Kembali diarahkan oleh sutradara Mission: Impossible – Rogue Nation (2015), Christopher McQuarrie – yang menjadikan McQuarrie sebagai sutradara pertama yang mengarahkan dua film bagi seri Mission: Impossible, Mission: Impossible – Fallout memiliki latar belakang waktu pengisahan dua tahun semenjak berakhirnya konflik yang dikisahkan pada seri sebelumnya. Kini, kelompok kriminal The Syndicate pimpinan Solomon Lane (Sean Harris) yang telah ditangkap oleh Ethan Hunt (Tom Cruise) dan rekan-rekan agen rahasia Impossible Missions Force-nya berevolusi menjadi sebuah kelompok teroris yang menyebut dirinya sebagai The Apostles. Kelompok teroris tersebut kemudian berhasil mencuri seperangkat senjata nuklir yang mereka rencanakan akan digunakan jika Ethan Hunt tidak mengembalikan Solomon Lane kepada mereka. Jelas bukan sebuah permintaan yang akan diikuti oleh Ethan Hunt dan pihak Impossible Missions Force begitu saja. Bersama dengan dua rekan kepercayaannya, Luther Stickell (Ving Rhames) dan Benjamin Dunn (Simon Pegg), serta seorang agen rahasia Central Intelligence Agency, August Walker (Henry Cavill), yang ditugaskan untuk mengawasi kinerja mereka, Ethan Hunt mulai menyusuri jejak keberadaan The Apostles untuk dapat menemukan kembali senjata nuklir yang telah mereka curi sekaligus melenyapkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Harus diakui, walau sempat tenggelam dalam bayang-bayang kehidupan pribadi Cruise, Mission: Impossible adalah salah satu dari sedikit seri film aksi buatan Hollywood yang mampu mempertahankan atau malah memberikan peningkatan kualitas cerita dalam setiap serinya. Hal tersebut juga berlaku pada Mission: Impossible – Fallout. Kehadiran kembali McQuarrie, dan keputusan untuk melanjutkan pembangunan kisah yang sebelumnya telah disusun pada seri sebelumnya, membuat Mission: Impossible – Fallout tampil sebagai sebuah sekuel tradisional daripada sebagai sebuah film yang berdiri sendiri – seperti beberapa seri Mission: Impossible sebelumnya. And that’s a good thing. Selain hal tersebut mengurangi beban McQuarrie dalam mengenalkan karakter maupun konflik baru dalam jalan penceritaan film garapannya, dasar kisah yang sebelumnya telah terbangun juga turut membantu Mission: Impossible – Fallout untuk dapat lebih lugas dalam berkisah sembari tetap mempertahankan fokus pada eksekusi deretan adegan aksi yang memang telah menjadi ciri khas dari seri film ini.
Tentu, sama sekali tidak ada hal yang kompleks dalam penuturan kisah Mission: Impossible – Fallout. Penonton hanya harus mengingat bahwa karakter Ethan Hunt – dan beberapa karakter kepercayaannya – adalah karakter-karakter protagonis yang mencoba untuk menyelamatkan dunia. Kunci dasar pengisahan tersebut cukup krusial untuk membantu agar penonton tidak terjebak dalam deretan pelintiran kisah yang dihadirkan film ini ketika banyak karakter kemudian melakukan berbagai hal yang membuat mereka terkesan sebagai sosok karakter antagonis. Konflik-konflik lain yang tampil seperti isu terorisme, kepercayaan, hingga kisah romansa masih turut membumbui adegan-adegan film ini. Meskipun begitu, kredit lebih rasanya layak diberikan pada McQuarrie yang mampu mengelola elemen-elemen pengisahan tersebut untuk dapat tampil begitu humanis. Sebuah plot tentang sejarah hubungan romansa dari karakter Ethan Hunt di masa lalu bahkan mampu disajikan dengan begitu apik dan emosional.
Mereka yang mengharapkan sajian aksi berkelas dari Mission: Impossible – Fallout jelas tidak akan merasa kecewa dengan arahan McQuarrie. Jika pada Mission: Impossible – Rogue Nation McQuarrie menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang sutradara yang bertalenta dalam mengelola elemen ketegangan dalam sajian aksi yang diolahnya, maka lewat film ini, McQuarrie menunjukkan kapabilitasnya dalam mengolah adegan aksi tersebut dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi. Desain produksi yang disajikan Mission: Impossible – Fallout tampil begitu mengikat. Setiap elemen penceritaan – mulai dari tatanan gambar hinggaa suara – digarap secara detil agar penonton turut terlibat dalam ketegangan yang dirasakan oleh karakter-karakter dalam jalan cerita film ini. McQuarrie juga tidak segan untuk menekan gas pengarahan aksinya hingga titik maksimal. Konflik dan karakter dalam film ini memang berkembang secara perlahan. Namun, ketika menyentuh adegan aksi, McQuarrie tampil dengan kekuatan penuh untuk membuat setiap penonton berpegangan erat – bahkan kehabisan nafas – di kursi duduk mereka.
Cruise jelas masih menjadi bintang utama film ini. Dengan usia yang tidak muda lagi, Cruise masih sanggup untuk menghadirkan deretan adegan-adegan aksi yang semakin memantapkan namanya sebagai bintang aksi Hollywood yang paling dapat diandalkan. Rhames dan Pegg juga masih tampil dalam penampilan yang prima – dan begitu menyenangkan dalam menghadirkan elemen komedi dalam pengisahan Mission: Impossible – Fallout. Dua pemeran wanita, Rebecca Ferguson dan Michelle Monaghan, juga kembali tampil dan memberikan kontribusi yang krusial (dan personal) bagi film ini. Kehadiran Cavill harus diakui turut memberikan tambahan energi yang menyegarkan. Dengan karakter yang tampil penuh intrik, Cavill memberikan salah satu penampilan yang sangat mengesankan di sepanjang sejarah seri film yang telah berusia lebih dari dua dekade ini. Penampilan-penampilan akting lain turut hadir dari Harris, Alec Baldwin, Angela Bassett, dan Vanessa Kirby yang semakin memantapkan posisi Mission: Impossible sebagai salah satu seri film aksi garapan Hollywood yang layak untuk terus ditunggu kehadirannya.
Rating :