Review

Info
Studio : Good Deed Entertainment
Genre : Animation, Drama, Mystery
Director : Dorota Kobiela, Hugh Welchman
Producer : Hugh Welchman, Ivan Mactaggart, Sean M. Bobbitt
Starring : Robert Gulaczyk, Douglas Booth, Saoirse Ronan, Chris O

Rabu, 28 Februari 2018 - 16:40:28 WIB
Flick Review : Loving Vincent
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 1831 kali


Bahkan orang awam dan bukan pecinta lukisan sekalipun mungkin tahu siapa itu Vincent van Gogh; sosok terkenal dan berpengaruh di seni rupa berkat karya-karya cat minyak indah beraliran pasca-impresionis miliknya. Tentunya setelah pria asal Belanda ini meninggal pada tanggal 29 Juli 1989 di usia 37 tahun, barulah ia mencapai status tersebut. Karena sebagaimana klise “tortured artist”, Vincent awalnya dianggap sebagai seniman gagal. Mengalami gangguan mental dan delusi pula. Lengkap sudah.

Konsensus umum menyebutkan Vincent meninggal dunia akibat menembak dirinya sendiri di salah satu jalanan Auvers-sur-Oise, sebuah pemukiman kecil dekat Paris. Tidak seketika tewas, karena ia masih sempat pulang ke penginapannya. Terbaring tak berdaya selama 30 jam sebelum menghembuskan nafas terakhir. Muncul pertanyaan, benarkah Vincent membunuh dirinya sendiri, seperti yang diakuinya, atau karena musabab lain? Itulah conundrum dari Loving Vincent.

Dikisahkan setahun setelah kematian Vincent van Gogh (Robert Gulaczyk), Armand Roulin (Douglas Booth), pemuda temparemental asal Arles, Prancis Selatan, ditugaskan ayahnya, seorang petugas pos bernama Joseph Roulin (Chris O’Dowd), untuk mengantarkan surat dari Vincent untuk saudara laki-lakinya, Theo. Awalnya ogah-ogahan, akhirnya Armand mau menunaikan tugas sang ayah.

Sesampai di Paris, Armand mendapat informasi ternyata Theo juga sudah meninggal dunia, enam bulan setelah Vincent. Maka misi Armand kini adalah untuk menemukan janda Theo guna menyerahkan surat dimaksud. Atas anjuran seseorang, Armand mengunjungi Auvers-sur-Oise guna mencari Dr. Gachet (Jerome Flynn), dokter yang merawat Vincent selepas dirilis dari Rumah Sakit Jiwa. Armand berharap dari Dr. Gachet ia bisa melacak keberadaan janda Theo.

Mengingat Dr. Gachet belum berada di tempat, Armand memutuskan untuk menunggu dengan menumpang di sebuah penginapan penjagaan seorang perempuan muda bernama Adeline Ravoux (Eleanor Tomlinson). Dari Adeline ia mendengarkan kisah Vincent selama berada di kota kecil tersebut. Hanya saja kisah penuh kekaguman Adeline berbeda dengan yang didengar Armand dari Louise Chevalier (Helen McCrory), pelayan Dr. Ghacet, atau penduduk kampung lain.

Mungkin Marguerite (Saoirse Ronan), putri Dr. Gache yang setiap hari mengunjungi makam Vincent, bisa memberi kejelasan tentang apa dan siapa itu Vincent van Gogh? Mengapa Vincent bisa memberi impresi berbeda-beda untuk setiap orang? Awalnya tak tertarik dengan kehidupan Vincent, kini Armand antusias untuk “memecahkan” misteri di kehidupan si pelukis merana.

Berbicara tentang misteri, struktur plot Loving Vincent mirip kisah detektif investigasi ala Agatha Christie. Ada peristiwa, ada petunjuk dan ada pula pengalihan. Dengan pendekatan seperti ini, ritme Loving Vincent jadi terasa mengasyikkan untuk diikuti. Perpaduan suspensi dan subtilitas dihadirkan secara pas tanpa harus dramatis berlebihan.

Menariknya, barisan karakter dalam film merupakan perpaduan antara tokoh nyata dan figur-figur objek lukisan van Gogh. Peleburan fiksi dan realitas ini merupakan aksentuasi tersendiri dalam interprestasi film untuk kehidupan sang maestro. Oleh karena itu, kalaupun tidak begitu familiar dengan teknik animasinya, akan tetap tersedot oleh putaran kisahnya.

Meski begitu, seharusnya animasi Loving Vincent tidak mendistraksi gerak alur filmnya itu sendiri. Film besutan Dorota Kobiela – juga seorang pelukis – dan Hugh Welchman ini mencoba untuk menghadirkan sapuan kuas dan estetika seni Vincent van Gogh dalam animasinya. Lukisan hidup, begitulah kira-kira. Hasilnya mencengangkan, karena lembutnya transisi paparan adegan di layar.

Mengingat Loving Vincent merupakan hasil kerja keras dan kesabaran bertahun-tahun Kobiela dan Welchman bersama 125 pelukis dari berbagai negara dengan menggunakan teknik Vincent van Gogh untuk menggambar 65.000 frame secara tradisional (kemudian menyisakan 1000 frame yang nantinya menjadi komposisi visual untuk Loving Vincent), tentu tidak mengherankan jika film sukses untuk menjadi “hidup”.

Dan Loving Vincent bukan sekedar pamer dedikasi atau ketrampilan saja. Ia sebuah film naratif biografis, selain tribut kepada van Gogh. Untuk itu tentu ada reka ulang peristiwa. Maka dilibatkanlah beberapa aktor untuk menjadi “model” untuk karakter-karakter dalam Loving Vincent.

Berbeda dengan teknik rotoscoping (misalnya digunakan Richard Linklater dalam Waking Life atau A Scanner Darkly), animasi Loving Vincent lebih tradisional. Memang melibatkan perekaman adegan live-action oleh aktor-aktor tadi, namun hasil akhirnya tetaplah mengandalkan lukisan cat minyak dengan tangan. Para aktor ini sangat membantu untuk menghidupkan teknik lukisan van Gogh dalam bentuk visual sinematik.

Sudah pasti Loving Vincent rentan dengan tuduhan pastiche ketimbang karya seni utuh. Tidak ada salahnya, karena ada di beberapa bagian film terasa lebih mengedepankan gaya ketimbang substansi. Harus diakui juga jika bobot cerita tak begitu dalam untuk sebuah kisah tentang tokoh besar seperti van Gogh. Serta sebagai sebuah biografi, ia cenderung disorot dari sudut pandang orang ketiga ketimbang sudut pandang pertama alias dirinya sendiri.

Tapi seharusnya ini tak menghalangi Loving Vincent menjadi sebuah film animasi stand-out. Entah dengan yang lain, kalau saya seperti merasa tersedot dalam kanvasnya. Seperti ikut bergerak bersama kehidupan dua dimensi usapan kuasnya. Sekaligus turut merasakan empati dan simpati kepada Vincent dan pergulatan batinnya. Menurut hemat saya, ini bisa terjadi karena film berhasil dalam menjembatani dirinya dengan penonton, baik secara verbal maupun serebral.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.