Review

Info
Studio : Viacom 18/Motion Pictures/KriArj Entertainment/Neeraj Pandey/Plan C Studios/Cape of Good Films LLP
Genre : Comedy, Drama, Romance
Director : Shree Narayan Singh
Producer : Aruna Bhatia, Shital Bhatia, Prernaa Arora, Arjun N. Kapoor, Hitesh Thakkar
Starring : Akshay Kumar, Bhumi Pednekar, Divyendu Sharma, Anupam Kher, Sudhir Pandey

Selasa, 22 Agustus 2017 - 18:04:16 WIB
Flick Review : Toilet: Ek Prem Katha
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4651 kali


Dengan naskah cerita yang ditulis oleh penata dialog dari film Brothers (Karan Malhotra, 2015) yang juga dibintangi oleh Akhsay Kumar, Siddharth Singh dan Garima Wahal, Toilet: Ek Prem Katha – dalam Bahasa Inggris berarti Toilet: A Love Story – adalah sebuah drama satir yang diproduksi untuk mendukung program Clean India Mission yang dicanangkan oleh pemerintah Republik India melalui Perdana Menteri-nya, Narendra Modi, pada tahun 2014. Program tersebut bertujuan untuk memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh Republik India, khususnya dengan berusaha untuk menghapuskan budaya buang air besar di tempat-tempat terbuka yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah pinggiran. Dibungkus dalam tatanan kisah cinta yang terbentuk antara dua karakter utamanya, Toilet: Ek Prem Katha mampu menjadi sebuah film romansa yang tampil memikat sekaligus kuat berbicara mengenai susunan tradisi dan budaya yang kadang masih dianggap tabu untuk dibahas oleh khalayak ramai.

Toilet: Ek Prem Katha memulai penceritaannya dengan pertemuan yang terjadi antara seorang pemuda bernama Keshav Sharma (Kumar) dengan seorang gadis bernama Jaya Joshi (Bhumi Pednekar). Walau awalnya tidak menyukai satu sama lain namun garisan takdir yang menentukan bahwa keduanya akan terikat dalam sebuah hubungan romansa kemudian berhasil membawa keduanya ke jenjang pernikahan. Pertengkaran mulai mewarnai pernikahan keduanya setelah Jaya Joshi mengetahui bahwa rumah ayah mertua yang ia dan suaminya tempati sekarang tidak memiliki toilet karena tradisi dan budaya yang melarang untuk melaksanakan aktivitas buang air di dalam rumah. Tradisi dan budaya yang dijunjung tinggi keluarga Keshav Sharma dan orang-orang di desanya bahkan mengharuskan kaum perempuan untuk berjalan jauh untuk melakukan aktivitas tersebut di alam terbuka. Jaya Joshi, yang berasal dari keluarga modern dan memberikan pendidikan tinggi bagi anak perempuannya, lantas memberikan ultimatum kepada suaminya untuk segera membangun toilet untuknya. Sebuah permintaan yang kemudian memicu pertentangan dari ayah Keshav Sharma, Pandit Vimalnath Sharma (Sudhir Pandey), dan para petinggi adat di desa tersebut.

Toilet: Ek Prem Katha memulai pengisahannya dengan kualitas cerita yang kurang begitu meyakinkan. Paruh pertama dari film ini sepenuhnya dihabiskan untuk memaparkan kisah cinta yang terbentuk antara karakter Keshav Sharma dan Jaya Joshi – mulai dari perkenalan, pertengkaran hingga akhirnya keduanya benar-benar dikisahkan saling jatuh cinta dan kemudian memutuskan untuk menikah. Terasa seperti kisah cinta yang terlalu sederhana dan kurang esensial untuk dipaparkan dalam durasi pengisahan yang (terlalu) lama. Beruntung, secara perlahan, Toilet: Ek Prem Katha mulai menemukan pijakan pengisahannya yang lebih tepat. Ketika konflik utama mulai mengalir dalam jalan cerita film – yang berhubungan dengan konflik yang terbentuk antara kedua karakter utama dengan masalah-masalah adat, budaya dan tradisi yang harus mereka hadapi – di saat itu pula Toilet: Ek Prem Katha menemukan ritme pengisahan yang menarik sekaligus mengikat untuk terus diikuti.

Seperti halnya pk (Rajkumar Hirani, 2014), naskah cerita garapan Siddharth Singh dan Garima Wahal kental akan satir mengenai kondisi sosial masyarakat India dalam menghadapi tatanan agama, budaya, adat dan tradisi yang telah mereka pertahankan selama ratusan (ribuan?) tahun. Singh dan Wahal berhasil memaparkan pandangan mereka dengan berani sekaligus cerdas. Pemaparan tentang agama, budaya, adat dan tradisi tersebut bahkan berhasil dikembangkan menjadi sebuah perbincangan mengenai posisi kaum perempuan dalam masyarakat India. Terdengar terlalu serius? Singh dan Wahal membungkusnya dengan balutan nada pengisahan komikal yang nyaman dan sangat menghibur. Di saat yang bersamaan, naskah cerita Toilet: Ek Prem Katha juga tidak begitu saja melupakan kisah romansa yang terjalin antara kedua karakter utamanya. Kisah romansa yang awalnya terasa datar tersebut secara perlahan mampu dikembangkan dengan baik menjadi kisah jalinan percintaan yang penuh intrik namun tetap mampu tampil dengan penuh kesederhanaan.

Pengarahan Shree Narayan Singh (Yeh Jo Mohabbat Hai, 2012) juga memberikan kontribusi pengisahan yang maksimal terhadap Toilet: Ek Prem Katha. Selain mampu menggarap deretan adegan dengan kualitas produksi yang maksimal – termasuk mengisi adegan-adegan filmnya dengan lagu-lagu yang akan dengan mudah menempel di kepala para pendengarnya, Singh sukses menyajikan penceritaan film dengan ritme pengisahan yang tepat. Banyaknya karakter, plot dan intrik yang disajikan naskah cerita Toilet: Ek Prem Katha mungkin kadang terasa berlebihan. Proses penyelesaian konflik yang terkesan terlalu mentah dan terburu-buru juga membuat film ini kurang berhasil untuk hadir dengan tingkatan emosional yang lebih mendalam. Namun, terlepas dari berbagai kelemahan penceritaan tersebut, Singh berhasil menghadirkan garapan penceritaan yang membuatnya filmnya tidak pernah terasa menjemukan bahkan dengan durasi pengisahan yang mencapai 155 menit.

Tentu saja, dukungan departemen akting yang solid juga semakin memperkuat kualitas penampilan Toilet: Ek Prem Katha. Berperan sebagai pasangan suami istri dengan latar budaya dan pemikiran yang berbeda, Kumar dan Pednekar mampu hadir dengan chemistry yang sangat meyakinkan. Kumar dengan jeli menterjemahkan sosok karakternya yang mengalami berbagai perubahan pandangan hidup. Begitu juga dengan Pednekar yang hadir sebagai sosok wanita cerdas dengan tingkat kemauan yang begitu sukar untuk ditentang. Dua penampilan yang jelas terasa begitu istimewa. Selain Kumar dan Pednekar, Toilet: Ek Prem Katha juga diisi penampilan-penampilan akting lain yang sama istimewanya dari Pandey yang tampil sebagai sosok ayah yang tetap keras mempertahankan pandangan tradisi dan budayanya, Divyendu Sharma yang berperan sebagai adik dari karakter Keshav Sharma dan Anupam Kher yang sering hadir dengan penampilan yang menghibur. Toilet: Ek Prem Katha memang tidak selalu lancar dalam pengisahannya – kadang terasa begitu bertele-tele dan kadang sering dihinggapi terlalu banyak intrik. Namun, dengan pengarahan cerita yang kuat, film ini berhasil tampil menjadi sebuah presentasi yang jelas akan meninggalkan kesan mendalam bagi setiap penontonnya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.