What’s Hollywood’s last great romantic comedy? Jawaban Anda mungkin bervariasi: mulai dari Love Actually (Richard Curtis, 2003) atau Pride & Prejudice (Joe Wright, 2005) atau The Proposal (Anne Fletcher, 2009) atau Silver Linings Playbook (David O. Russell, 2012) atau Her (Spike Jonze, 2013). Harus diakui, terlepas dari berbagai jawaban yang akan muncul, Hollywood begitu terasa semakin kesulitan untuk menghasilkan film-film komedi romantis dengan sentuhan kehangatan penceritaan yang setara film-film klasik sejenis yang dahulu sering dihasilkannya. Film terbaru arahan Jon M. Chu (Justin Bieber’s Never Say Never, 2013), Crazy Rich Asians, jelas berusaha menghadirkan kembali atmosfer romansa yang telah terasa meredup tersebut dalam presentasinya. Diadaptasi dari novel popular berjudul sama karya Kevin Kwan, kisah pertemuan seorang profesor dengan keluarga kekasihnya yang kaya raya memang tidaklah menawarkan sebuah formula pengisahan yang baru. Namun, Chu mampu mengolah formula familiar tersebut dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan paduan pengisahan komedi dan drama romansa yang tidak hanya terasa segar namun juga mampu tampil menyentuh dan menghasilkan pemikiran yang cukup mendalam identitas etnis dan budaya.
Dengan naskah cerita yang digarap oleh Peter Chiarelli (Now You See Me 2, 2016) dan Adele Lim, Crazy Rich Asians memulai pengisahannya ketika Rachel Chu (Constance Wu) diajak oleh sang kekasih, Nick Young (Henry Golding), untuk menemaninya pulang ke kampung halamannya di Singapura guna menghadiri pernikahan sahabatnya, Colin Khoo (Chris Pang), dan sekaligus mengenalkan diri Rachel Chu pada ibunya, Eleanor Sung-Young (Michelle Yeoh). Setibanya di Singapura, Rachel Chu jelas merasa terkejut setelah mengetahui bahwa sosok Nick Young yang selama ini dikenalnya tampil begitu sederhana dan bersahaja ternyata merupakan seorang putra tunggal dari salah satu keluarga terkaya di negara tersebut. Sial, perkenalan Rachel Chu dengan calon ibu mertuanya tidak berjalan lancar. Rachel Chu yang berasal dari kalangan biasa dinilai tidak pantas untuk mendampingi Nick Young. Namun, gadis yang juga merupakan seorang profesor bidang ekonomi di New York University, New York City, Amerika Serikat telah berniat untuk tidak menyerah begitu saja. Rachel Chu pun bersiap untuk menghadapi berbagai tantangan yang telah disiapkan oleh Eleanor Sung-Young untuk dirinya.
Para penikmat film-film komedi romantis jelas telah mengerti bagaimana Crazy Rich Asians akan mengalir: dua karakter yang saling mencintai satu sama lain, sebuah tantangan yang akan menguji cinta keduanya, sebuah pilihan yang harus diambil oleh kedua karakter untuk menyelamatkan hubungan mereka, hingga penyelesaian konflik yang akhirnya akan memperkuat jalinan cinta tersebut. Sederhana. Familiar. Mudah ditebak. Namun, tantangan terbesar bagi Chu – dan bagi seluruh pengarah film-film sejenis – jelas bukanlah untuk membuat penonton film mereka merasakan sebuah sensasi pengalaman penceritaan yang baru atau berbeda. Chu diharuskan untuk mampu membawa penontonnya turut terlarut dalam pasang surut kisah cinta yang dirasakan oleh karakter-karakternya, jatuh cinta bersama mereka, tertawa bersama mereka, dan turut merasakan sentuhan mendalam dari perasaan mereka. Dan Chu berhasil melakukannya dengan sangat baik lewat film ini.
Harus diakui, pengisahan Crazy Rich Asians tidak selalu mampu bergerak dengan mulus. Banyaknya elemen cerita yang ingin dihadirkan dari kumpulan-kumpulan karakter yang dikenalkan jalan cerita film ini kadang membuat Crazy Rich Asians tidak selalu mampu menampilkan konflik-konfliknya dengan matang. Kisah perseteruan antara karakter Rachel Chu dan Eleanor Sung-Young juga lebih sering tampil di lapis belakang pengisahan daripada sebagai sajian utama – puncak konflik yang dipaparkan pada paruh ketiga film bahkan terasa bergerak begitu buru-buru. Meskipun begitu, mayoritas bagian cerita film ini berhasil dieksekusi dengan baik. Elemen komedi, drama, dan romansanya terolah dengan baik dan bekerja secara efektif. Usaha Chu untuk mengangkat kisah mengenai cara pandang masyarakat Asia tentang jalinan hubungan keluarga juga mampu dihadirkan kuat dan bahkan seringkali terasa emosional dan personal. Tidak mengherankan jika Crazy Rich Asians akan mampu meninggalkan kesan yang mendalam pada banyak penontonnya.
Bagian paling kuat dari presentasi film ini sendiri berada pada pengolahan kisah tiap karakter dan penampilan akting dari para aktor maupun aktris yang menghidupkan karakter-karakter tersebut. Setiap karakter pendukung diberikan porsi pengisahan yang esensial. Lihat saja penampilan Awkwafina yang mampu mencuri perhatian dalam setiap kehadirannya atau Ken Jeong yang sukses mengeksekusi tiap adegan komikalnya atau Gemma Chan yang berhasil menghidupkan kisah percintaan dari karakternya dengan begitu kuat. Yeoh secara sempurna menjadikan sosok Eleanor Sung-Young sebagai sosok yang tangguh dan dingin namun tetap akan membuat setiap penonton merasakan sisi keibuan dari tindakan-tindakan yang diambil karakternya. Dan, tentu saja, penampilan Wu dan Golding di barisan terdepan departemen akting film yang begitu memikat. Selain sukses menjadikan karakter yang mereka perankan begitu mudah untuk disukai, keduanya tampil dengan chemistry yang sangat meyakinkan. Dengan kualitas penampilan tersebut, Wu dan Golding dengan mudah merangkai hubungan yang terjalin antara kedua karakter mereka tampil manis dan begitu mengikat.
Dengan judul Crazy Rich Asians, Chu juga tampil maksimal pada penampilan departemen produksinya untuk menonjolkan elemen kekayaan yang dimiliki oleh karakter-karakter dalam jalan cerita film ini. Mulai dari tata rias dan rambut, tata busana, hingga dekorasi set film ditampilkan mewah, megah, dan memiliki kualitas penampilan ekstravaganza. Pengarahan Chu pada elemen-elemen pendukung cerita film juga terasa begitu rapi dan tertata dengan seksama. Bahkan pilihan lagu-lagu yang mengalun di sepanjang pengisahan film akan mampu membuai penonton dan membawa mereka hanyut dalam jalinan kisah romansa yang dihadirkan. An instant classic of a romantic comedy.
Rating :