Review

Info
Studio : 30WestAutomatik Entertainment
Genre : Action, Crime, Drama
Director : Karyn Kusama
Producer : Fred Berger, Phil Hay, Matt Manfredi
Starring : Nicole Kidman, Sebastian Stan, Toby Kebbell, Tatiana Maslany, Bradley Whitford

Sabtu, 02 Februari 2019 - 17:44:34 WIB
Flick Review : Destroyer
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1325 kali


Layaknya film-film yang telah ia arahkan terdahulu seperti Girlfight (2000), Æon Flux (2005), dan Jennifer’s Body (2009), film terbaru arahan Karyn Kusama, Destroyer, juga menampilkan sosok perempuan sebagai karakter utama yang menguasai sekaligus mendominasi linimasa penceritaan. Dalam Destroyer, karakter tersebut adalah Erin Bell yang diperankan oleh Nicole Kidman. Erin Bell adalah sosok polisi perempuan yang akibat torehan masa lalu yang kelam membuatnya kini sepertinya tidak lagi mampu menjaga hubungan apapun dengan orang lain – baik dalam skala personal maupun profesional. Suatu hari, di tempat kerjanya, Erin Bell menerima sebuah amplop yang berisi uang US$100 yang telah terkena noda tinta pada lembarannya. Sebuah kiriman yang misterius namun Erin Bell menyadari bahwa kiriman tersebut berhubungan dengan tragedi yang pernah ia alami di masa lampau yang sepertinya hadir kembali untuk menghantui kehidupannya. 

Kidman mungkin mampu menghadirkan penampilan yang fantastis guna menghidupkan karakter kompleks yang diperankan – dan hal tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan tata rias ekstra berat yang dilekatkan pada wajahnya. Karakter Erin Bell adalah sosok karakter yang jelas tidak akan mudah untuk disukai. Dengan masa lalu yang melibatkannya pada kematian sosok yang ia sayangi, ketagihannya pada minuman beralkohol, pengkhianatan yang ia lakukan pada pihak kepolisian tempatnya bekerja, hingga ketidakmampuannya untuk menjalin hubungan emosional dengan puterinya, karakter Erin Bell terasa sebagai seseorang yang akan menghancurkan setiap hal yang ia sentuh akibat obsesinya yang tidak kunjung selesai untuk memperbaiki masa lalunya. Kidman menyelami setiap sudut kelam dan perubahan sisi emosional dari karakter Erin Bell dengan sempurna. Tata rias yang diberikan padanya – yang dilakukan untuk mempertegas pengaruh adiksi pada alkohol (dan rasa depresi) pada penampilan fisiknya – memang seringkali terasa memecah perhatian. Meskipun begitu, sulit untuk menolak fakta bahwa penampilannya menjadikan setiap menit perjalanan Destroyer menjadi begitu bermakna.

Sayangnya, tidak banyak pujian yang dapat disematkan pada kualitas penceritaan film ini. Naskah cerita yang ditulis oleh Phil Hay dan Matt Manfredi – yang sebelumnya juga bekerjasama dengan Kusama dalam Æon Flux dan The Invitation (2015), sebenarnya memiliki struktur kisah yang tidak terlalu buruk terlepas dari pengolahan cerita yang terlalu familiar dan sederhana serta kedangkalan penggalian karakter-karakter sekunder yang berada di sekitar karakter utama. Ketidakmampuan Hay dan Manfredi untuk memberikan bangunan kisah yang lebih kuat menjadikan banyak bagian cerita Destroyer menjadi terasa kurang mengikat. Hal tersebut sangat dapat dirasakan dari minimnya keberadaan sentuhan emosional pada karakter Erin Bell yang meskipun telah dihadirkan dengan berbagai konflik dan problema namun tetap tidak pernah benar-benar mampu menggerakkan penonton. Destroyer baru terasa sukses memberikan kehidupan pada karakter Erin Bell pada paruh akhir film – ketika jalan cerita akhirnya bergerak dengan ritme yang wajar serta karakter Erin Bell kemudian dihadapkan pada sosok karakter anaknya, Shelby Bell (Jade Pettyjohn), serta beberapa karakter lain dari masa lalunya.

Keadaan semakin diperburuk oleh pengarahan dan pilihan artistik dalam penataan gambar yang dipilih Kusama. Dengan jalan cerita yang terasa cukup miskin akan konflik-konflik yang mengikat, Kusama memilih untuk menuturkan Destroyer dalam alur pengisahan yang (terlalu) lamban, panjang, dan bertele-tele. Cerita film yang kemudian disajikan dalam linimasa pengisahan secara non-linear – dengan banyak adegan kilas balik yang menginterupsi adegan-adegan yang berlatarbelakang waktu pengisahan di masa sekarang – juga membuat film ini menjadi lebih sukar untuk menanamkan kesan yang lebih mendalam. Destroyer kemudian berakhir sebagai sajian yang hambar dan membosankan terlepas dari berbagai pencapaian lain yang mampu disajikan film ini di kategori teknis maupun dalam penampilan Kidman yang menghipnotis.

Dengan keterbatasan pengembangan konflik dan kisah yang diberikan pada karakter-karakter pendukung film ini, tidak mengherankan banyak penampilan prima dari barisan pengisi departemen akting Destroyer menjadi terkesan terbuang dengan percuma. Tatiana Maslany, Toby Kebbell, dan Scoot McNairy hadir meyakinkan dalam momen-momen penampilan mereka. Bahkan aktris muda Pettyjohn yang berperan sebagai anak dari karakter Erin Bell berhasil tampil mengimbangi penampilan brilian Kidman. Sebastian Stan, yang berperan sebagai sosok yang sebenarnya krusial namun lebih sering hadir dalam adegan-adegan kilas balik, sekali lagi membuktikan kapabilitas aktingnya yang begitu solid. Chemistry yang ia berikan bersama dengan Kidman tampil begitu hangat – yang, sayangnya, membuat Destroyer menjadi mati rasa ketika dirinya tidak lagi hadir mengisi adegan film.

Destroyer berakhir sebagai sebuah potensi besar yang gagal untuk dikembangkan dengan lebih baik. Suatu hal yang jelas buruk mengingat Kidman telah memberikan salah satu penampilan paling meyakinkannya bagi film ini.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.