Tidak berada jauh dari masa perilisan (dan kualitas pengisahan) Daddy’s Home Two (Sean Anders, 2017), duo sutradara, Jon Lucas dan Scott Moore, menghadirkan sekuel bagi film komedi dewasa mereka, Bad Moms, yang berjudul A Bad Moms Christmas. Seperti halnya Daddy’s Home (Anders, 2015), Bad Moms berhasil memberikan kejutan pada Hollywood ketika film komedi yang dibintangi trio Mila Kunis, Kristen Bell, dan Kathryn Hahn tersebut mampu meraih kesuksesan komersial luar biasa dengan raihan pendapatan sebesar lebih dari US$183 juta dari biaya produksi sebesar US$20 juta. Percaya atau tidak, A Bad Moms Christmas bahkan memiliki alur penceritaan yang hampir serupa dengan Daddy’s Home Two dengan Cheryl Hines, Christine Baranski, dan Susan Sarandon memerankan karakter ibu bagi ketiga karakter utama. Sial, juga seperti Daddy’s Home Two, A Bad Moms Christmas tampil inferior jika dibandingkan dengan film pendahulunya – meskipun masih memiliki beberapa momen menyenangkan maupun menyentuh yang tergarap dengan cukup baik.
Dengan naskah cerita yang juga digarap Lucas dan Moore, A Bad Moms Christmas berkisah mengenai persiapan ketiga ibu yang menjadi karakter utama dalam film ini, Amy Mitchell (Kunis), Kiki ( Bell), dan Carla Dunkler (Hahn) dalam menyambut liburan Natal bersama dengan keluarga masing-masing. Tidak cukup direpotkan dengan berbagai persiapan yang mereka anggap seringkali menyiksa, ketiganya kemudian dikejutkan dengan kehadiran para ibu mereka, Ruth (Baranski), Sandy (Hines), dan Isis Dunkler (Sarandon) yang muncul secara tiba-tiba dan menambah rumit suasana persiapan Natal di keluarga mereka. Tidak mau begitu saja membiarkan para ibu mereka merusak suasana Natal dengan berbagai permintaan dan aturan mereka, Amy Mitchell, Kiki, dan Carla Dunkler memutuskan untuk bersikap tegas dan menghadapi sikap orangtua mereka.
Permasalahan utama yang dimiliki oleh A Bad Moms Christmas terletak pada kualitas lapisan penceritaannya. Jika pada seri sebelumnya Lucas dan Moore berhasil membangun dan mengembangkan konflik dengan menggunakan kisah mengenai bagaimana para ibu rumah tangga berusaha bertahan dari berbagai rutinitas mereka sebagai ibu rumah tangga maka A Bad Moms Christmas tidak pernah mampu beranjak dari rutinitas kisah mengenai rivalitas antara ketiga karakter utama dengan para ibu mereka. Tentu saja, premis tersebut awalnya cukup mampu disajikan menarik. Namun, seiring dengan berjalannya durasi pengisahan film, Lucas dan Moore cenderung menghadirkan pola penceritaan yang sama dan berulang pada film mereka. Ingat dengan adegan kekacauan yang ditimbulkan para karakter utama di sebuah tempat perbelanjaan yang diiringi dengan lagu Hey Mama dari David Guetta, Nicki Minaj, dan Bebe Rexha pada Bad Moms dahulu? Lucas dan Moore mencoba mengulang “kesuksesan” adegan tersebut pada A Bad Moms Christmas… tidak hanya sekali atau dua kali… namun berkali-kali.
Tidak hanya itu. Kualitas guyonan yang disajikan dalam film ini juga terasa cukup lemah. Tidak begitu mampu memancing tawa dari para penontonnya seperti seri terdahulunya. Begitu pula dengan sisi romansa film yang sebelumnya mampu menghasilkan daya tarik tersendiri namun terasa begitu dikesampingkan dalam film ini. Meskipun begitu, A Bad Moms Christmas harus diakui masih mampu menyajikan beberapa momen emas yang cukup menghibur atau bahkan menyentuh. Plot pengisahan mengenai jalinan hubungan antara ibu dan anak dalam film ini berhasil tampil maksimal berkat penampilan dan chemistry yang disajikan para pemerannya. Tidak ada penampilan akting yang benar-benar istimewa namun setidaknya Kunis, Bell, Hahn, Baranski, Hines, dan Sarandon tidak tampil mengecewakan.
Rating :