Review

Info
Studio : MD Pictures
Genre : Drama, Comedy
Director : Findo Purnomo HW
Producer : Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi
Starring : Derby Romero, Gita Gutawa, Petra Sihombing

Kamis, 06 Januari 2011 - 22:50:40 WIB
Flick Review : Love in Perth
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3034 kali


Mencoba untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam menjadi seorang sutradara di luar film-film yang memiliki genre komedi (maupun horror) dengan aroma seksualitas yang kuat, Findo Purnomo HW kembali mengarahkan sebuah film drama komedi percintaan remaja, sebuah genre yang sempat menjadi genre andalannya ketika pertama kali memulai karir di bidang penyutradaraan. Dalam Love in Perth, yang menjadi debut akting bagi dua penyanyi remaja Indonesia, Gita Gutawa dan Petra Sihombing,  Findo didukung oleh naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena, yang baru saja sukses menuliskan naskah film Indonesia terbaik tahun lalu, Minggu Pagi di Victoria Park. Sayang, Love in Perth sama sekali tidak menunjukkan kapabilitas maksimal keduanya sama sekali.

Layaknya film-film remaja Indonesia lainnya, Love in Perth masih mengedepankan tiga karakter utamanya yang terjebak dalam cinta segitiga. Lola (Gita Gutawa), adalah seorang gadis asal Jakarta yang baru saja mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah elit di kota Perth, Australia. Dalam perjalanan menuju Perth, Lola berkenalan dengan Dhani (Derby Romero), seorang remaja pria bengal yang ternyata juga merupakan siswa di tempat Lola akan bersekolah. Walau pada awalnya sempat bermusuhan, namun hubungan keduanya semakin lama semakin dekat satu sama lain.

Namun ketika mereka bertambah dekat dan Lola mulai mencintai Dhani, Dhani justru mengecewakannya. Sikap Dhani, kesombongannya, keegoisannya, semua perbuatannya hanya untuk memanfaatkan Lola demi kesenangannya sendiri, menyebabkan Lola gagal dalam pelajaran. Lola terlalu sibuk mengurus Dhani sementara Dhani terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri. Lola pun memutuskan untuk menjauhi Dhani, ketika kemudian hubungan Lola dengan Ari (Petra Sihombing) akhirnya malah semakin dekat. Kisah tiga cinta inilah yang kemudian terus mewarnai jalan cerita Love in Perth.

Melihat hasil yang ditawarkan Findo Purnomo HW selama 90 menit masa tayang film ini, rasanya keputusan MD Pictures untuk menunda perilisan film ini selama hampir setahun penuh adalah cukup beralasan. Love in Perth sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang berkualitas bagi para penontonnya. Mulai dari naskah cerita yang berjalan datar tanpa kehadiran adanya intrik yang mampu mengikat perhatian penontonnya, deretan karakter yang terlalu melelahkan untuk diikuti kisahnya hingga para jajaran pemeran yang hadir hampir dengan kemampuan akting yang sangat seadanya. Findo bahkan tidak mampu memanfaatkan kehadiran kota Perth sebagai latar belakang cerita dengan baik untuk meningkatkan performa film ini!

Naskah cerita Love in Perth sekali lagi menawarkan formula komedi romantis remaja yang selalu dengan mudah ditemui di banyak film Indonesia: seorang gadis baik-baik yang memiliki seorang sahabat pria yang sangat mengerti mengenai dirinya — dan sebenarnya jatuh hati kepada dirinya – namun sang gadis malah lebih memilih untuk jatuh hati pada sang pria berkelakuan buruk yang seringkali menyakiti hatinya. Penggunaan kembali formula standar ini sebenarnya teramat tidak salah jika saja sang sutradara mampu mengelolanya dengan baik. Namun dalam kasus Love in Perth, jalan cerita yang telah sedemikian tipis dihadirkan dengan tanpa kehadiran sesuatu yang baru di dalamnya yang membuat Love in Perth terasa begitu membosankan bahkan sebelum film ini mencapai setengah dari durasi masa tayangnya.

Diantara ketiga jajaran pemeran utama film ini, hanya Derby Romero yang pernah merasakan dunia akting sebelumnya. Wajar saja jika penampilan Derby di sepanjang film ini adalah penampilan yang terlihat paling alami diantara para pemeran lainnya. Hal yang sama, sayangnya, tidak dapat dikatakan pada baik Gita Gutawa maupun Petra Sihombing. Minimnya kemampuan akting mereka sangatlah dapat dirasakan di banyak adegan, khususnya adegan-adegan yang mengharuskan keduanya harus saling berbagi layar. Terasa begitu aneh dengan chemistry yang hampir sama sekali tidak ada diantara keduanya.

Mungkin Love in Perth akan menjadi sebuah presentasi yang sangat berbeda jika film ini berada di bawah arahan seorang sutradara yang lebih memiliki kemampuan mengarahkan yang jauh lebih baik daripada Findo Purnomo HW. Kisah yang terlalu mengikuti standar formula kisah-kisah percintaan remaja jelas bukan sebuah permasalahan yang besar jika mampu diarahkan dan diberi berbagai tambahan unsur-unsur yang mampu tampil menarik. Namun yang terjadi dengan Love in Perth adalah sebaliknya: berjalan membosankan dengan jajaran pemeran yang sama sekali masih belum sanggup menampilkan kemampuan akting mereka. Bukan sebuah sajian yang menarik.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.