Review

Info
Studio : Pixar Animation Studios
Genre : Animation, Adventure, Comedy
Director : Lee Unkrich, Adrian Molina
Producer : Darla K. Anderson
Starring : Anthony Gonzalez, Gael García Bernal, Benjamin Bratt, Alanna Ubach, Renée Victor

Sabtu, 02 Desember 2017 - 15:49:50 WIB
Flick Review : Coco
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2076 kali


Dalam Coco, Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios bertualang ke Meksiko dan menjadikan perayaan budaya negara tersebut, Día de Muertos atau juga sering disebut sebagai Day of the Dead, sebagai inspirasi jalan ceritanya. Diarahkan oleh Lee Unkrich (Toy Story 3, 2010) dengan bantuan dari penulis naskah Adrian Molina, Coco berkisah mengenai seorang anak laki-laki bernama Miguel Rivera (Anthony Gonzalez) yang bercita-cita untuk menjadi seorang musisi. Sayangnya, Miguel Rivera berasal dari keluarga dimana seluruh kegiatan yang berhubungan dengan musik dinyatakan sebagai kegiatan terlarang – sebuah ultimatum yang muncul setelah kakek buyut mereka meninggalkan nenek buyut dan keluarga mereka untuk mengejar karirnya sebagai seorang musisi. Tidak tinggal diam, Miguel Rivera berniat untuk menunjukkan bakat musiknya di hari perayaan Día de Muertos. Namun, sebuah keajaiban terjadi dan Miguel Rivera kini terjebak di dunia para arwah – yang disebut dengan Land of the Dead. Kini, Miguel Rivera harus menemukan arwah para keluarganya dan meminta restu mereka agar dirinya dapat kembali ke dunia nyata.

Terdengar sebagai sebuah jalinan kisah yang cukup rumit? Seperti halnya WALL·E (Andrew Stanton, 2008) dan Inside Out (Pete Docter, 2015) serta kebanyakan film-film animasi orisinal buatan Pixar Animation Studios lainnya, Coco menghabiskan setengah dari paruh awal pengisahannya untuk menjelaskan semesta penceritaan filmnya – mulai dari latar belakang karakter utama, orang-orang yang berada di sekitarnya hingga apa yang dimaksud dengan Día de Muertos itu sendiri. Jangan khawatir. Naskah cerita garapan Molina dan Matthew Aldrich mampu menghadirkan narasi tersebut dengan penyampaian yang lugas. Tentu saja, kehadiran animasi khas Pixar Animation Studios yang sangat memanjakan mata turut membantu penonton untuk memahami dunia penceritaan baru yang akan segera mereka masuki.

Berbicara mengenai tampilan visual, Land of the Dead mungkin adalah tampilan visual yang paling ambisius dalam katalog film-film buatan Pixar Animation Studios. Mengkreasikan sebuah dunia yang diisi oleh para arwah tanpa harus membuatnya terkesan menakutkan jelas merupakan sebuah tantangan yang cukup besar. But then, we’re talking about Pixar Animation Studios – rumah produksi yang sama yang berhasil membuat dunia percaya bahwa para mainan dapat berbicara, robot memiliki perasaan yang mendalam, dan, seperti halnya manusia, monster juga butuh rasa kasih sayang. Pixar Animation Studios mampu menggarap sebuah dunia arwah yang dipenuhi dengan warna-warna terang yang memikat, karakter-karakter berciri kematian namun dihadirkan dengan karakteristik yang menyenangkan, serta rangkaian lagu dan musik yang sangat menarik hati. Sebuah pencapaian yang memukau.

Sebagai sebuah pengisahan, Coco sendiri hadir dengan rangkaian kisah dan konflik yang cukup familiar bagi para penikmat film-film karya Pixar Animation Studios maupun Walt Disney Pictures. Mulai dari kisah moral tentang pentingnya arti keluarga dan rasa kesetiaan, kisah romansa, hingga kehadiran sosok hewan aneh yang berperan sebagai sidekick bagi sang karakter utama. Familiar, namun masih mampu disajikan secara menarik oleh Unkrich dan Molina terlepas dari beberapa hambatan pengisahan di paruh kedua penceritaan. Mengikuti jejak Finding Nemo (Stanton, 2003), Up (Docter, 2009), dan The Good Dinosaur (Peter Sohn, 2015), Coco juga menghadirkan lapisan kisah mengenai kematian yang menambah kaya rasa tekstur emosional pengisahannya. Seperti halnya film-film garapan Pixar Animation Studios lainnya, kisah kematian tersebut mampu disajikan dengan penuh kelembutan yang jelas akan mampu memberikan pelajaran tersendiri bagi para penonton muda tanpa membuat mereka merasa ketakutan atau trauma tentang kematian itu sendiri.

Dengan jalan cerita yang berisikan latar belakang tentang dunia musik, Coco juga tergarap dengan baik untuk menghadirkan deretan musik dan lagu yang akan mampu menghibur setiap penontonnya. Jajaran pengisi suara film ini juga hadir dengan penampilan yang berkelas. Gonzalez mampu menghidupkan karakter Miguel Rivera dengan baik. Begitu pula dengan jajaran pengisi suara lain – yang diisi oleh aktor-aktor berdarah Latin – seperti Gael García Bernal, Benjamin Bratt dan Alanna Ubach. Aktor-aktor tersebut tidak hanya mampu menghidupkan karakter mereka lewat dialog namun juga hadir dengan sangat meyakinkan melalui penampilan vokal mereka ketika menyanyikan lagu-lagu yang mengisi deretan adegan Coco. Coco mungkin bukanlah sebuah terobosan pengisahan yang diharapkan para penikmat karya Pixar Animation Studios. Meskipun begitu, dengan penggarapan yang begitu handal, Coco berhasil menjadi sebuah sajian pengisahan yang familiar namun tetap mampu terasa hangat dan menyenangkan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.