Review

Info
Studio : Marvel Studios
Genre : Action, Adventure, Comedy
Director : Taika Waititi
Producer : Kevin Feige
Starring : Chris Hemsworth, Mark Ruffalo, Tom Hiddleston, Cate Blanchett, Idris Elba, Jeff Goldblum

Jumat, 27 Oktober 2017 - 00:10:57 WIB
Flick Review : Thor: Ragnarok
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2175 kali


Masih ingat dengan Thor: The Dark World (Alan Taylor, 2013)? Well… tidak akan ada yang menyalahkan jika Anda telah melupakan sepenuhnya mengenai jalan cerita maupun pengalaman menonton dari sekuel perdana bagi film yang bercerita tentang Raja Petir dari Asgard tersebut. Berada di bawah arahan Taylor yang mengambil alih kursi penyutradaraan dari Kenneth Branagh, Thor: The Dark World harus diakui memang gagal untuk melebihi atau bahkan menyamai kualitas pengisahan film pendahulunya. Tidak berniat untuk mengulang kesalahan yang sama, Marvel Studios sepertinya berusaha keras untuk memberikan penyegaran bagi seri ketiga Thor, Thor: Ragnarok: mulai dari memberikan kesempatan pengarahan pada sutradara Taika Waititi yang baru saja meraih kesuksesan lewat dua film indie-nya, What We Do in the Shadows (2014) dan Hunt for the Wilderpeople (2016), menghadirkan naskah cerita yang menjauh dari kesan kelam, hingga memberikan penampilan-penampilan kejutan dalam presentasi filmnya. Berhasil? Mungkin.

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Eric Pearson, Thor: Ragnarok memiliki latar belakang waktu pengisahan yang berada pada dua tahun semenjak terjadinya Battle of Sokovia seperti yang ditampilkan dalam Avengers: Age of Ultron (Joss Whedon, 2015). Thor (Chris Hemsworth) kini harus menghadapi Hela (Cate Blanchett) – kakaknya yang selama ini tidak ia ketahui keberadaannya karena ditahan dan disembunyikan oleh sang ayah, Odin (Anthony Hopkins). Keputusan Odin untuk menahan wanita yang menggelari dirinya dengan sebutan Ratu Kematian tersebut bukannya tanpa alasan. Tidak seperti Odin yang lebih memilih jalan perdamaian dalam memimpin Asgard, Hela terus setia pada perang dan kekerasan yang menurutnya harus dilakukan untuk memperluas wilayah kekuasaan Asgard. Kini, setelah lepas dari tahanan Odin, Hela yang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan Thor maupun anak-anak Odin lainnya, kembali bersama pasukannya dan berusaha untuk menguasai Asgard.

Satu hal yang pasti, arahan yang diberikan Waititi pada naskah garapan Pearson mampu mendorong dan menjadikan Thor: Ragnarok sebagai salah satu film paling menghibur (baca: lucu) dalam rangkaian seri Marvel Cinematic Universe. Dengan pengalamannya dalam menuliskan naskah bagi serial televisi yang juga diproduksi Marvel Studios, Agent Marvel, Pearson jelas telah begitu familiar dengan jenis guyonan yang efektif bagi penikmat film-film Marvel Cinematic Universe. Dengan modal tersebut, Pearson berhasil menghadirkan deretan plot penceritaan maupun dialog dengan atmosfer komedi yang kental sekaligus hangat. Dosis komedi yang dihadirkan Pearson dalam Thor: Ragnarok bahkan terasa dua kali lebih banyak dari dosis standar yang biasa dihadirkan Marvel Studios dalam film-filmnya – di luar seri Guardians of the Galaxy, tentu saja. Menyenangkan, meskipun secara perlahan memberikan pengaruh yang… ummm… kurang begitu menyenangkan pada presentasi penceritaan utama pada film ini.

Dari kualitas penceritaan, Thor: Ragnarok sebenarnya berhasil tampil lebih baik dari Thor: The Dark World. Meskipun tidak memiliki kualitas penceritaan yang lebih istimewa jika dibandingkan film-film produksi Marvel Studios lainnya, Thor: Ragnarok bercerita secara lebih lugas dengan cabang-cabang konflik dan karakter-karakter minor yang mampu diminimalisir keberadaannya. Waititi juga menyajikan filmnya dengan ritme pengisahan yang cenderung bergerak cepat sehingga terhindar dari kejenuhan penceritaan yang dahulu menghantui Thor: The Dark World. Sayangnya, fokus pengisahan yang telah dibangun Waititi seringkali terasa terdistraksi oleh guyonan yang dihadirkan. Jangan salah. Guyonan-guyonan tersebut mampu menghibur namun, di saat yang bersamaan, seringkali mengalihkan perhatian dari jalan cerita utama yang sebenarnya sedang berjalan. Dari segi teknis, Thor: Ragnarok tampil memuaskan. Kredit khusus layak disematkan pada Mark Mothersbaugh yang – daripada menghadirkan atmosfer Hans Zimmer pada penataan musik latar dalam banyak adegan seperti yang terasa pada banyak film-film pahlawan super lainnya – menyajikan nuansa musik elektronik dari tahun 1980an yang kemudian, secara mengejutkan, membuat film ini terasa lebih segar.

Dari departemen akting, Thor: Ragnarok diberkahi dengan deretan penampilan prima dari para pemerannya. Penampilan Hemsworth sebagai karakter Thor hadir lebih dinamis dalam film ini. Penampilan terbaiknya sebagai Thor mungkin? Begitu juga dengan Mark Ruffalo yang hadir menemani Hemsworth dengan perannya sebagai Bruce Banner/Hulk. Chemistry erat yang disajikan Hemsworth dan Ruffalo dalam setiap pertukaran dialog mereka seringkali menghasilkan momen-momen paling menyenangkan dalam film ini. Tom Hiddleston juga kembali hadir dalam perannya sebagai Loki. Dengan karakterisasi yang sekarang tampil lebih tenang dan lebih bersahabat kepada karakter Thor, Hiddleston tetap mampu menjadikan karakternya terlihat menarik – meskipun dengan pengisahan seadanya dan seringkali menghilang begitu saja dari jalinan cerita. Jeff Goldblum, Idris Elba dan Karl Urban juga mengalami nasib yang sama. Tampil menarik namun gagal untuk dimaanfatkan secara lebih maksimal.

Berbicara mengenai departemen akting Thor: Ragnarok, penampilan yang paling mencuri perhatian jelas datang dari Blanchett dan Tessa Thompson. Setelah kehadiran Julianne Moore sebagai sosok villain dalam Kingsman: The Golden Circle (Matthew Vaughn, 2017) yang cukup mengecewakan, Waititi memberikan porsi pengisahan yang lebih luas bagi karakter Hela yang diperankan Blanchett. Tentu saja, Blanchett dengan mudah mengeksekusi karakter tersebut dengan sangat meyakinkan. Hal yang sama juga dapat dilakukan oleh Thompson. Berperan sebagai salah satu anggota pasukan wanita yang dimiliki kerajaan Asgard yang dinamakan Valkyrie, Thompson mampu menjadikan karakternya terlihat tangguh namun tetap memiliki sisi kelembutan dan humor yang sama kuat. Kualitas yang semakin memperkokoh posisi Thor: Ragnarok sebagai presentasi yang sangat menyenangkan untuk diikuti.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.