Berkaca pada pencapaian kualitas yang diraih oleh Jurassic World: The Lost World (Steven Spielberg, 1997), Jurassic Park III (Joe Johnston, 2001), dan Jurassic World (Colin Trevorrow, 2015), rasanya cukup jelas bahwa lanjutan kisah dari seri film Jurassic Park tidak akan mampu menandingi atau bahkan menyamai kualitas prima dari pengisahan Jurassic Park (Spielberg, 1993) yang sangat legendaris itu. Well… barisan sekuel Jurassic Park sebenarnya bukanlah film-film yang berkualitas buruk. Meskipun hadir dengan tatanan pengisahan yang semakin lama terasa semakin dangkal, film-film tersebut masih mampu dikembangkan dengan tata pengisahan yang menjadikannya cukup menyenangkan untuk disaksikan. Dan, tentu saja, kesuksesan raihan komersial film-film tersebut jelas akan membuat Spielberg dan para produser dari seri film Jurassic Park terus berusaha memutar otak mereka dalam menghasilkan bagian baru dari pengisahan seri film tersebut – seri terakhir Jurassic Park, Jurassic World, bahkan berhasil mendapatkan pendapatan sebesar lebih dari US$1.6 milyar dari masa perilisannya di seluruh dunia sekaligus menjadikannya sebagai film paling sukses dari seri film Jurassic Park.
Kini, tiga tahun setelah kesuksesan Jurassic World, Jurassic World: Fallen Kingdom dihadirkan sebagai kelanjutan pengisahannya. Trevorrow kini hanya bertugas sebagai produser eksekutif sekaligus penulis naskah film bersama dengan Derek Connolly – yang juga merupakan penulis naskah Jurassic World. Kursi sutradara sendiri kini ditempati oleh sutradara asal Spanyol, J. A. Bayona, yang dikenal dengan film-filmnya yang bernuansa misteri dan thriller seperti The Orphanage (2007), The Impossible (2012), dan A Monster Calls (2017). Keberadaan Bayona di kursi penyutradaraan sendiri harus diakui memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi warna penceritaan Jurassic World: Fallen Kingdom. Kelihaiannya dalam membangun unsur ketegangan dapat dirasakan pada banyak adegan film yang sekaligus membuat Jurassic World: Fallen Kingdom terasa lebih muram jika dibandingkan film-film pendahulunya. Jelas menyenangkan untuk merasakan sebuah sentuhan baru dalam semesta penceritaan Jurassic Park. Sayangnya, pengolahan naskah yang dihasilkan Trevorrow dan Connolly seringkali menghambat film ini untuk melangkah lebih jauh. Dangkalnya karakterisasi serta konflik yang telah terlalu familiar kemudian menjebak Jurassic World: Fallen Kingdom menjadi sebuah presentasi yang tampil menjemukan.
Pengisahan Jurassic World: Fallen Kingdom berjalan tiga tahun setelah serangkaian konflik yang digambarkan pada Jurassic World. Isla Nublar – kepulauan yang dahulu digunakan sebagai lokasi keberadaan taman Jurassic World – kini telah terabaikan dan menjadi tempat tinggal bagi kumpulan dinosaurus yang masih bertahan hidup. Suatu hari, sebuah gunung berapi yang terletak di kepulauan tersebut menunjukkan pertanda akan segera meletus dan diperkirakan akan – sekali lagi – melenyapkan jejak dinosaurus dari permukaan Bumi. Pihak pemerintahan Amerika Serikat sendiri sedang terlibat dalam diskusi panjang dengan para ilmuwan mengenai apakah mereka akan menyelamatkan spesies dinosaurus di kepulauan tersebut atau membiarkannya punah begitu saja – khususnya setelah tragedi yang terjadi pada taman Jurassic World seperti yang dikisahkan pada film sebelumnya.
Claire Dearing (Bryce Dallas Howard), yang dahulu merupakan manajer operasi dari Jurassic World, kini telah bekerja sebagai seorang aktivis lingkungan hidup dan merupakan salah seorang pendukung opsi agar pemerintah Amerika Serikat menyelamatkan kumpulan dinosaurus yang terdapat di Isla Nublar. Harapan Claire Dearing kemudian berbuah manis ketika dirinya mendapatkan telepon dari Eli Mills (Rafe Spall) yang mengungkapkan bahwa dirinya bersedia membantu gadis tersebut dengan menyelamatkan kumpulan dinosaurus dan menempatkan mereka di sebuah kepulauan konservasi yang telah disediakan asalkan Claire Dearing juga membantunya mendapatkan akses untuk memasuki wilayah Isla Nublar. Tentu saja, Claire Dearing menyetujui kerjasama tersebut. Claire Dearing lantas menghubungi Owen Grady (Chris Pratt) yang diharapkannya dapat membantu kelompok mereka, khususnya dalam menangkap dinosaurus langka yang berada di Isla Nublar. Bersama, Claire Dearing dan Owen Grady melakukan perjalanan ke Isla Nublar… tanpa mengetahui bahwa sejumlah bahaya dapat mengintai keselamatan mereka.
Mereka yang menikmati hasil kinerja Bayona sebelumnya jelas akan dengan mudah mengapresiasi usaha Bayona untuk memberikan jejak pengarahan personalnya sendiri dalam sebuah seri film yang telah berusia lebih dari dua dekade ini. Tentu, Jurassic World: Fallen Kingdom masih merupakan sebuah presentasi yang menitikberatkan penampilannya pada kemampuan film ini untuk memamerkan teknologi teranyar dalam menggarap adegan-adegan yang diliputi efek visual. Namun, daripada menyajikannya sebagai sebuah pemandangan megah dan mewah walau sering terasa hampa, Bayona memilih untuk melapisi adegan-adegan besar tersebut dengan sentuhan emosional yang memadai. Bayona juga secara teliti menyusun adegan-adegan pengisahan filmnya untuk dapat hadir dalam ritme pengisahan yang tepat. Pada beberapa bagian, Bayona menyajikannya dalam tempo lamban guna menyusun tingkat ketegangan yang nantinya akan mampu membuat setiap penonton film ini berpegangan erat pada kursi mereka. Di bagian lain, Bayona tidak segan menggunakan ritme pengisahan yang begitu cepat untuk dapat memberikan sensasi aksi yang lebih nyata.
Sayangnya, kecerdasan pengarahan Bayona gagal untuk diikuti oleh penulisan naskah cerita yang sama menariknya. Mengikuti salah satu dialog yang terdapat dalam film ini – “…creature of the future made from pieces of the past…” – Jurassic World: Fallen Kingdom begitu terasa sebagai versi penyegaran dari Jurassic Park: The Lost World yang kemudian diberikan sentuhan teknologi kekinian dan berbagai konflik cerita lain yang telah begitu familiar dalam seri film Jurassic Park. Melalui naskah cerita yang dituliskan oleh Trevorrow dan Connolly, Jurassic World: Fallen Kingdom dimaksudkan untuk menjadi sebuah jembatan bagi seri berikutnya dimana kisahnya akan menjauh dari latarbelakang lokasi taman Jurassic Park/Jurassic World dan membawa kisahnya ke alam sekitar manusia yang lebih nyata. Namun, dengan penggarapan konflik yang begitu dangkal serta karakter-karakter yang tergambar begitu minimalis, jembatan pengisahan bernama Jurassic World: Fallen Kingdom ini akhirnya menjadi terasa melelahkan. Tentu, keberhasilan pengarahan Bayona mampu menghadirkan banyak momen yang cukup menyenangkan di sepanjang 128 menit durasi pengisahan film ini. Tetap saja, hal tersebut tidak akan banyak membantu banyak penonton untuk merasa benar-benar terikat dengan film ini dan setidaknya merasa tertarik untuk mengikuti kelanjutan perjalanan seri Jurassic Park berikutnya.
Kapasitas penggambaran karakter yang cukup dangkal dan minimalis jelas berpengaruh besar pada kualitas departemen akting film ini. Pratt dan Howard masih menampilkan penampilan yang prima dalam memerankan karakter mereka masing-masing – Pratt bahkan mampu membuat karakter Owen Grady yang diperankannya kini tampil lebih kalem dan dewasa. Namun, dengan pengelolaan hubungan antara kedua karakter tersebut yang jauh dari kesan memuaskan, chemistry antara Pratt dan Howard kini tidak mampu tampil sekuat pada film sebelumnya. Cukup disayangkan mengingat kedua karakter yang mereka perankan sebenarnya digambarkan sebagai dua sosok karakter yang saling menyukai satu sama lain.
Jurassic World: Fallen Kingdom juga diisi dengan karakter-karakter tipikal dalam film-film sejenis. Mulai dari seorang ilmuwan yang nantinya berguna dalam menerangkan berbagai istilah medis (Dr. Zia Rodriguez yang diperankan oleh Daniella Pineda), seorang ahli teknologi yang begitu ketakutan untuk berhadapan dengan alam luar (Franklin Webb yang diperankan oleh Justice Smith), seorang gadis cilik dengan masa lalu misterius (Maisie Lockwood yang diperankan oleh Isabella Sermon), hingga sosok antaganis ambisius yang tergambar secara komikal (Spall). Karakter-karakter tersebut seringkali hanya digunakan sebagai pemicu sebuah plot atau konflik belaka yang kemudian menghilang begitu saja dalam belantara pengisahan film dan nantinya tiba-tiba muncul kembali ketika dibutuhkan. Bahkan kehadiran kembali beberapa karakter ikonik dari seri Jurassic Park, Sir Benjamin Lockwood (James Cromwell), Dr. Henry Wu (B. D. Wong), dan Dr. Ian Malcolm (Jeff Goldblum), tidak memberikan banyak arti bagi kualitas cerita film ini secara keseluruhan.
Jurassic World: Fallen Kingdom jelas masih berada dalam kapasitas sebagai sebuah sajian yang dapat dinikmati banyak penontonnya. Olahan musik dari Michael Giacchino dan tata sinematografi garapan Óscar Faura mampu membuat kualitas produksi film ini hadir secara solid. Meskipun begitu, sebagai sebuah film yang memiliki sejarah panjang di masa lalu – dan berpotensi memiliki catatan sejarah lanjutan yang juga sama panjang di masa yang akan datang – Jurassic World: Fallen Kingdom terasa sebagai bagian yang tidak memiliki perkembangan yang cukup berarti. Menyenangkan untuk dinikmati sesaat namun akan cukup mudah untuk dilupakan begitu saja.
Rating :