Review

Info
Studio : Starvision
Genre : Drama, Comedy
Director : Guntur Soeharjanto
Producer : Chand Parvez Servia
Starring : Jamie Aditya, Rianti Cartwright, Amink, Christian Sugiono, Slamet Rahardjo

Sabtu, 25 Desember 2010 - 20:52:50 WIB
Flick Review : Kabayan Jadi Milyuner
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 5595 kali


Sama halnya seperti kisah-kisah Abu Nawas dan Nasruddin yang termuat di berbagai literatur yang berasal dari negeri Arab, Kabayan adalah sebuah tokoh imajinatif populer dari Indonesia yang seringkali memuat dan menyindir mengenai bentuk tatanan kehidupan masyarakat di kala itu pada setiap penceritaannya. Merupakan tokoh yang berasal dari kisah-kisah masyarakat Sunda, Kabayan kemudian menjadi sebuah tokoh ikonik bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan setelah kisahnya sering dipopulerkan dalam bentuk buku maupun dalam bentuk rilisan film layar lebar dan serial televisi.

Setelah terakhir kali diangkat dalam bentuk film pada Si Kabayan: Bukan Impian (2000), kini karakter ikonik masyarakat Sunda tersebut kembali coba diperkenalkan pada sebuah generasi baru yang berbeda lewat film karya sutradara Guntur Soeharjanto (Otomatis Romantis, 2008), Kabayan Jadi Milyuner. Dengan naskah yang ditulis oleh Cassandra Massardi, kisah Kabayan Jadi Milyuner sepertinya mencoba menggabungkan beberapa kisah Kabayan yang sebelumnya telah pernah dihadirkan di layar lebar, mulai dari kisah perkenalannya dengan wanita yang kelak akan menjadi jodohnya, Iteung, hingga memasukkan sedikit kisah ‘berbau mistis’ mengenai jin yang ia miliki, yang sebelumnya merupakan garis cerita utama pada kisah Si Kabayan dan Anak Jin (1991). Bedanya, kisah Kabayan kini memiliki latar belakang cerita di masa sekarang sekaligus menghadapkan keluguannya dengan perkembangan zaman.

Diperankan oleh Jamie Aditya, Kabayan kini dikisahkan harus menyelamatkan Pesantren As-Salam pimpinan Ustadz Soleh (Slamet Rahardjo) yang kini sedang terancam keberadaannya akibat niat seorang pengusaha real estate, Bos Rocky (Christian Sugiono), yang ingin membeli tanah pesantren tersebut dan membangun sebuah bangunan berfasilitas modern di sana. Jelas Rocky tidak akan mendapatkan tanah tersebut dengan mudah. Kabayan serta teman baiknya, Armasan (Amink), berhasil melakukan segala cara untuk dapat mencegah mimpi Rocky untuk dapat menjadi nyata. Walau begitu, Rocky ternyata masih menyimpan satu senjata rahasia yang sepertinya tidak akan dapat ditolak oleh Kabayan dengan mudah.

Rahasia tersebut berwujud seorang wanita cantik bernama Iteung (Rianti Cartwright), akuntan Rocky yang berwajah bule namun ternyata memiliki darah Sunda yang sangat kental. Mengetahui kalau Kabayan diam-diam memendam rasa terhadap Iteung, Rocky kemudian merayu Iteung agar mau untuk berpura-pura jatuh cinta kepada Kabayan untuk kemudian membujuknya agar mau menandatangani surat pembelian tanah. Dan rencana Rocky tersebut berhasil dengan mudah! Kini, tanah pesantren telah berpindah kepemilikan dan sialnya, semenjak itu pula Iteung tidak pernah lagi menunjukkan dirinya di hadapan Kabayan. Demi mengejar rasa cintanya, sekaligus berusaha kembali untuk merebut tanah pesantren, Kabayan bersama Armasan akhirnya nekat untuk pergi ke Jakarta dan menemui Iteung.

Ada banyak hal yang sangat mengganggu dari Kabayan Jadi Milyuner, khususnya pada naskah cerita film ini. Kisah cerita yang coba dihadirkan terkesan seperti merupakan potongan-potongan kisah Kabayan di film terdahulunya yang coba disatukan dalam deretan adegan film untuk menjadi sebuah kesatuan jalan cerita. Tidak masalah jika sang penulis naskah berhasil menyatukannya dengan menempatkan masing-masing kisah tersebut secara teratur dan menyatu antara kisah yang satu dengan yang lain. Sayangnya, kisah Kabayan Jadi Milyuner seringkali terasa melompat antara adegan yang satu dengan adegan yang lain, dengan bertambahnya durasi semakin membuat jalan cerita film ini semakin absurd dan tidak jelas kemana arah dan tujuannya. Dengan durasi film kira-kira sepanjang 100 menit, Kabayan Jadi Milyuner terasa seperti dipanjang-panjangkan dan berjalan sangat membosankan!

Beruntung, film ini memiliki Amink. Komedian yang satu ini berhasil menjadi satu-satunya nilai plus yang dapat diperoleh selama menyaksikan jalan cerita Kabayan Jadi Milyuner. Beberapa kali, di saat yang penting pula, tingkah polah dan dialog konyol yang dimiliki oleh Armasan, berhasil diterjemahkan dengan sangat baik oleh Amink menjadi sebuah penampilan yang sangat menghibur. Christian Sugiono juga sebenarnya tampil lumayan sebagai seorang tokoh antagonis. Sayangnya, karakter yang ia mainkan kemudian harus terjebak ke dalam penceritaan yang berusaha terlihat komikal namun justru sama sekali tidak berhasil.

Jamie Aditya harus diakui mampu membawakan karakter Kabayan dengan cara yang tidak buruk – Jamie sendiri telah sering berperan sebagai Kabayan atau seorang yang berdarah Sunda ketika ia masih menjadi VJ di MTV Indonesia. Namun, ketika ia harus tampil berdampingan dengan Rianti Cartwright yang berperan sebagai Iteung, sangat dapat dirasakan bahwa keduanya sama sekali tidak memiliki chemistry yang pas. Hal ini menjadi faktor besar mengapa film ini terasa sangat tidak dapat dinikmati dengan baik ketika keduanya tampil di dalam jalan cerita. Sementara talenta akting luar biasa dari duet aktor dan aktris senior, Didi Petet dan Meriam Bellina, yang berpasangan sebagai Abah dan Ambu, harus menyerah pada karakterisasi dangkal yang dituliskan untuk karakter mereka. Walau begitu, lelucon terbesar dari Kabayan Jadi Milyuner adalah penampilan Melly Goeslaw, yang kali ini tidak hanya meneror penonton dengan lagu-lagu berlirik cheesy yang dapat didengar di sepanjang film, namun juga terlihat menggelikan dengan dandanan yang sama mengganggunya dengan kemampuan aktingnya di film ini.

Dengan karakter yang telah sangat familiar dan jajaran pemeran yang sebenarnya cukup menjanjikan, Kabayan Jadi Milyuner harus diakui terlihat seperti sebuah kesempatan besar yang terbuang dengan percuma akibat buruknya jalan cerita yang dihadirkan. Naskah yang dihadirkan benar-benar sangat tidak mampu untuk menghadirkan sebuah tontonan yang dapat menghibur setiap penontonnya. Membosankan dan dengan karakterisasi yang sangat dangkal. Ini yang kemudian menjadikan jajaran pemeran film ini gagal memberikan permainan terbaiknya, selain faktor miscast yang terasa terjadi pada beberapa karakter. Sebuah komedi yang sangat mengecewakan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.