Debut pengarahan Pascal Laugier dalam bahasa Inggris yang dibintangi Jessica Biel, The Tall Man, gagal meraih kesuksesan, baik secara kritikal maupun komersial, ketika dirilis pada tahun 2012 lalu. Karenanya, mungkin cukup wajar jika pada film berbahasa Inggris Laugier berikutnya, Incident in a Ghostland, sutradara berkewarganegaraan Perancis tersebut kembali menggunakan formula kisah dari film yang dahulu telah melambungkan namanya, Martyrs (2008). Berkisah mengenai dua orang gadis remaja yang mengalami sederetan penyiksaan dari sosok-sosok asing yang menyekap mereka, Incident in a Ghostland memang akan mengingatkan banyak penonton pada salah satu film yang menjadi bagian New French Extremity – sebuah sebutan bagi film-film rilisan sutradara asal Perancis pada akhir tahun ‘90an hingga awal tahun 2000an yang mengandung begitu banyak adegan kekerasan – tersebut. Namun, dengan lemahnya struktur pengisahan dan karakterisasi yang ditawarkan Laugier, Incident in a Ghostland hanya akan mampu mengejutkan dengan adegan-adegan kekerasannya namun menjadi mudah terlupakan begitu durasi pengisahan film ini berakhir.
Juga dirilis dengan judul Ghostland di beberapa negara, film yang naskah ceritanya digarap sendiri oleh Laugier ini berkisah mengenai seorang penulis novel misteri ternama bernama Elizabeth Keller (Crystal Reed) yang baru saja merilis novel terbarunya, Incident in a Ghostland. Walau seringkali menolak untuk menjawab berbagai pertanyaan jurnalis mengenai dasar inspirasi dari kisah yang terdapat dalam novelnya, Elizabeth Keller sendiri memang mendasarkan pengisahan Incident in a Ghostland pada tragedi di masa kecilnya ketika ia bersama dengan ibu, Pauline (Mylène Farmer), dan saudaranya, Vera (Anastasia Phillips), mengalami serangan misterius yang hingga kini menyebabkan Vera mengalami trauma dan gangguan kejiwaan. Suatu malam, Elizabeth Keller, yang kini telah menikah dan tinggal dengan suami serta seorang anak, mendapatkan telepon dari Vera yang memintanya untuk kembali ke rumah mereka. Khawatir akan kondisi saudaranya, Elizabeth Keller langsung mengemasi pakaiannya dan berangkat menuju rumah kediaman ibunya. Sebuah keputusan yang kelak mungkin akan disesalinya.
Menyajikan deretan adegan berisi kekerasan fisik dan seksual yang jelas akan membuat para penontonnya merasa ketakutan layaknya para karakter yang menjadi korban dalam film ini, Laugier sayangnya tidak pernah mampu untuk memberikan bangunan kisah yang lebih kokoh bagi Incident in a Ghostland. Hal ini cukup dapat dirasakan pada pengembangan konflik dan dialog yang cenderung stagnan dan tidak mampu menggali lebih dalam mengenai pengisahan ceritanya. Laugier juga tidak pernah peduli untuk memberikan galian kisah yang tepat bagi karakter-karakter tersebut – baik untuk mengenalkan siapa sosok-sosok tersebut maupun motif atau alasan mengapa mereka melakukan berbagai tindakan yang mereka lakukan. Karakter-karakter antagonis tersebut hanya hadir untuk memberikan siksaan pada para karakter korban. Dan ketika seluruh jalan pengisahan Incident in a Ghostland berputar di sekitar insiden yang melibatkan mereka, kondisi tersebut jelas menyisakan cukup banyak ruang kosong pada struktur penceritaan film ini.
Pun begitu, sebagai sebuah film yang menjanjikan teror kengerian dan ketakutan, Laugier cukup berhasil untuk memberikan penggarapan yang apik bagi Incident in a Ghostland. Dengan naskah cerita yang menyimpan begitu banyak pelintiran kisah, Laugier mampu menghadirkan filmnya dengan ritme pengisahan yang cepat namun tidak pernah terasa terburu-buru untuk mengelupas deretan misteri yang ingin disampaikannya. Kualitas desain produksi film ini juga sukses dalam membangun atmosfer horor yang mencekam. Tata sinematografi film dengan jeli menangkap suasana rumah yang terabaikan sekaligus menjadi lokasi tempat penyekapan para karakter korban. Deretan boneka yang menjadi simbolisme tentang apa yang dilakukan para karakter antagonis terhadap para karakter korban juga berhasil ditata sedemikian rupa untuk meyakinkan para penonton bahwa mereka sedang turut terjebak dalam sebuah dunia yang mematikan.
Laugier juga cukup beruntung untuk mendapatkan talenta akting yang tepat untuk menghidupkan setiap karakter yang dihadirkannya dalam Incident in a Ghostland. Reed yang menjadi pemeran utama dan penggerak utama jalan pengisahan film hadir dengan penampilan akting yang memikat. Hal yang sama juga dapat dirasakan dari penampilan Phillips dan Farmer serta Emilia Jones dan Taylor Hickson yang memerankan sosok karakter Elizabeth Keller dan Vera dalam usia remaja mereka. Penampilan-penampilan kuat yang mampu menyokong penuh kualitas keseluruhan dari presentasi film ini.
Rating :