Mereka yang pernah mengunjungi Thailand dan familiar dengan berbagai “lokasi wisata” negara tersebut kemungkinan besar (pasti?) pernah mendengar tentang keberadaan Ghost Tower. Gedung setinggi 47 lantai yang aslinya bernama Sathorn Unique Tower tersebut awalnya mulai dibangun pada tahun 1990 dan diniatkan untuk menjadi sebuah kondominium mewah nan ikonik yang terletak di tengah kota Bangkok. Sayang, ketika krisis ekonomi menerpa Thailand dan menyebabkan lumpuhnya pasar properti di negara tersebut pada tahun 1997, pembangunan Sathorn Unique Tower (dan ratusan gedung pencakar langit lainnya di kota Bangkok) menjadi terhambat dan secara perlahan akhirnya benar-benar terhenti. Seiring dengan berjalannya waktu, Sathorn Unique Tower berubah menjadi bangunan kumuh yang terabaikan keberadaannya namun kemudian mulai menarik perhatian banyak turis lokal maupun asing yang tertarik akan sejarah dan bentuk bangunan tersebut… serta berbagai rumor mengenai aktivitas supranatural yang menghantuinya.
Well… kisah mengenai Sathorn Unique Tower yang terbengkalai, krisis ekonomi yang menerpa Thailand di tahun 1997 serta orang-orang yang terkena dampak dari krisis tersebut kemudian menginspirasi film terbaru arahan sutradara Sophon Sakdaphisit (Ladda Land, 2009), The Promise. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Sakdaphisit bersama dengan Sopana Chaowiwatkul dan Supalerk Ningsanond, The Promise berkisah mengenai dua orang sahabat, Boum (Thunyaphat Pattarateerachaicharoen) dan Ib (Panisara Rikulsurakan), yang memutuskan untuk bunuh diri di Sathorn Unique Tower buatan kedua ayah mereka setelah merasa bahwa kehidupan mereka terus memburuk setelah keluarga mereka menjadi korban dari krisis ekonomi yang melanda Thailand. Sial, setelah melihat Ib dalam kondisi sekarat, Boum malah memutuskan untuk membatalkan niat bunuh dirinya dan meninggakan Ib. 20 tahun kemudian, Boum tumbuh menjadi sesosok wanita dewasa (Numthip Jongrachatawiboon) yang telah memiliki seorang puteri, Bell (Apichaya Thongkham), dan karir di bidang properti yang sukses. Bersama dengan rekan kerjanya, Boum berniat untuk melanjutkan pembangunan Sathorn Unique Tower yang terbengkalai. Bersamaan dengan niat tersebut, kenangan akan kematian Ib kembali hadir – dan bahkan mulai mengusik kehidupan Boum dan Bell.
Seperti yang pernah ia tampilkan dalam Coming Soon (2008), Ladda Land, dan The Swimmers (2014), Sakdaphisit adalah seorang sutradara yang handal dalam memadukan teror horor dalam jalan cerita filmnya dengan unsur drama sentimental yang akan mampu menyentuh para penontonnya. Hal yang sama juga berhasil ia sajikan dalam The Promise. Meskipun hadir dengan bangunan penceritaan yang tidak benar-benar baru, Sakdaphisit mampu mengembangkan karakter-karakter yang hadir dalam pengisahan The Promise menjadi elemen yang esensial dalam mengikat sisi emosional penonton. Naik turunnya jalinan hubungan antara dua sahabat serta hubungan ibu dan anak yang menjadi plot utama dalam film ini dikembangkan secara seksama dengan tiap karakter mampu diberikan porsi pengisahan yang saling mendukung kehadiran satu sama lain. Hadir sangat, sangat meyakinkan.
Tentu saja, pengembangan kisah dan karakter yang mumpuni dalam naskah cerita The Promise tidak akan mampu dapat ditampilkan secara utuh tanpa penampilan prima dari para jajaran pengisi departemen akting film ini. Jongrachatawiboon dan Thongkham masing-masing berhasil tampil kuat dalam menghidupkan karakter Boum dewasa dan Bell. Lebih dari itu, keduanya dapat menciptakan chemistry yang begitu hangat sekaligus menyita perhatian untuk karakter ibu dan anak yang mereka perankan. Penonton dapat dengan mudah merasakan rasa ketakutan yang dirasakan karakter Boum ketika karakter Bell berada di bawah ancaman teror. Sebaliknya, karakter Bell dapat menunjukkan dengan lugas dalamnya rasa cinta yang ia miliki terhadap sosok ibu yang ia miliki. Sebuah paduan emosi yang jelas “mematikan.” Selain kedua karakter utama, jajaran pemeran pendukung film juga hadir dengan kualitas akting yang maksimal, khususnya Pattarateerachaicharoen dan Rikulsurakan yang memerankan karakter Boum dan Ib remaja di bagian awal pengisahan film.
Unggul dalam pengisahan drama tidak membuat The Promise turun kelas dalam penyajian elemen horornya. Sakdaphisit dengan cerdas membangun filmnya dengan atmosfer kelam yang benar-benar kuat. Ia juga secara bijak tidak mengeksploitasi adegan-adegan jump scare maupun kehadiran karakter-karakter supranatural untuk memberikan rasa takut pada penonton. Karakter Ib yang menghantui Boum dan Ib bahkan hanya ditampilkan secara siluet sebanyak kurang dari lima kali. Keberhasilan pengisahan Sakdaphisit dalam mengikat perhatian dan emosi penonton yang membuat penonton dapat merasakan teror supranatural yang dihadapi oleh karakter-karakter film ini – meskipun Sakdaphisit terasa sedikit terlalu berlebihan dalam memperpanjang pengisahan pada paruh ketiga penceritaan film ini. Bantuan teknikal dari sisi penataan gambar, musik, dan sinematografi turut mendukung Sakdaphisit dalam mengarahkan film horor yang sangat memuaskan ini.
Rating :