Review

Info
Studio : Blumhouse Productions/Stage 6 Films
Genre : Horror, Mystery, Thriller
Director : Adam Robitel
Producer : Jason Blum, Oren Peli, James Wan
Starring : Lin Shaye, Angus Sampson, Leigh Whannell, Spencer Locke, Caitlin Gerard

Rabu, 17 Januari 2018 - 18:22:10 WIB
Flick Review : Insidious: The Last Key
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1765 kali


Diarahkan oleh Adam Robitel – yang filmografinya diisi oleh film-film horor seperti The Taking of Deborah Logan (2014) dan Paranormal Activity: The Ghost Dimension (2015), film keempat dalam seri film Insidious, Insidious: The Last Key, kini menempatkan karakter Elise Rainier yang diperankan oleh Lin Shaye pada garda terdepan jajaran pengisi departemen aktingnya. Jelas suatu hal yang tidak mengherankan mengingat naskah cerita Insidious: The Last Key berusaha menyelami karakter Elise Rainier secara personal yang sekaligus menjadikan film ini sebagai bagian pertama dari seri film Insidious jika dirunut berdasarkan kronologi pengisahannya. Shaye memang mampu menjadikan karakter yang ia perankan tampil begitu mengikat namun, sayangnya, naskah garapan Leigh Whannell tidak pernah bergerak dari berbagai taktik horor yang sebelumnya telah diterapkan oleh film-film Insidious sebelumnya. Hasilnya, Insidious: The Last Key berakhir sebagai sebuh presentasi cerita yang cenderung monoton dan membosankan.

Insidious: The Last Key memulai pengisahannya pada penggambaran mengenai masa kecil dari karakter Elise Rainier (Ava Kolker). Kemampuannya untuk berinteraksi dengan dunia supranatural membuat hubungan Elise Rainier dan ayah, Gerald Rainier (Josh Stewart), dan adiknya, Christian Rainier (Pierce Pope), menjadi renggang. Hanya ibunya, Aubrey Rainier (Tessa Ferrer), yang mampu memahami Elise Rainier dan memberikan perhatian penuh pada keistimewaan yang dimiliki gadis cilik tersebut. Sayang, berkat kemampuan yang dimiliki olehnya juga, sang ibu tewas secara mengenaskan ketika sesosok makhluk supranatural datang dan berusaha menyerang Elise Rainier. Berpuluh tahun kemudian, ketika Elise Rainier (Shaye) telah tumbuh dewasa dan menggunakan kekuatannya untuk membantu banyak orang yang menghadapi masalah berkaitan dunia supranatural dengan menjadi seorang cenayang, Elise Rainier mendapatkan sebuah telepon yang berasal dari rumah yang dahulu ia tempati di masa kecilnya. Dengan masa lalu kelam yang dimilikinya di rumah tersebut, Elise Rainier tahu bahwa ia harusnya mengacuhkan saja telepon tersebut. Namun, di saat yang bersamaan, Elise Rainier tahu bahwa kasus tersebut harus dihadapi guna membantu dirinya menghilangkan trauma yang ia rasakan tentang masa lalunya.

Harus diakui, kealpaan James Wan di kursi penyutradaraan semenjak Insidious: Chapter 2 (2013) – Wan kini hanya bertindak sebagai produser, memang memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kualitas pengisahaan seri film Insidious. Naskah cerita seri film Insidious yang seluruhnya melibatkan Whannell memang tidak memberikan sebuah sentuhan baru bagi pengisahan film horor secara keseluruhan. Namun, dengan pengarahan Wan yang kuat, Insidious (2011) dan Insidious: Chapter 2 mampu mempresentasikan berbagai konflik klise dalam film-film horor yang terdapat dalam naskah ceritanya dengan menarik – dan, yang paling utama, tetap mampu memberikan sensai kejutan horor yang menyenangkan. Insidious: Chapter 3 (2015) yang digarap Whannell serta Insidious: The Last Key gagal memberikan kualitas penceritaan yang sama. Baik Whannell dan Robitel terasa hanya mengikuti taktik yang telah diterapkan Wan dalam dua seri Insidious sebelumnya tanpa pernah berusaha memberikan sentuhan pengarahan personal yang mampu membuat film arahan mereka memiliki keunikan tersendiri.

Untuk Insidious: The Last Key sendiri, Whannell sebenarnya mampu memberikan struktur pengisahan yang cukup menarik, meskipun familiar, mengenai masa lalu dari karakter utama film ini, Elise Rainier. Sayangnya, seiring dengan perjalanan durasi pengisahan film, Insidious: The Last Key lantas terjebak dengan konflik-konflik standar khas Insidious dan, yang lebih buruk, dialog-dialog komikal yang gagal untuk bekerja dengan baik. Banyak plot pengisahan serta karakter dalam lanjutan pengisahan Insidious: The Last Key hadir setengah matang. Pengarahan Robitel juga tidak menjadikan presentasi cerita buatan Whannell menjadi lebih baik. Selain bergerak dengan alur pengisahan yang cenderung lamban dalam menangani plot maupun karakter yang muncul dalam jalan cerita film, Robitel juga tidak mampu menciptakan atmosfer pengisahan horor yang kuat. Insidious: The Last Key hadir dengan banyak jumpscares di berbagai adegannya. Mengejutkan – khususnya ketika dibantu dengan tata musik garapan Joseph Bishara, namun tidak pernah terasa benar-benar menakutkan.

Beruntung, terlepas dari lemahnya pengisahan karakter yang ia perankan, Shaye masih mampu menghidupkan karakter dengan baik. Didampingi oleh Whannell dan Angus Sampson yang berperan sebagai dua orang rekan kerja dari karakter Elise Rainier, Shaye berhasil memberikan kedalaman yang membuat karakternya tampil mudah disukai sekaligus terhubung kepada penonton secara emosional. Karakter-karakter lain sayangnya gagal untuk hadir dengan kesan yang sama baik. Karakter yang diperankan Whannell dan Sampson lebih sering tampil untuk memberikan sentuhan komedi pada jalan pengisahan film – yang lama-kelamaan justru terasa mengganggu. Pengisi departemen akting lainnya, seperti Caitlin Gerard yang berperan sebagai keponakan dari karakter Elise Rainier yang memiliki kemampuan yang sama dengan Elise Rainier, hadir dengan penampilan yang sebenarnya tidak mengecewakan namun tidak mampu hadir menonjol akibat dangkalnya penulisan dari karakter yang mereka perankan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.