Keputusan Greg dan Colin Strause – atau yang lebih dikenal dengan sebutan Brothers Strause – untuk memproduksi dan merilis film fiksi ilmiah arahan mereka yang berjudul Skyline di tahun 2010 sempat membuat berang Sony Pictures. Bagaimana tidak. Rumah produksi milik Brothers Strause, Hydraulx Filmz, saat itu sedang dipekerjakan oleh Sony Pictures untuk membuat sebuah film fiksi ilmiah berjudul World Invasion: Battle Los Angeles (Jonathan Liebesman, 2011) yang, seperti halnya Skyline, juga berkisah tentang invasi para makhluk luar angkasa ke Bumi. Walau ricuh pada awalnya, setelah melalui beberapa proses hukum, Brothers Strause dan Sony Pictures akhirnya sepakat untuk berdamai serta melanjutkan proyek mereka masing-masing. Baik Skyline dan World Invasion: Battle Los Angelessendiri sama-sama mendapatkan penilaian buruk dari para kritikus film dunia ketika masa rilisnya – meskipun keduanya kemudian cukup berhasil dalam menarik perhatian penonton dan meraup sejumlah keuntungan komersial.
Berbicara mengenai Skyline, Brothers Strause sendiri semenjak awal memang telah meniatkan untuk memproduksi sekuel bagi film yang menjadi debut pengarahan mereka tersebut. Niat tersebut mulai terwujud ketika di tahun 2014 keduanya mengumumkan bahwa mereka akan merilis Beyond Skyline sebagai sekuel bagi Skylinedengan jajaran pengisi departemen akting yang seluruhnya baru dan penulis naskah Skyline, Liam O’Donnell, menggantikan posisi Brothers Strause untuk duduk di kursi penyutradaraan. Dengan menghadirkan deretan pemeran yang juga memiliki kemampuan seni bela diri yang handal – seperti Frank Grillo serta dua alumni The Raid (Gareth Evans, 2012), Iko Uwais dan Yayan Ruhian – Beyond Skyline harus diakui mampu memberikan sebuah sentuhan yang cukup menyegarkan bagi linimasa pengisahan fiksi ilmiahnya. Sayangnya, terlepas dari berbagai pembaharuan cerita yang dihadirkan, pengarahan O’Donnell terasa terlalu lemah untuk mampu membuat Beyond Skyline bercerita sekuat film pendahulunya.
Berdasarkan naskah cerita yang juga ditulis oleh O’Donnell, Beyond Skyline memiliki linimasa pengisahan yang sama dengan film pendahulunya, Skyline. Dikisahkan, ketika sekelompok makhluk luar angkasa mulai menjalankan invasinya ke wilayah Bumi, Mark (Grillo) kehilangan putra tunggalnya, Harper (Callan Mulvey), yang ternyata diculik dan telah dibawa pergi oleh pesawat milik para makhluk luar angkasa tersebut. Tidak menyerah begitu saja, Mark lantas menaiki pesawat luar angkasa yang kemudian membawanya ke sebuah wilayah di belahan dunia lain. Berada di tempat asing, Mark berkenalan dengan Sua (Uwais) yang merupakan pemimpin sebuah kelompok perlawanan terhadap para makhluk asing yang menyerang wilayah tersebut. Keduanya, bersama dengan pasukan kecil yang dimiliki Sua, kemudian memulai perjuangan mereka untuk membebaskan diri dari para makhluk asing.
Harus diakui, O’Donnell berhasil memberikan beberapa sentuhan dan inovasi yang menyenangkan pada presentasi cerita Beyond Skyline. Mulai dari plot gambaran hubungan antara manusia dengan para makhluk luar angkasa yang sepertinya terinspirasi oleh Prometheus (Ridley Scott, 2012), karakteristik para makhluk luar angkasa yang mengincar otak manusia, hingga penggunaan seni bela diri yang mampu dielaborasikan dengan cukup signifikan pada jalan cerita membuat Beyond Skyline terasa memiliki potensi yang cukup kuat untuk tampil sebagai sebuah paduan film fiksi ilmiah dan aksi petualangan yang menyenangkan. Sayang, terlepas dari beberapa momen emas tersebut, pada kebanyakan bagiannya, Beyond Skylinegagal untuk mendapatkan pengembangan kisah yang mumpuni. Banyak bagian cerita yang terasa hadir berdasarkan sebuah ide yang cukup kuat namun kemudian gagal untuk diberikan bangunan pengisahan yang lebih kokoh.
Kemampuan pengarahan O’Donnell juga terasa lebih lemah jika dibandingkan dengan kehandalan penulisan naskahnya. O’Donnell seringkali tidak mampu menjaga aliran cerita filmnya dalam sebuah ritme pengisahan yang tepat. Berantakan. Perhatian O’Donnell pada detil cerita juga cenderung minim. Mulai dari aksen para karakter yang datang dan menghilang begitu saja – beberapa karakter dihadirkan dengan aksen wilayah Vietnam namun beberapa lainnya tampil dengan aksen yang berbeda meskipun dikisahkan berasal dari wilayah tempat tinggal yang sama – hingga penataan produksi dan efek visual yang kurang mampu untuk menyamai capaian kualitas seri sebelumnya. Tidak mengherankan jika, terlepas dari beberapa momen aksi yang cukup menyenangkan untuk diikuti, Beyond Skylinetampil hambar dan cenderung membosankan.
Meskipun jauh dari kesan istimewa, kualitas penampilan barisan pengisi departemen akting Beyond Skyline jelas menjadi elemen terkuat dari film ini. Grillo, Uwais, dan aktris Bojana Novakovic mampu hadir menghidupkan karakter-karakter yang mereka perankan dengan lugas. Berperan sebagai sosok seorang ayah, Grillo bahkan mampu membangun chemistry yang hangat dengan Mulvey yang memerankan karakter puteranya dan menghasilkan beberapa momen yang terasa cukup menyentuh. Dengan porsi pengisahan yang cukup dominan tampil dalam nuansa aksi, Grillo dan Uwais bahkan terasa hadir dengan penampilan yang lebih mengesankan. Sayang kehadiran Ruhian tidak mampu dimanfaatkan O’Donnell dengan lebih maksimal dalam pengisahan film ini.
Rating :