Review

Info
Studio : Sidney Wolinsky/Double Dare You Productions
Genre : Adventure, Drama, Fantasy
Director : Guillermo del Toro
Producer : Guillermo del Toro, J. Miles Dale
Starring : Sally Hawkins, Michael Shannon, Richard Jenkins, Octavia Spencer, Doug Jones

Kamis, 29 Maret 2018 - 12:44:18 WIB
Flick Review : The Shape of Water
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1937 kali


Berlatarbelakang lokasi pengisahan di Amerika Serikat pada masa terjadinya Perang Dingin di tahun 1960an, The Shape of Waterbercerita tentang seorang petugas kebersihan bisu bernama Elisa Esposito (Sally Hawkins) yang bekerja di sebuah laboratorium milik pemerintah. Suatu hari, laboratorium tempat Elisa Esposito bekerja menerima “aset” berupa sebuah makhluk hidup yang berbentuk seperti paduan antara manusia dan ikan (Doug Jones) yang berhasil ditangkap Colonel Richard Strickland (Michael Shannon) di perairan Amerika Selatan. Penasaran, Elisa Esposito lantas mengunjungi makhluk tersebut secara diam-diam, memberikannya makanan, dan mengenalkannya pada musik – yang secara perlahan mendapatkan tanggapan dari makhluk tersebut. Elisa Esposito, untuk pertama kali dalam hidupnya, merasakan bahwa kehadiran dirinya diinginkan oleh seseorang. Gadis tersebut jatuh cinta. Sial, atas perintah pemerintahan Amerika Serikat, Colonel Richard Strickland berencana untuk membunuh makhluk tersebut dan menggunakan tubuhnya untuk bahan penelitian. Tidak menyerah begitu saja, Elisa Esposito bersama dengan dua sahabatnya, Giles (Richard Jenkins) dan Zelda Fuller (Octavia Spencer), berencana untuk membawa pergi makhluk tersebut dari dalam laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi tersebut.

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Guillermo del Toro dan Vanessa Taylor (Divergent, 2014), kisah cinta antara seorang manusia biasa dengan sesosok makhluk non-manusia yang ditawarkan The Shape of Water mungkin terasa sebagai paduan antara kisah klasik The Little Mermaid karangan Hans Christian Andersen dan Beauty and the Beast buatan Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve. Namun, tentu saja, datang dari buah pemikiran seorang del Toro, The Shape of Water tampil lebih dari sebagai sebuah dongeng maupun kisah star-crossed lovers. Meskipun dengan alur cerita yang berlatar pengisahan pada tahun 1960an namun del Toro dan Taylor mampu menggarap sebuah naskah cerita yang dipenuhi dengan berbagai isu sosial yang, sayangnya, terasa begitu relevan dengan kehidupan modern saat ini: mulai dari kesetaraan antar ras dan gender, penerimaan akan kaum homoseksual, rasa kecurigaan yang berlebihan pada sosok yang dipandang berbeda, hingga ketegangan kehidupan politik antara Amerika Serikat dengan Rusia – sebuah isu yang jelas tampil sangat dekat bagi kondisi politik negara Paman Sam tersebut saat ini. Terdengar kompleks namun naskah cerita del Toro dan Taylor mampu membalutnya dengan kisah cinta yang berhasil tampil emosional dan elegan.

Del Toro juga mampu membuktikan kemampuannya sebagai seorang pencerita yang baik lewat film ini. Selain menyajikan The Shape of Water dengan garapan penceritaan yang solid, pengarahan del Toro juga menjadikan film ini hadir dengan ritme pengisahan yang kuat. Del Toro secara perlahan mengenalkan setiap karakter dan konflik dalam film dengan baik untuk kemudian mengembangkannya dengan utuh sehingga berhasil menangkap perhatian penonton secara penuh. Momen-momen terbaik film ini memang hadir dari perjalanan cinta yang ditempuh karakter Elisa Esposito dengan sang makhluk manusia setengah ikan. Del Toro sukses dalam menggarap kisah cinta tersebut untuk tampil begitu puitis dan emosional. Selayaknya film-film arahan del Toro lainnya, tampilan visual dan teknikal juga memegang peranan penting bagi aliran cerita The Shape of Water. Arahan sinematografi dari Dan Laustsen mampu menangkap kelam sekaligus indahnya kisah romansa nan tragis yang terpancar dari pengisahan film. Begitu pula dengan komposisi musik arahan Alexander Desplat. Mencengkeram emosi secara kuat.

Namun, jiwa dan nyawa penceritaan The Shape of Water jelas terletak pada penampilan akting Hawkins. Berperan sebagai sosok wanita yang tidak memiliki kemampuan berbicara, Hawkins  mampu menghidupkan karakter Elisa Esposito dengan tatapan mata, mimik wajah, dan gestur tubuhnya. Dengan penampilan luar biasa tersebut, Hawkins menjadikan karakternya begitu mempesona – penonton dapat merasakan bahwa ia adalah sosok wanita yang selalu merasa kesepian meski di tengah keramaian akibat kekurangan yang dimilikinya, seorang sahabat yang dengan setia mendengarkan setiap keluh kesah sahabatnya, hingga seorang pecinta yang rela melakukan apa saja demi selalu berdekatan dengan kekasihnya. Sebuah peran luar biasa yang sukses dihidupkan oleh seorang aktris yang luar biasa pula.

Selain Hawkins, The Shape of Water juga diisi oleh penampilan-penampilan spektakular lain dari para pengisi departemen aktingnya. Meskipun tampil dengan lapisan tata rias yang menutupi fisiknya, Jones dapat mendampingi akting Hawkins dengan baik. Berperan sebagai sahabat bagi karakter Elisa Esposito, Jenkins dan Spencer tampil dengan padanan akting yang sama kuatnya dengan Hawkins. Begitu pula dengan Shannon yang mampu memberikan lapisan kepribadian yang kuat bagi karakter antagonis yang ia perankan. Dan walau karakter yang ia perankan tidak hadir dengan porsi pengisahan yang lebih banyak namun Michael Stuhlbarg berhasil memberikan salah satu penampilan paling cemerlang dalam film ini. Salah satu komposisi departemen akting dalam sebuah film paling solid pada tahun ini.

Tidak diragukan, The Shape of Water merupakan garapan del Toro yang paling romantis diantara film-film lain yang berada di filmografinya. Tetap mempertahankan kesan penceritaan yang kelam, del Toro menghadirkan The Shape of Water sebagai sebuah pengisahan yang indah dan emosional dengan bantuan penampilan Hawkins yang begitu memikat.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.