Sukses What Happened to Monday dan Bright (keduanya rilisan 2017), tampaknya Netflix makin percaya dengan kolaborasi mereka dengan aktris asal Swedia, Noomi Rapace. Selanjutnya, kini ia beraksi dalam sebuah aksi-thriller berjudul Close, yang kembali memperlihatkan ketangguhan Rapace dalam berlaga.
Rapace berperan sebagai Sam Carlson, seorang bodyguard, atau dalam istilah film adalah close protection officer (CPO) yang bertugas untuk menjadi pengaman putri seorang miliuner bernama Zoe Tanner (Sophie Nélisse). Tugas Sam sederhana saja, mengawal Zoe pergi ke Moroko.
Tugas yang seharusnya gampang tersebut menjadi rumit saat sekawanan pria misterius membobol rumah milik keluarga Zoe. Sam berhasil melarikan diri bersama Zoe, tapi bahaya selalu mengancam mereka, sehingga muncul kecurigaan jika insiden ini didalangi oleh ibu tiri Zoe, Rima Hassine (Indira Varma).
Di atas kertas plot Close terlihat seperti sebuah opera sabun. Memang ada beberapa aspek film berindikasi seperti itu, walau secara umum ia adalah sebuah kisah bertahan hidup dan juga women empowerment.
Pemilihan Vicky Jewson sebagai sutradara cukup beralasan karena kisah dengan perempuan-perempuan berkarakter kuat layak untuk digarap oleh perempuan lainnya. Jewson tidak menyiakan kesempatan ini, karena ia mampu menghadirkan adegan aksi dengan intensitas cukup terjaga dan memiliki urgensi.
Hal ini sudah dibuktikan dengan adegan pembuka menegangkan, di mana Sam mampu menyelamatkan dua jurnalis yang dikawalnya dengan mengandalkan kecerdasan sekaligus ketrampilannya. Adegan sederhana ini cukup baik dalam memperkenalkan karakter Sam itu sendiri, meski kemudian alur mengupas dirinya lagi lebih dalam sehingga tidak menjadi sosok satu dimensi mesin laga tipikal.
Close boleh dikatakan tidak terjebak dalam menampilkan karakter perempuan dalam spektrum seragam. Memang ada Sam yang gahar dan tangkas, namun juga ada Zoe, perempuan feminin yang cenderung egois.
Naskah yang ditulis oleh Jewson dan Rupert Whitaker kemudian memberi pengembangan karakter yang cukup bernuansa tanpa terkesan berlebihan, seperti Sam dengan sisi halusnya dan Zoe yang ternyata bisa beringas jika diperlukan. Pada akhirnya film menegaskan jika perempuan “kuat” datang dalam berbagai wujud.
Rapace tentu tidak usah diragukan lagi dedikasinya dalam beradegan laga. Bagaimanapun ia adalah si gadis bertato naga yang fenomenal. Pemilihan untuk melandaskan aksi fisiknya dengan lebih membumi, ketimbang menggambarkan ia sebagai ahli kung-fu misalnya pun menekankan realisme yang diusung film. Nélisse pun mampu mengimbangi Rapace sehingga duet mereka menjadi tandem solid dalam menggerakkan plotnya.
Sayangnya naskah juga memiliki kelemahan tersendiri. Plot-nya terlalu sederhana dan tertebak. Jewson dan Whitaker seperti tidak tahu mau mengarahkan ceritanya kemana lagi, selain mengikuti arketipe cerita sejenis. Menjelang akhir, momen opera sabun hadir lebih mendominasi ketimbang suspensinya itu sendiri, sehingga film ditutup dengan momentum yang cukup mengecewakan. Tanggung lah boleh dikatakan.
Terlepas dari itu, sebagai thriller Close bukan hanya mengandalkan laga dan aksi mendebarkan saja, namun ia juga mencoba membedah kompleksnya sisi femininitas seorang perempuan. Meski pisaunya memang agak tumpul, serta kekurangan-kekurangan lainnya, Close tetap film menarik untuk diikuti.
Rating :