Review

Info
Studio : Starvision/Sinema Imaji
Genre : Drama
Director : Reni Nurcahyo Hestu Saputra
Producer : Chand Parwez Servia, Avesina Soebli
Starring : Velove Vexia, Adipati Dolken, Baim Wong, Surya Saputra, Koutaro Kakimoto

Minggu, 12 November 2017 - 16:13:40 WIB
Flick Review : Hujan Bulan Juni
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2556 kali


Diadaptasi dari buku kumpulan puisi berjudul sama karya Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni berkisah mengenai hubungan asmara antara dua orang dosen, Pingkan (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken). Sebelum Pingkan berangkat ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya, Sarwono meminta bantuan gadis tersebut untuk menemaninya menyelesaikan sebuah tugas di kota Manado, Sulawesi Utara – yang juga merupakan kota kelahiran Pingkan. Kepulangan Pingkan kembali ke kampung halamannya jelas disambut dengan senang hati oleh keluarganya. Namun, di saat yang bersamaan, kedatangan Pingkan juga disambut oleh sepupu tirinya, Benny (Baim Wong), yang semenjak lama telah menaruh hati pada Pingkan. Ditambah dengan deretan pertanyaan yang hadir dari keluarga Pingkan mengenai perbedaan kepercayaan yang mereka nilai tidak dapat menyatukan Pingkan dengan dirinya, membuat Sarwono mulai mempertanyakan kekuatan hubungan asmara yang ia jalin selama ini.

Sebagai film yang jalan ceritanya diinspirasi oleh sebuah buku kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni secara meyakinkan mampu mengimplementasikan barisan kata-kata puitis karya Damono dalam berbagai adegannya melalui perantaraan dialog yang terjalin antara karakter Pingkan dan Sarwono. Barisan kata-kata puitis tersebut bahkan seringkali menjadi nyawa bagi film ini ketika baik Vexia maupun Dolken berhasil memberikan penghayatan penuh atas barisan puisi yang mereka utarakan dan kemudian menciptakan banyak momen-momen romansa yang manis di sepanjang presentasi film ini. Dukungan penataan sinematografi dari Faozan Rizal yang menghadirkan keindahan alam sekitar Manado maupun Jepang dengan begitu membuai mata juga semakin mengokohkan keindahan barisan puisi yang disematkan dalam jalan cerita Hujan Bulan Juni.

Sayangnya, ketika barisan puisi karya Damono menghilang dari jalan penceritaan, Hujan Bulan Juni harus diakui tampil lemah dengan narasi pengisahannya. Selain karena menumpuknya konflik dan karakter yang dihadirkan, naskah cerita garapan Titien Wattimena (Salawaku, 2016) juga acapkali lemah dalam memberikan pengembangan yang utuh atas pengisahan yang telah ia bangun. Hujan Bulan Juni mungkin akan tampil lebih padat dan emosional jika saja fokus pengisahan ceritanya hanya ditujukan pada kedua karakter utama. Pengarahan yang diberikan Reni Nurcahyo Hestu Saputra cukup mampu menjaga stabilitas ritme penceritaan film meskipun pada beberapa bagiannya Hujan Bulan Juni masih terasa berjalan dengan tempo yang terlalu lamban – yang terjadi kebanyakan diakibatkan beban konflik pengisahan yang menumpuk.

Chemistry yang begitu hangat dan sangat meyakinkan yang tercipta antara Vexia dan Dolkenn jelas menjadi elemen yang krusial bagi presentasi cerita film ini. Hubungan kedua karakter yang begitu manis sukses diterjemahkan kedua pemerannya dengan hampir tanpa cela. Departemen akting film ini juga didukung dengan baik oleh penampilan Wong, Surya Saputra, hingga Ira Wibowo serta Jajang C. Noer dan Sundari Soekotjo yang hadir dalam penampilan singkat. Penampilan aktor Jepang, Koutaro Kakimoto, yang memerankan satu karakter dengan porsi pengisahan yang cukup penting sayangnya gagal untuk tampil meyakinkan. Kakimato seringkali hadir datar maupun canggung dalam banyak adegannya. Cukup memberikan poin negatif tersendiri pada kualitas keseluruhan Hujan Bulan Juni.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.