Sebuah film aksi komedi dimana sang karakter utama merupakan seorang pria dewasa yang memiliki nama panggilan Baby mungkin terdengar jauh dari kesan meyakinkan. Namun, dengan pendekatan cerita yang begitu imajinatif dari Edgar Wright – sutradara asal Inggris yang filmografinya diisi oleh film komedi tentang para mayat hidup (Shaun of the Dead, 2004), film komedi tentang pasangan polisi (Hot Fuzz, 2007), film komedi yang diadaptasi dari sebuah novel grafis (Scott Pilgrim vs. the World, 2010), dan film komedi tentang bagaimana para selebritis Hollywood menghadapi kiamat (The World’s End, 2013), Baby Driver mampu dikembangkan menjadi sebuah pendekatan baru dari penceritaan heist movie yang melibatkan banyak adegan balapan mobil yang mungkin telah terasa melelahkan setelah kehadiran delapan film dalam seri The Fast and the Furious (2001 – 2017). Pengarahan kuat dan cerdas dari Wright itulah yang kemudian berhasil membuat film ini tampil begitu menyenangkan untuk diikuti.
Baby Driver berkisah mengenai seorang pemuda yang dikenal dengan nama panggilan Baby (Ansel Elgort) dan ditinggal kedua orangtuanya setelah mereka mengalami kecelakaan fatal. Selain merenggut nyawa orangtuanya, kecelakaan tersebut turut mengganggu pendengaran Baby – yang membuatnya harus selalu mendengarkan musik melalui iPod-nya untuk mengurangi efek kerusakan pendengaran tersebut. Saat ini, Baby bekerja sebagai pengemudi mobil dalam setiap aksi perampokan yang direncanakan oleh Doc (Kevin Spacey). Keberadaan Baby dalam komplotan Doc sendiri terdorong karena hutang yang ia miliki setelah ia mencuri salah satu mobil milik Doc. Tentu saja, tidak mudah untuk melepaskan diri dari genggaman Doc yang telah menganggap Baby sebagai jimat keberuntungannya. Namun, ketika Doc merencanakan sebuah aksi perampokan bersama dengan Buddy (Jon Hamm), Batts (Jamie Foxx, dan Darling (Eiza González), Baby bertekad bahwa perampokan tersebut akan menjadi aksi terakhirnya bersama Doc.
Memanfaatkan karakterisasi dari Baby yang “diharuskan” untuk mendengarkan musik setiap saat guna membantu dalam menghadapi masalah pendengarannya, Wright lantas mengisi linimasa pengisahan Baby Driver dengan deretan lagu-lagu pilihannya. Lagu-lagu yang berasal dari musisi semacam Queen, The Beach Boys, The Modern Lovers hingga Beck dan Commodores tersebut bukan hanya dihadirkan untuk sekedar menjadi pengisi atmosfer penceritaan film. Wright justru menjadikan lagu-lagu tersebut sebagai salah satu karakter penting dalam Baby Driver, sebagai nyawa sekaligus memberikan pengaruh yang begitu vital pada perjalanan emosional dari karakter Baby. Hebatnya, dengan bantuan penata gambar, Jonathan Amos dan Paul Machliss, Wright berhasil menyelaraskan tiap detak irama musik yang sedang mengalun dengan gerakan kamera maupun karakter yang sedang berada di adegan tersebut. Cerdas!
Penggalian karakterisasi yang memuaskan tersebut tidak hanya terjadi pada karakter Baby. Meskipun menyajikan pengisahan yang sederhana dan lumayan familiar, naskah cerita garapan Wright cukup mampu menghadirkan karakter-karakternya dengan penggambaran yang menarik sekaligus dengan jalinan hubungan antar karakter yang kuat. Hal yang sama juga dapat dirasakan pada penulisan sekaligus eksekusi deretan konflik dalam film ini. Berbeda dengan seri film The Fast and the Furious yang lebih mengandalkan sisi aksi yang bombastis, Baby Driver hadir dengan pengisahan yang kuat dan tegas namun tidak pernah kehilangan sentuhan kelembutannya. Wright dengan jeli membalut sebuah kisah aksi perampokan yang digarap dengan elemen ketegangan yang apik sementara, di saat yang bersamaan, juga menggarap kisah romansa antara karakter Baby dan Debora (Lily James) dengan sangat, sangat manis. Baby Driver kemudian berakhir menjadi sebuah presentasi yang tajam akan seluruh elemen pengisahannya.
Berbicara mengenai karakter-karakter yang dihadirkan dalam jalan cerita film ini, Wright berhasil mendapatkan penampilan akting yang kuat dan meyakinkan dari para pengisi departemen aktingnya. Elgort yang berperan sebagai Baby kini mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi daya tariknya di luar genre film-film remaja seperti yang ia lakonkan pada Carrie (Kimberly Peirce, 2013), The Fault in Our Stars (Josh Boone, 2014) maupun dalam seri film The Divergent Series (2014 – 2016). Dan Elgort berhasil melakukannya dengan baik. Elgort mampu menjadikan Baby sebagai sosok karakter yang sepertinya memang dituliskan khusus untuknya. Daya tarik Elgort yang lembut juga mampu bersanding dengan baik bersama penampilan yang dihadirkan James. Di saat yang bersamaan, penampilan Elgort tersebut turut menyatu dengan baik bersama penampilan keras yang ditampilkan Spacey, Foxx, Hamm, dan González.
Dengan segala keunggulannya, khususnya atas kemampuan Wright untuk membalut sebuah pengisahan yang familiar dengan ide-ide dan presentasi yang sangat segar, tidak mengejutkan bila Baby Driver mampu tampil sebagai sebuah presentasi yang sangat menyenangkan… dan salah satu film terbaik di sepanjang tahun ini.
Rating :