Review

Info
Studio : Armory Films
Genre : Biography, Drama, Thriller
Director : James Cox
Producer : Cassian Elwes, Holly Wiersma
Starring : Ansel Elgort, Taron Egerton, Emma Roberts, Kevin Spacey, Bokeem Woodbine

Senin, 10 Desember 2018 - 19:29:01 WIB
Flick Review : Billionaire Boys Club
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1633 kali


Diarahkan oleh James Cox (Straight A’s, 2013) berdasarkan naskah yang ia tulis bersama dengan Captain Mauzner (Factory Girl, 2006), Billionaire Boys Club memulai alur pengisahannya ketika dua pemuda yang dahulu pernah bersahabat dekat ketika masih duduk di bangku sekolah, Joe Hunt (Ansel Elgort) dan Dean Karny (Taron Egerton), kembali bertemu dan kemudian memutuskan untuk menjalani bisnis bersama. Dengan memanfaatkan modal yang diperoleh dengan mudah melalui teman-teman sekolah mereka yang memang berasal dari keluarga kaya raya, bisnis investasi yang dibangun oleh Joe Hunt dan Dean Karny – yang dilangsungkan dengan menjalankan Skema Ponzi – mulai menarik perhatian banyak pemodal besar termasuk Ron Levin (Kevin Spacey) yang merupakan seorang pebisnis besar dengan banyak koneksi yang menjanjikan dan kemudian bergabung bersama Joe Hunt dan Dean Karny sebagai penasehat mereka. Layaknya banyak bisnis yang menggunakan Skema Ponzi, investasi yang dijalankan Joe Hunt dan Dean Karny berjalan mulus dan segera menjadikan mereka sebagai sosok muda yang bergelimang harta. Namun, sebuah tindak pengkhianatan lantas mulai menghancurkan bisnis tersebut… dan bahkan menyeret Joe Hunt dan Dean Karny dalam kasus pembunuhan. 

Dengan jalan cerita yang terinspirasi dari sebuah kisah nyata – dan sebelumnya pernah diadaptasi menjadi film televisi berjudul sama yang ditayangkan pada tahun 1987, Billionaire Boys Club memang memiliki warna penceritaan yang serupa dengan Wall Street (Oliver Stone, 1987) hingga The Wolf of Wall Street (Martin Scorsese, 2013) yang berkisah tentang dunia bisnis, ambisi untuk meraih kesuksesan besar, hingga ketamakan yang akhirnya justru menjadi awal kehancuran dari bisnis dan karakter tersebut. Sayangnya, jauh berbeda dengan Wall Street maupun The Wolf of Wall Street, naskah cerita garapan Cox dan Mauzner hadir dengan penggalian yang dangkal atas deretan konflik yang ingin mereka sampaikan. Semenjak awal penceritaan, Billionare Boys Club telah terasa bagaikan kompilasi berbagai adegan standar film-film sejenis yang kemudian dipadukan tanpa pernah mampu dihadirkan dengan intensitas maupun daya tarik pengisahan yang kuat. Tidak hanya datar dan membosankan namun naskah cerita buatan Cox dan Mauzner juga seringkali terasa bagaikan tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan melalui film ini.

Billionaire Boys Club sendiri tidak hanya bercerita tentang bisnis investasi yang dijalani oleh karakter-karakternya. Pada beberapa bagian cerita, film ini berusaha memberikan sentuhan emosional lewat jalinan hubungan romansa yang terbentuk antara karakter Joe Hunt dengan karakter Sydney Evans (Emma Roberts). Sial, kisah sempalan tersebut malah tampil dengan kualitas lebih buruk ketika elemen cerita cinta itu dikembangkan dengan setengah matang dan hanya digunakan untuk mengisi celah-celah penceritaan yang terasa hampa. Sama sekali tidak berguna kehadirannya. Hal yang sama juga dapat dirasakan dari pengemasan deretan karakter yang tampil dalam linimasa penceritaan film ini. Tidak satupun dari karakter-karakter yang hadir dalam film ini berhasil diberikan penggalian kisah yang dalam maupun mumpuni – termasuk karakter Joe Hunt yang menjadi karakter sentral dan seharusnya menjadi karakter kunci yang mampu memberikan nyawa pada setiap elemen cerita Billionaire Boys Club. Dan ketika kualitas tersebut diaplikasikan pada sejumlah karakter yang berjumlah cukup banyak, tidak mengherankan jika banyak penonton merasa kebingungan dengan fungsi beberapa karakter di dalam jalan pengisahan.

Penampilan para pengisi departemen akting film ini harus diakui memang menjadi elemen terbaik dari presentasi Billionaire Boys Club. Di saat yang bersamaan, mereka yang mengharapkan untuk mendapatkan sebuah penampilan kharismatik dari Elgort seperti yang disajikan Michael Douglas lewat Wall Street maupun Leonardo DiCaprio lewat The Wolf of Wall Street sepertinya harus bersiap untuk merasakan rasa kecewa yang mendalam. Elgort memang tidak memiliki kharisma yang sekuat dua aktor seniornya tersebut. Penampilannya bahkan seringkali terasa tenggelam ketika dirinya berada dalam adegan yang sama dengan Spacey. Sebuah elemen yang sekali lagi membuat Billionaire Boys Club gagal untuk tampil prima. Egerton dan Roberts juga tidak banyak membantu dengan penampilan dari karakter mereka yang memang terbatas gerakannya.

Dengan segala kualitas yang terasa serba tanggung di berbagai lini tersebut, rasanya tidak mengherankan jika melihat Billionaire Boys Club kemudian terpuruk dalam penyampaiannya. Pengarahan yang diberikan Cox juga berbanding lurus dengan kualitas naskah cerita yang disampaikannya: berniat untuk menggali sebuah konflik bernilai sejarah namun tampil dengan kemampuan yang sama sekali tidak memadai untuk melakukannya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.