Review

Info
Studio : Relativity Media
Genre : Action
Director : Dominic Sena
Producer : Alex Gartner, Charles Roven
Starring : Nicolas Cage, Ron Perlman, Claire Foy, Stephen Campbell Moore, Christopher Lee

Rabu, 19 Januari 2011 - 19:45:24 WIB
Flick Review : Season of the Witch
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2737 kali


Terlepas dari apa yang ditunjukkan oleh kualitas film yang ia perankan akhir-akhir ini, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa Nicolas Cage adalah salah satu aktor paling berbakat yang pernah dimiliki Hollywood. Kesalahan besar yang sering dilakukan Cage adalah seringnya ia memilih naskah yang salah (atau memang hanya alasan ekonomi akibat tuntutan pihak pajak Amerika Serikat kepada dirinya) untuk ia perankan. Ketika diberi karakter peran yang tepat dan menantang, Cage selalu mampu untuk menampilkan sisi terbaik dari kemampuan aktingnya. Suatu hal yang mungkin terakhir kali para penikmat film lihat lewat perannya sebagai seorang polisi koruptor di Bad Lieutenant: Port of Call New Orleans (2009).

Season of the Witch sendiri memiliki premis yang sepertinya akan meletakkan Cage kembali ke daerah dimana kemampuan aktingnya yang cukup handal tersebut kembali dipertanyakan oleh banyak pihak. Bekerjasama kembali dengan Dominic Sena yang pernah mengarahkannya dalam Gone in 60 Seconds (2000), Season of the Witch berkisah mengenai dua orang ksatria yang mengawal perjalanan beberapa biarawan untuk membawa seorang gadis yang dituduh sebagai seorang penyihir dan menyebabkan tersebarnya wabah yang membunuh banyak orang. Sesuatu yang mungkin akan mengingatkan beberapa orang pada film karya sutradara Inggris, Christopher Smith, Black Death (2010).

Memiliki kisah yang berlatar belakang waktu di Eropa pada abad ke-13, Season of the Witch berfokus pada dua orang karakter utama, Behmen (Cage) dan Felson (Ron Perlman). Keduanya merupakan seorang ksatria gereja yang baru saja mengundurkan diri dari pasukannya setelah mengetahui bahwa gereja sama sekali tidak melakukan pelarangan pada pasukan untuk membunuh wanita dan anak-anak. Behmen dan Felson akhirnya memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya… untuk kemudian menemukan bahwa seluruh masyarakat disana telah tewas akibat sebuah wabah yang sedang melanda.

Wabah itu sendiri diduga terjadi akibat tindakan beberapa penyihir yang sengaja memanfaatkan kekuatannya untuk kejahatan. Walau pada awalnya mencoba menyembunyikan identitasnya sebagai ksatria gereja, identitas tersebut akhirnya diketahui. Cardinal D’Ambroise (Christopher Lee), yang juga telah terinfeksi wabah tersebut, kemudian meminta bantuan keduanya untuk mengawal para biarawan yang akan membawa seorang gadis (Claire Foy) yang dituduh sebagai penyihir yang menyebarkan wabah penyakit ke sebuah biara untuk mendapat sebuah pengadilan. Perjalanan pun dimulai dengan menemui begitu banyak rintangan yang mengancam jiwa setiap orang yang berada dalam kelompok tersebut.

Mungkin, begitu lelahnya banyak orang dengan melihat pilihan-pilihan film Nicolas Cage, maka kebanyakan dari mereka akan mengira bahwa mereka akan melihat Cage dalam kemampuan akting yang sangat menyedihkan di dalam film ini. Sama sekali tidak. Sebagai seorang ksatria bernama Behmen, seorang karakter yang sedikit bicara lewat kata-kata dan lebih sering bertindak lewat pedangnya, Cage sama sekali tidak mengecewakan. Ron Perlman yang mendampinginya juga tampil baik dalam menghidupkan tiap dialog – yang terkadang menjadi unsur komedi dalam film ini – yang ia miliki. Walaupun tidak ada yang sama sekali menonjol, jajaran pemeran pendukung film ini juga berhasil membawakan ritme Season of the Witch dengan cukup baik.

Yang benar-benar menjadi masalah dari film ini, dan merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal, adalah alur kisah yang berjalan terlalu familiar dan disajikan dengan ritme yang benar-benar berjalan lamban. Begitu lambannya ritme film ini berjalan, beberapa orang akan merasa bahwa durasi 98 menit yang dihadirkan oleh Dominic Sena terasa lebih panjang dari seharusnya. Ini terjadi akibat Sena tidak mampu melengkapi film ini dengan kadar intensitas ketegangan yang kuat dalam merangkai kisah perjalanan para karakternya. Tentu, di perjalanannya, karakter-karakter ini menemui banyak hambatan: mulai dari serangan zombie dalam wujud serigala, jembatan yang dapat melenyapkan nyawa mereka, godaan dari sang penyihir dan masih banyak hal lainnya. Namun, hal ini disajikan dengan ritme yang hampir dapat dikatakan mendatar dan dengan tata efek yang juga tidak begitu memukau.

Satu-satunya kesempatan Season of the Witch dapat memulihkan kembali jalan cerita yang terlanjur melempem berada di babak akhir kisah ini, dimana para anggota perjalanan tersebut harus menghadapi “sesuatu” yang merupakan penyebab sebenarnya dari wabah tersebut. Dalam rangkaian adegan ini, Sena cukup berhasil merangkai deretan adegan aksi yang walaupun tidak istimewa, namun setidaknya masih mampu memiliki kualitas intensitas cerita yang berada di atas adegan-adegan sebelumnya yang dihadirkan.

Apakah Season of the Witch benar-benar memenuhi ekspektasi bahwa film ini seburuk prasangka banyak orang? Mungkin benar. Dari sisi cerita, Season of the Witch memang tidak mampu berkata apa-apa. Tiap adegan disajikan dengan tanpa kehadiran karakterisasi maupun jalinan emosional yang kuat dan masih ditambah dengan ritme lamban yang dipilih Sena dan justru menyebabkan film ini berjalan begitu membosankan. Tidak mengherankan jika kemudian para aktor yang berada di dalam jalan cerita film ini terjebak dan kurang mampu dalam mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Bukan sebuah kualitas akhir yang dapat kembali mencerahkan filmografi seorang Nicolas Cage (atau memperbaiki reputasi buruk seorang Dominic Sena).

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.