018), kisah cinta Dilan dan Milea kini berlanjut lewat Dilan 1991. Dengan naskah cerita yang masih ditulis oleh Titien Wattimena berdasarkan novel berjudul Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 yang ditulis oleh Baiq, Dilan 1991 berkisah mengenai hubungan antara Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) yang kini telah resmi berpacaran. Kebahagiaan hubungan asmara pasangan muda tersebut, sayangnya, kemudian mendapatkan rintangan ketika Dilan kembali terlibat dalam sebuah perkelahian yang menyebabkan dirinya ditahan oleh pihak kepolisian dan terancam untuk dikeluarkan dari sekolahnya. Milea jelas merasa kesal dengan perilaku Dilan dan mengancam untuk mengakhiri hubungan mereka jika Dilan tidak berhenti terlibat dalam berbagai perseteruan bersama dengan geng motornya. Tanpa disangka, karena tidak suka merasa dikekang oleh siapapun, Dilan malah memilih untuk meninggalkan hubungan asmaranya dan kemudian mulai menjauhi Milea. 

Jika Dilan 1990 memberikan fokus yang lebih besar pada karakter Dilan – dan bagaimana karakter tersebut berusaha untuk merebut perhatian sekaligus hati dari karakter Milea, maka Dilan 1991 mengalihkan sebagian besar perhatiannya pada karakter Milea. Beruntung, perubahan fokus tersebut mampu memberikan sejumlah warna baru bagi linimasa penceritaan film. Tidak lagi melulu menghadirkan deretan dialog puitis yang seringkali terdengar menggelikan ketika disampaikan oleh karakter Dilan, Dilan 1991 tampil lebih lugas dalam mengeksplorasi hubungan yang dijalin oleh karakter Milea bersama dengan karakter-karakter pendukung lain yang di film sebelumnya kurang mendapatkan pengembangan secara mendalam. Lihat saja bagaimana dinamika hubungan antara karakter Milea dengan kedua orangtuanya (Muhammad Farhan dan Happy Salma) atau dengan ibu dari karakter Dilan (Ira Wibowo) yang berhasil disajikan sebagai elemen krusial dalam penyajian momen-momen hangat nan emosional dalam film ini.

Sayang, ketika Dilan 1991 mampu tampil selangkah lebih maju dalam pengembangan deretan konflik dan karakter pendukungnya, film ini kemudian justru terasa mundur dua langkah dalam sajian kisah yang berhubungan dengan dua karakter utamanya. Konflik romansa yang terbentuk antara karakter Dilan dan karakter Milea tidak lebih dari sekedar repetisi dari Dilan 1990 yang sama sekali tidak mendapatkan pembaharuan maupun perkembangan apapun ketika dijadikan satu-satunya konflik dalam hubungan asmara antara kedua karakter utama Dilan 1991. Kehadiran karakter-karakter baru dalam jalan cerita film ini juga gagal untuk tampil mengikat. Karakter Yugo (Jerome Kurnia) yang dikisahkan berusaha untuk mendekati karakter Milea sebenarnya memiliki potensi kuat untuk menjadi konflik yang menarik. Namun, kisah tersebut kemudian tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk dijabarkan secara lebih mendalam.

Naskah cerita Dilan 1991 juga terkesan lebih mementingkan pengembangan momen-momen sesaat daripada berusaha untuk menjalin satuan pengisahan yang bersifat lebih utuh. Beberapa momen tersebut memang berhasil memberikan tampil mengesankan. Kebanyakan, sayangnya, lebih sering terasa sebagai adegan-adegan pengisi waktu yang dapat saja dihilangkan dan sama sekali tidak akan berpengaruh pada kontinuitas penceritaan konflik utama. Salah satu yang cukup mengganggu adalah keberadaan adegan seorang guru (Ence Bagus) yang dikisahkan memendam rasa kekaguman kepada karakter Milea. Tidak hanya adegan tersebut sama sekali tidak berguna kehadirannya – Lucu? Tidak – adegan tersebut justru terasa creepy dan tidak pantas – guyonan dalam kalimat “Kamu seksi.” Really? – dalam penggambaran hubungan antara seorang guru dengan muridnya yang jelas berusia jauh lebih muda.

Terlepas dari kualitas pengisahan yang tidak konsisten, Dilan 1991 harus diakui terasa lebih matang penggarapannya jika dibandingkan dengan film pendahulunya. Penuturan Bustomi dan Baiq kini terasa lebih lancar. Begitu juga penggarapan tampilan desain produksinya – meskipun detil yang terkait dengan product placement dalam beberapa adegan film tampil cukup menyita perhatian, jika tidak ingin disebut mengganggu. Kualitas penampilan departemen akting Dilan 1991 juga hadir solid. Chemistry antara Ramadhan dan Prescillia mengalun secara alami dan menyenangkan untuk disaksikan. Keduanya juga mampu memberikan pengembangan ataupun pendewasaan terhadap karakter mereka. Farhan, Wibowo, dan Salma menjadi pemeran pendukung yang seringkali mencuri perhatian lewat penampilan akting mereka.

Secara keseluruhan, meskipun tidak menawarkan kemajuan kualitas penceritaan yang berarti, Dilan 1991 masih mampu tersaji sebagai sebuah kisah drama romansa remaja yang menyenangkan. Dan hal tersebut mungkin cukup bagi para penikmat seri film ini.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.