Review

Info
Studio : Twisted Pictures
Genre : Crime, Horror, Mystery
Director : Peter Spierig, Michael Spierig
Producer : Gregg Hoffman, Oren Koules, Mark Burg
Starring : Matt Passmore, Callum Keith Rennie, Clé Bennett, Hannah Emily Anderson, Laura Vandervoort

Kamis, 16 November 2017 - 18:42:20 WIB
Flick Review : Jigsaw
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1867 kali


Sebelum film-film horor supranatural seperti Paranormal Activity (Oren Peli, 2009) atau Insidious (James Wan, 2010) atau The Conjuring (Wan, 2013) mengambil alih Hollywood, para penikmat horor dunia terlebih dahulu telah merasakan teror dari film-film bertema torture porn – sebutan untuk film-film yang mengedepankan adegan kekerasan dan penyiksaan fisik maupun mental para karakternya – yang dipopulerkan oleh film Saw yang juga dikreasikan oleh Wan bersama aktor Leigh Whannell. Begitu popularnya Saw ketika dirilis pertama kali pada tahun 2004, enam sekuel film tersebut kemudian secara regular mengisi minggu perayaan Halloween di Amerika Serikat hingga tahun 2010. Dan, tentu saja, kesuksesan seri film Saw menginspirasi deretan rumah produksi Hollywood (dan dunia) untuk memproduksi film-film bertema sama.

Tujuh tahun setelah perilisan seri terakhirnya, Saw 3D (Kevin Greutert, 2010) yang begitu dibenci para kritikus dan mulai dijauhi oleh para penikmat film dunia, Twisted Pictures dan Lionsgate Films kembali berusaha untuk mengulang kesuksesan mereka. Easy money, of course. Hadir tanpa keterlibatan Wan maupun Whannell dan diarahkan oleh Peter Spierig dan Michael Spierig (Daybreakers, 2009), Jigsaw berusaha menyajikan sebuah rangkaian teka-teki pembunuhan dengan pola yang sama namun melibatkan kehadiran deretan karakter-karakter baru. Well… kecuali Jigsaw yang hadir kembali, tentu saja. Mereka yang tidak menggemari seri film Saw maupun film-film torture porn mungkin tidak akan mendapati sesuatu yang menarik dalam presentasi film ini. Namun, dengan pengarahan mereka yang cukup matang, The Spierig Brothers ternyata mampu mengemas Jigsaw menjadi sebuah sajian horor dan misteri yang cukup apik dan jelas akan berhasil mengobati kerinduan para penggemar seri film ini.

Dengan naskah yang ditulis oleh duo penulis naskah Piranha 3D (Alexandra Aja, 2010), Pete Goldfinger dan Josh Stolberg, Jigsaw memiliki latarbelakang waktu pengisahan pada sepuluh tahun setelah kematian sang pembunuh berantai yang dikenal dengan nama Jigsaw (Tobin Bell). Pihak kepolisian dikejutkan dengan penemuan sesosok mayat tak dikenal yang setelah diinvestigasi oleh tim medis pimpinan Logan Nelson (Matt Passmore) dan Eleanor Bonneville (Hannah Emily Anderson) ternyata menyimpan sebuah petunjuk yang mengarah pada keberadaan Jigsaw. Pasangan detektif Halloran (Callum Keith Rennie) dan Keith Hunt (Clé Bennett) jelas tidak percaya bahwa sosok yang telah mati dapat bangkit dan kembali melakukan sebuah tindakan pembunuhan. Namun, setelah penemuan beberapa mayat lain dan keterangan bahwa terdapat beberapa orang lain yang masih hidup dan berada dalam teror Jigsaw, Halloran dan Keith Hunt mulai memutar otak mereka untuk segera menemukan akar teror tersebut.

Tidak ada yang istimewa dalam presentasi pengisahan Jigsaw. Mereka yang pernah menikmati atau bahkan penggemar dari seri film ini jelas telah familiar dengan pola pengisahan yang kembali dituruti dengan patuh oleh Goldfinger dan Stolberg. Kekuatan film ini muncul dari keberhasilan The Spierig Brothers dalam menata pengisahan tersebut untuk tidak terjebak dalam atmosfer pengisahan yang monoton – seperti yang dapat dirasakan pada beberapa seri akhir Saw. Berkat bantuan penataan gambar Greutert, teka-teki yang coba disajikan film ini mampu dieksekusi dengan baik. The Spierig Brothers mengalirkan pengisahan mereka secara perlahan, memberikan petunjuk demi petunjuk yang akhirnya mampu meningkatkan intensitas ketegangan cerita di banyak bagian. Sebuah kualitas pengarahan yang cukup memuaskan, khususnya jika mengingat bahwa keduanya harus mengeksekusi sebuah formula penceritaan yang telah cenderung terasa usang.

Memang, tatanan penyiksaan yang ditampilkan The Spierig Brothers dalam film ini terasa lebih “kalem” jika dibandingkan dengan apa yang disajikan oleh deretan film Saw lainnya. Tetap saja, dengan kualitas produksi yang baik, deretan adegan penyiksaan tersebut tetap akan mampu membuat penonton setidaknya menahan nafas atau berpegangan erat pada kursi duduk mereka. Departemen akting film juga tampil tidak mengecewakan. Bell yang berperan sebagai Jigsaw tampil dalam porsi pemeran pendukung namun masih mampu menarik perhatian. Passmore juga  hadir cukup lugas sebagai pemeran dengan porsi pengisahan terbesar. Secara keseluruhan, Jigsaw bukanlah sebuah film yang buruk. Setidaknya, dalam barisan film yang berada dalam seri film Saw, film arahan The Spierig Brothers masih mampu tampil bersaing.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.