Memulai karirnya sebagai seorang aktor dengan membintangi serial televisi seperti Veronica Mars dan Sons of Anarchy, nama Taylor Sheridan mulai mendapatkan rekognisi yang lebih besar setelah keterlibatannya sebagai penulis naskah bagi film Sicario (Denis Villeneuve, 2015). Karirnya sebagai seorang penulis naskah bahkan semakin diperhitungkan setelah naskah ceritanya untuk film Hell or High Water (David Mackenzie, 2016) berhasil mendapatkan nominasi Best Original Screenplay di ajang The 89th Annual Academy Awards. Kini, setelah sebelumnya sempat mengarahkan sebuah film horor berjudul Vile yang dirilis pada tahun 2011, Sheridan kembali ke kursi penyutradaraan untuk mengarahkan film yang naskah ceritanya ia tulis sendiri, Wind River. Terinspirasi dari minimnya catatan kepolisian mengenai kasus menghilangnya para perempuan yang berasal dari Penduduk Asli Amerika, Sheridan menggarap Wind River sebagai sebuah pengisahan yang mungkin terasa familiar dan begitu sederhana namun mampu memberikan sentuhan emosional yang luar biasa mendalam.
Jalan cerita Wind River sendiri dimulai ketika Cory Lambert (Jeremy Renner) menemukan jasad seorang remaja bernama Natalie Hanson (Kelsey Asbille) yang telah membeku di tengah kumpulan salju yang sedang menerpa kawasan Wind River Indian Reservation di Wyoming, Amerika Serikat. Menduga bahwa jasad yang ia temukan meninggal akibat sebuah tindakan kekerasan, Cory Lambert kemudian menghubungi Federal Bureau of Investigation yang lantas mengirimkan agen muda mereka, Jane Banner (Elizabeth Olsen), ke lokasi kejadian perkara. Setelah melalui proses otopsi, Cory Lambert dan Jane Banner mengetahui bahwa Natalie Hanson meninggal dunia akibat berusaha kabur dari sebuah usaha pemerkosaan dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada dirinya. Dengan minimnya petunjuk yang ada, dan kondisi alam yang sedang diwarnai badai salju, Cory Lambert dan Jane Banner mulai menjalankan investigasi mereka untuk segera memburu dan menangkap pelaku kejahatan terhadap Natalie Hanson.
Sekilas, mudah untuk memandang Wind River sebagai sebuah crime thriller dengan rangka kisah whodunit yang telah begitu sering diproduksi Hollywood. Namun, meskipun menghadirkan deretan karakter, plot serta latar belakang lokasi pengisahan yang begitu minimalis, Sheridan mampu mengeksplorasi elemen-elemen pengisahan filmnya untuk menghasilkan kekuatan cerita yang begitu maksimal. Lihat saja bagaimana karakter-karakter dalam jalan cerita Wind River tampil tegas dalam penggambaran setiap karakteristiknya. Hubungan yang terjalin antara satu karakter dengan yang lain hadir secara dinamis yang membuat setiap kisah yang mereka bawakan hadir kuat dan menggugah. Penggambaran intrik sosial berupa jejak konflik antar ras dalam jalan cerita film juga berhasil dihadirkan Sheridan secara halus, tidak pernah terasa bersifat konfrontatif namun akan tetap mampu dirasakan oleh setiap penonton. Latar belakang lokasi pengisahan yang berada di wilayah terpencil yang diselimuti dinginnya salju juga memegang peranan krusial yang memberikan pengaruh mendalam bagi setiap karakter dalam setiap tingkah laku mereka.
Kecerdasan yang ditampilkan Sheridan dalam penulisan naskah cerita filmnya juga ia tampilkan dengan seksama dalam kemampuan pengarahannya. Sheridan menghadirkan Wind River sebagai sebuah pembelajaran karakter bagi para penonton filmnya. Dengan tempo pengisahan yang dihadirkan secara sederhana, Sheridan memberikan jabaran karakter dan konflik secara utuh yang akan mengikat penonton dalam jalinan hubungan emosional yang kuat. Tidak melupakan crime thriller yang menjadi akar pengisahan bagi Wind River, Sheridan juga mampu mengemas momen-momen menegangkan dalam filmnya dengan sempurna. Sajian aksi yang dipenuhi adegan-adegan adu senjata yang dihadirkan brutal dan secara tiba-tiba memberikan kekuatan pengisahan yang apik. Paduan kualitas produksi, mulai dari tata sinematografi arahan Ben Richardson, tata gambar garapan Gary D. Roach, serta komposisi musik dari Nick Cave dan Warren Ellis, dengan kualitas pengarahan dan penulisan cerita Sheridan mampu mendorong film ini untuk menjadi sebuah sajian berkelas.
Dengan jalan pengisahan yang kuat bertumpu pada karakter-karakter yang hadir di dalamnya, Sheridan jelas membutuhkan barisan aktor dan aktris handal guna mengisi departemen aktingnya. Beruntung, Renner dan Olsen adalah dua pemeran dengan kapabilitas akting yang mampu menghidupkan peran mereka secara maksimal. Renner bahkan memberikan sebuah penampilan yang jelas merupakan salah satu penampilan akting terbaiknya. Begitu emosional sekaligus sangat, sangat mengesankan. Arbille dan aktor Jon Bernthal tampil sebagai pasangan kekasih dalam sebuah adegan kilas balik dengan durasi pengisahan yang cukup terbatas. Meskipun begitu, kehadiran keduanya berhasil menghadirkan atmosfer kesedihan yang tidak akan dilupakan siapapun yang menyaksikannya. Dengan Wind River, Sheridan jelas menunjukkan bahwa dirinya bukan hanya seorang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan naskah-naskah cerdas seperti Sicario dan Hell or High Water. Sheridan adalah seorang pencerita handal dengan kemampuan kuat baik dalam pengarahan maupun pengemasan kisah yang jelas membuatnya menjadi salah satu sutradara/penulis naskah Hollywood paling menarik untuk saat ini.
Rating :