Diadaptasi dari buku berjudul Red Sky in Mourning: A True Story of Love, Loss, and Survival at Sea, Adrift bercerita mengenai kisah nyata dari pasangan kekasih, Tami Oldham (Shailene Woodley) dan Richard Sharp (Sam Claflin), yang melakukan perjalanan laut sepanjang 6.500 kilometer dari Tahiti ke San Diego, Amerika Serikat untuk menghantarkan sebuah kapal yang dimiliki oleh teman mereka. Sial, dalam perjalanan yang berlangsung pada tahun 1983 tersebut, keduanya terjebak dalam Badai Raymond yang kemudian merusak kapal, memberikan luka yang cukup parah, dan membuat mereka terombang-ambing di lautan luas selama 41 hari. Dengan minimnya harapan untuk datangnya kapal yang dapat menyelamatkan mereka, Tami Oldham dan Richard Sharp harus berusaha bertahan hidup dengan sisa makanan yang masih dapat ditemukan di kapal mereka sekaligus menyusun rencana untuk dapat menemukan daratan.
Kisah mengenai sosok karakter yang berusaha untuk bertahan hidup dalam melawan keganasan alam jelas bukanlah sebuah wilayah pengisahan yang baru bagi sutradara Baltasar Kormákur. Sutradara asal Islandia tersebut sebelumnya pernah mengarahkan Everest (2015) yang berkisah tentang usaha sekelompok pendaki untuk menaklukkan Gunung Everest dan juga menjadi sutradara bagi film The Deep (2012) yang juga diangkat dari sebuah kisah nyata mengenai seorang nelayan yang terjebak seorang diri di tengah lautan yang membeku setelah kapal yang ia tumpangi tenggelam. Namun, berbeda dengan The Deep maupun Everest, Adrift tidak hanya menonjolkan kisah usaha bertahan hidup dari karakter-karakternya. Dalam eksplorasi kisahnya, Adrift turut menyelami hubungan romansa yang terbentuk antara karakter Tami Oldham dan Richard Sharp dan bagaimana hubungan tersebut akhirnya mampu membuat sang karakter menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan-tantangan dari keganasan alam.
Naskah cerita yang ditulis oleh Aaron Kandell dan Jordan Kandell – yang sebelumnya menuliskan cerita untuk Moana (2016) – serta David Branson Smith (Ingrid Goes West, 2017) memang tidak menawarkan sesuatu yang baru. Semenjak awal pengisahan, Adriftterus menetapkan fokusnya pada kedua karakter utama film dan menjalani pengisahannya dengan eksplorasi yang dilakukan terhadap hubungan yang terjalin antara kedua karakter tersebut. Pengarahan Kormákur-lah yang menjadi komando utama bagi mengalirnya jalan cerita film ini. Kormákur memilih untuk mengisahkan hubungan yang terjalin antara karakter Tami Oldham dan Richard Sharp dalam dua linimasa berbeda yang ditampilkan secara bergantian. Bantuan penataan gambar John Gilbert turut membuat pengisahan dua linimasa tersebut mampu saling terhubung secara lugas antara satu dengan yang lain. Kormákur juga memastikan departemen produksi film tampil dalam kualitas yang apik. Desain visual dan suara – khususnya ketika menghadirkan detik-detik terjebaknya karakter Tami Oldham dan Richard Sharp dalam gulungan badai – akan turut membuat penonton terseret dalam situasi bencana yang dialami oleh kedua karakter film ini.
Dengan konflik yang cukup minimalis, penampilan Woodley dan Claflin jelas menjadi elemen krusial agar pengisahan Adrift tetap dapat terus tampil mengikat. Dan kedua pemeran tersebut mampu menghantarkan penampilan akting terbaik mereka. Chemistry yang disajikan keduanya tampil begitu meyakinkan. Woodley bahkan mampu memberikan penampilan paling dramatis di sepanjang karir aktingnya hingga saat ini. Woodley menjadikan karakter Tami Oldham sebagai sosok wanita yang tidak hanya kuat namun juga sosok yang mudah untuk disukai – elemen yang akan membuat penonton merasa begitu terikat pada perjalanan yang sedang dilalui oleh karakter yang dihidupkannya. Sebuah pelintiran kisah yang disajikan Kormákur pada paruh akhir kisah memang sedikit membuat Adrift terasa tenggelam – khususnya ketika Kormákur kemudian merasa perlu untuk menjelaskan pelintiran kisah yang ia sajikan. Namun, secara keseluruhan, Adrift cukup berhasil untuk tampil sebagai sebuah drama yang kuat dan menarik.
Rating :