Another week, another Stephen King’s adaptation is coming. Well… not really. Namun tahun 2017 jelas merupakan salah satu tahun yang menyenangkan bagi para penikmat tulisan-tulisan King. Tidak kurang dari enam karya penulis asal Amerika Serikat tersebut mendapatkan kesempatan untuk diadaptasi menjadi serial dan film di sepanjang tahun ini: David E. Kelley (Big Little Lies, 2017) mengadaptasi Mr. Mercedes menjadi sebuah serial televisi yang tayang di saluran Audience, Netflix memproduksi The Mist sebagai serial serta Gerald’s Game dan 1922 dalam bentuk film yang tayang di layanan streaming mereka sementara para penonton film bioskop mendapatkan kesempatan untuk menikmati adaptasi The Dark Tower dan It. Berbeda dengan The Dark Tower yang baru pertama kali diadaptasi ke media audio visual maka versi film dari It akan menjadi kali kedua bagi novel tersebut setelah sebelumnya sempat diangkat – dan begitu populer – sebagai sebuah miniseri pada tahun 1990.
Diarahkan oleh Andy Muschietti (Mama, 2013) dan dirancang untuk menjadi bagian pertama dari sebuah dwilogi, It memiliki latar belakang waktu pengisahan pada musim panas di tahun 1989. Kisahnya dimulai ketika tujuh orang anak yang tinggal di kota Derry, Maine, Amerika Serikat, Bill Denbrough (Jaeden Lieberher), Ben Hanscom (Jaremy Ray Taylor), Beverly Marsh (Sophia Lillis), Richie Tozier (Finn Wolfhard), Stanley Uris (Wyatt Oleff), Eddie Kaspbrak (Jack Dylan Grazer), dan Mike Hanlon (Chosen Jacobs), mulai menyadari bahwa terdapat sebuah kekuatan jahat yang menyebabkan banyak anak-anak di sekitar mereka menghilang secara misterius. Bersama, ketujuh anak tersebut mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan secara perlahan membuka tabir kelam mengenai kota tempat tinggal mereka dan sosok jahat berwujud badut (Bill Skarsgård) yang kini mereka sebut dengan sebutan It.
Naskah cerita It yang digarap oleh Chase Palmer, Cary Fukunaga (Beasts of No Nation, 2015), dan Gary Dauberman (Annabelle: Creation, 2017) sendiri masih berpegang teguh pada pengisahan yang telah digariskan oleh King lewat novelnya. Tidak hanya berkisah mengenai sekelompok anak yang berusaha untuk melawan sebuah kekuatan jahat yang mengancam kehidupan mereka, It secara perlahan membuka teror kehidupan yang juga harus dihadapi para karakter protagonisnya: mulai dari aksi perundungan dari sekelompok anak, tindakan pelecehan seksual, sikap rasis, rasa kesendirian dan kehilangan, hingga ketidakhadiran sosok-sosok dewasa yang seharusnya dapat melindungi mereka. Nada penceritaan yang cukup kelam namun unsur pengisahan itulah yang kemudian mampu mendorong It untuk tampil berkualitas sejajar dengan film hasil adaptasi novel King lainnya seperti Carrie (Brian De Palma, 1976) dan The Shining (Stanley Kubrick, 1980), khususnya ketika Muschietti mampu mengeksekusi tiap adegan filmnya dengan sentuhan pengarahan yang kuat. It tampil mengerikan – tidak hanya sebagai sebuah horor supranatural namun juga sebagai drama kelam mengenai pahitnya kehidupan yang mampu tampil begitu emosional di beberapa bagiannya.
Di saat yang bersamaan, Muschietti juga berhasil menggarap It sebagai sebuah presentasi film bertema transisi menuju kedewasaan yang cukup baik. Karakter-karakternya hadir dengan karakterisasi khas para remaja dengan sederetan dialog, kekonyolan dan permasalahan dalam menjalani keseharian mereka. Tidak lupa, selipan kisah cinta pertama dan rasa kekaguman terhadap sosok lawan jenis juga berhasil disajikan dengan manis. Tidak sepenuhnya mampu berjalan lancar. Kehadiran pengisahan yang cukup kompleks dan deretan karakter dalam jumlah yang cukup besar pada awal pengisahan film sempat membuat It terasa bercerita dengan nada yang sedikit terbata-bata. Beberapa konflik yang terbentuk di awal juga gagal untuk mendapatkan pendalaman kisah yang lebih kuat. Dengan durasi pengisahan yang mencapai 135 menit, mungkin It akan terasa lebih efektif jika disajikan dengan pengisahan yang lebih padat lagi. Sandungan penceritaan yang, untungnya, tidak terlalu fatal mengingat Muschietti mampu menyajikan filmnya dengan atmosfer pengisahan yang tepat serta kualitas tata produksi yang sangat berkelas.
Sebagai film dengan jalan penceritaan dengan karakterisasi yang kuat, Muschietti juga didukung penuh oleh deretan penampilan apik para pengisi departemen aktingnya. Menghadirkan talenta-talenta baru sebagai bintang utama jelas merupakan sebuah pilihan yang beresiko namun Muschietti berhasil memilih para aktor dan aktris muda yang tepat untuk memerankan tujuh karakter utama dalam film ini. Lieberher dan Lillis, khususnya, mampu hadir dengan penampilan akting yang benar-benar memikat. Nicholas Hamilton yang berperan sebagai Henry Bowers sang pelaku perundungan kepada para karakter protagonis film ini juga mampu hadir dengan penampilan yang seringkali mencuri perhatian. Bill Skarsgård – Yes. Son of Stellan and brother to Alexander – berhasil menyebar teror dari karakternya dengan baik. Terlepas dari tata rias tebal yang menutupi wajahnya, Skarsgård dengan lancar menghadirkan sosok karakter antagonis ikonik dengan penampilan yang kuat.
Rating :