Review

Info
Studio : MAX Pictures/Matta Cinema
Genre : Drama
Director : Ismail Basbeth
Producer : Ody Mulya Hidayat
Starring : Aura Kasih, Morgan Oey, Olga Lydia, Haydar Salishz, Tri Sudarsono

Jumat, 06 April 2018 - 18:16:32 WIB
Flick Review : Arini
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2015 kali


Diadaptasi dari novel karya Mira W., Arini: Masih Ada Kereta yang Akan Lewat, Arini memulai pengisahannya dengan pertemuan antara seorang wanita bernama Arini (Aura Kasih) dengan seorang mahasiswa bernama Nick (Morgan Oey) dalam sebuah perjalanan kereta api di Jerman. Pertemuan tersebut begitu memberikan kesan mendalam bagi Nick yang lantas terus memburu Arini guna menyatakan rasa cintanya. Walau awalnya merasa perbedaan usia yang terpaut jauh antara dirinya dan Nick menjadi sebuah faktor penghalang namun secara perlahan Arini mulai membuka hatinya terhadap pemuda tampan tersebut. Di saat yang bersamaan, masa lalu Arini datang menghantui ketika ia bertemu dengan mantan suaminya, Helmi (Haydar Salishz), sekembalinya ia ke Indonesia. Luka mendalam akan percintaannya di masa lampau lantas menghalangi hubungan romansa yang sedang mekar antara Arini dan Nick.

Jelas tidak mudah untuk melarikan diri dari bayang-bayang besar Arini (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat) (1987) arahan Sophan Sophiaan yang juga mendasarkan ceritanya pada sumber novel yang sama. Film yang juga dibintangi Sophiaan bersama dengan Widyawati, Rano Karno, dan Joice Erna tersebut merupakan salah satu film drama romansa Indonesia terpopular bagi para penikmat film di eranya, menjadi salah satu film dengan raihan jumlah penonton terbanyak di tahun rilisnya serta mendapatkan sejumlah nominasi di ajang Festival Film Indonesia, termasuk memenangkan Widyawati Piala Citra pertamanya sebagai Aktris Terbaik. Arini arahan Ismail Basbeth (Mencari Hilal, 2015) sendiri berusaha memberikan interpretasi terbaru akan novel popular karya Mira W. tersebut. Sayangnya, naskah cerita yang digarap Basbeth bersama dengan Titien Wattimena (Dilan 1990, 2018) untuk Arini terasa terlalu menyederhanakan berbagai konflik yang sebenarnya ingin dipaparkan oleh jalan cerita. Hasilnya, banyak konflik maupun karakter akhirnya tampil setengah matang dalam presentasinya.

Sebagai sebuah drama romansa yang mengandung begitu banyak konflik yang erat berasal dari setiap karakternya, Basbeth justru terkesan memilih jalur instan dalam menyajikan kisahnya daripada secara perlahan mengenalkan, mengembangkan, dan menyelesaikan deretan permasalahan tersebut. Lihat saja bagaimana karakterisasi antara karakter Arini – yang merupakan sosok wanita karir dengan masa lalu kelam yang membuatnya menjadi seorang penyendiri – dengan karakter Nick – sosok pemuda yang selalu memandang optimis akan berbagai hal yang berada di hadapannya – yang begitu bertolakbelakang satu sama lain dan awalnya terlihat memiliki kesempatan kecil untuk dapat disandingkan namun lantas dipersatukan begitu saja. Begitu pula dengan masalah-masalah yang merundung kehidupan dari karakter Arini. Mayoritas problema tersebut disajikan begitu saja untuk menambah intrik antara hubungan dari karakter Arini, Nick, dan Helmi namun sama sekali tidak ditampilkan dengan penggalian yang mendalam.

Namun, “kesalahan” paling fatal dalam Arini mungkin berasal dari pemilihan Kasih dan Oey sebagai pemeran karakter Arini dan Nick. Jangan salah. Kedua aktor tersebut adalah dua pemeran yang handal. Penampilan akting mereka dalam berusaha menghidupkan karakter Arini dan Nick juga tidak begitu buruk – meskipun usaha Kasih untuk terlihat dingin pada setiap adegan terasa janggal dan kurang meyakinkan. Sayangnya, hingga film ini berakhir kisahnya, keduanya sama sekali tidak pernah hadir dengan chemistry yang benar-benar meyakinkan bahwa mereka adalah pasangan yang tepat (baca: saling menggilai) untuk satu sama lain. Di era ketika film-film drama romansa menghasilkan pasangan-pasangan karakter ikonik seperti Rangga dan Cinta (Ada Apa Dengan Cinta? 2, 2016), Dilan dan Milea (Dilan 1990, 2018), atau Ditto dan Ayu (#TemanTapiMenikah, 2018) yang menjelma menjadi pasangan dalam film yang digilai berkat kehangatan chemistry yang ditampilkan para pemeran karakter tersebut, Kasih dan Oey tampil layu dalam penampilan romansa mereka. Usaha minimalis Basbeth untuk membuat Kasih terlihat berusia jauh lebih tua dari Oey juga semakin mematikan plot mengenai percintaan antara seorang wanita dewasa dengan seorang pemuda yang seharusnya menjadi salah satu bagian paling esensial dalam pengisahan film ini.

Penampilan Salishz sebagai mantan suami dari karakter Arini dan Olga Lidya sebagai sahabat dari karakter Arini justru seringkali terasa tampil lebih meyakinkan dalam karakter mereka daripada penampilan Kasih dan Oey. Sayangnya, dengan porsi pengisahan yang terlanjur difokuskan penuh pada karakter Arini dan hubungannya dengan karakter Nick, kedua karakter yang diperankan Salishz dan Lidya menjadi terpinggirkan begitu saja. Jelas cukup disayangkan mengingat Arini sebenarnya bukanlah sebuah presentasi yang benar-benar buruk dan memiliki potensi besar untuk menjadi sebuah drama romansa dewasa yang kuat, menyentuh, sekaligus relevan dengan berbagai isu sosial khususnya yang berkaitan dengan kaum perempuan di era modern. Arini lantas berakhir sebagai sebuah romansa yang hambar dan, layaknya sebuah kereta api yang berjalan cepat, akan berlalu begitu saja tanpa kesan apapun dari ingatan para penontonnya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.