Merupakan passion project dari film blogger–turned–filmmaker, Witra Asliga – yang bahkan telah mulai dikembangkan sebelum dirinya terlibat untuk mengarahkan salah satu segmen dalam omnibus 3 Sum (Asliga, William Chandra, Andri Cung, 2013), The Returning membuka perjalanan kisahnya dengan menggambarkan kehidupan Natalie (Laura Basuki) dan kedua anaknya, Maggie (Tissa Biani Azzahra) dan Dom (Muzakki Ramdhan), setelah suaminya, Colin (Ario Bayu), dinyatakan hilang saat panjat tebing. Tiga bulan setelah hilangnya Colin, semua orang mulai berusaha untuk meyakinkan Natalie agar dirinya merelakan kepergian sang suami dan segera melanjutkan hidup. Namun, rasa cintanya yang besar kepada Colin, dan jenazah Colin yang tak kunjung ditemukan, membuat Natalie masih yakin akan adanya peluang bahwa suaminya masih berada dalam keadaan hidup. Kejutan. Satu malam, Colin benar-benar kembali ke rumahnya untuk menemui Natalie dan kedua anak mereka. Sebuah reuni yang jelas menghadirkan lagi kebahagiaan bagi keluarga tersebut. Namun, secara perlahan, kembalinya Colin turut menghadirkan deretan teror bagi Natalie, Maggie, dan Dom. Apakah Colin benar-benar telah kembali pada keluarganya?
The Returning sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi sebuah presentasi horor dengan sentuhan drama keluarga yang kuat. Sebagai sutradara, Asliga terasa benar-benar berusaha membangun kedua elemen tersebut pada presentasi cerita yang dihadirkannya. Daripada memberikan banyak momen-momen teror horor pada penontonnya, Asliga lebih memilih untuk memberikan pendekatan atmospheric horror dengan penataan ritme cerita yang berlangsung cenderung lamban namun kemudian memberikan penguatan pada karakterisasi dan deretan konflik yang menghampiri karakter-karakter yang ada dalam linimasa pengisahan film ini. Di saat yang bersamaan, ruang yang luas bagi penggalian konflik dan karakter dalam naskah cerita The Returning memberikan kesempatan bagi film ini untuk tampil menonjol dengan kisah drama keluarganya. Sayang, elemen drama keluarga tersebut seringkali terbangun dengan konflik-konflik yang berkualitas cenderung lemah.
Lemahnya deretan konflik drama keluarga yang kemudian mendominasi jalan cerita film lantas menjadi problema utama mengapa The Returning tampil begitu menjenuhkan dalam bertutur. Ritme cerita yang berjalan terbata-bata membuat intensitas emosional dalam setiap adegan terasa tidak pernah mampu tersaji dengan matang. Belum lagi pengadeganan cerita yang terlalu sering memanfaatkan tampilan gambar siang dan malam sebagai penanda waktu dalam cerita yang membuat banyak elemen cerita gagal untuk berpadu dengan rapi. Asliga juga terasa kebingungan untuk memberikan pengarahan yang mumpuni untuk jalan cerita filmnya ketika The Returning kemudian secara tiba-tiba memilih untuk bergerak dengan ritme pengisahan yang cepat dalam membuka tabir sebuah pelintiran cerita dan penyelesaian konfliknya pada paruh pengisahan terakhir. Masalah-masalah ini yang kemudian membuat pengarahan Asliga terkesan tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh filmnya: minim dalam memberikan presentasi horor namun juga berkesan terlalu lemah dalam pengolahan drama keluarga yang diembannya.
Dan meskipun departemen akting film ini diperkuat nama-nama seperti Bayu, Basuki, Biani, dan Ramdhan, karakter-karakter dalam jalan cerita The Returning tidak pernah benar-benar mampu untuk memberikan ikatan yang kuat kepada penonton atas cerita yang mereka bawakan. Hal ini masih ditambah dengan miskinnya jalinan chemistry yang dapat dirasakan antara para pemeran utama ketika mereka tampil sebagai sebuah satuan keluarga. Penampilan akting lain yang hadir dari Dayu Wijanto, Paul Agusta, dan Otig Pakis turut memberikan kontribusi yang menyenangkan terlepas dari minimnya porsi pengisahan yang diberikan pada karakter-karakter yang mereka perankan.
Rating :