Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Benni Setiawan (Toba Dreams, 2015) berdasarkan buku yang berjudul sama karya Achi TM, Insya Allah Sah berkisah tentang pertemuan yang tidak disengaja antara Silvi (Titi Kamal) dengan Raka (Pandji Pragiwaksono) ketika mereka terjebak di dalam sebuah lift yang sedang bermasalah. Dalam kepanikannya, Silvi lantas bernazar bahwa jika ia dapat keluar dengan selamat maka ia akan berubah menjadi sosok muslimah yang lebih taat akan aturan dan perintah Tuhan. Tidak lama setelah ia mengucapkan nazar tersebut, pintu lift pun terbuka dan Silvi dapat bertemu kembali dengan kekasihnya, Dion (Richard Kyle). Kejadian tersebut bahkan mendorong Dion untuk segera melamar Silvi. Tanpa disangka-sangka, Raka, seorang sosok pemuda yang lugu dan religius, kemudian menghubungi Silvi dan terus mengingatkannya akan nazar yang telah ia ucapkan. Dorongan Raka agar Silvi segera menjalankan nazarnya secara perlahan mulai mengganggu kehidupan Silvi dan rencana pernikahannya dengan Dion.
Insya Allah Sah sebenarnya memiliki premis yang cukup menarik. Premis tersebut awalnya mampu dikembangkan Setiawan dengan baik dan sangat, sangat menghibur. Awal perkenalan penonton dengan para karakter dalam jalan cerita film serta pengenalan deretan konflik yang kemudian mewarnai kehidupan mereka berhasil disampaikan dengan energi komikal yang cukup kental. Sayangnya, secara perlahan, Insya Allah Sah kemudian kehilangan arah penceritaannya – atau lebih tepatnya gagal untuk mendapatkan pengembangan konflik yang lebih kuat lagi. Hasilnya, menit demi menit perjalanan durasi film ini kemudian hanya mampu bertumpu pada kekonyolan yang terjadi akibat konfrontasi antara karakter Silvi dan Raka – yang juga secara perlahan mulai terasa membosankan – dan membuang potensi yang sebenarnya terdapat pada sisi drama dalam hubungan karakter Silvi dan Dion.
Selain penceritaan yang berjalan begitu monoton, karakter-karakter utama dalam jalan cerita Insya Allah Sah juga terasa sebagai karakter-karakter berdimensi tunggal dengan karakteristik yang tidak pernah mendapatkan pendalaman secara lebih baik. Jelas cukup sulit untuk mengharapkan penonton untuk memberikan simpati atau menjalin hubungan emosional pada karakter-karakter yang di sepanjang film hanya diberikan karakter sebagai sosok wanita dengan tingkat emosional yang meledak-ledak atau sosok pria lugu yang semakin lama terasa terus memaksakan kehendaknya atau sosok pria yang terlihat selalu ragu dengan keputusan maupun tindakannya. Pengarahan Setiawan, sayangnya, juga tidak cukup banyak membantu. Alur pengisahan film tampil dengan ritme yang seringkali terasa begitu acak. Tampil cepat di beberapa bagian dan tertatih-tatih dalam penyampaian di bagian lain.
Meskipun karakter mereka tampil cukup dangkal, Kamal dan Pragiwaksono harus diakui mampu memberikan penampilan akting yang cukup memuaskan. Pragiwaksono, khususnya, mampu memanfaatkan kemampuan komikalnya dengan baik untuk menjadikan karakter Raka yang ia perankan begitu menonjol (dan cukup mengganggu). Sementara itu, Kyle terlihat cukup nyaman dan santai dengan perannya yang tidak membutuhkan kemampuan dramatisasi yang berlebihan – walaupun penampilannya masih terlihat cukup kaku dan dengan chemistry yang terlampau datar dengan para pemeran pendampingnya. Penampilan singkat dari nama-nama seperti Fitri Tropica, Tanta Ginting, Ira Maya Sopha, Deddy Mizwar, Lydia Kandou hingga Reza Rahadian (Yes! That Reza Rahadian) yang berseliweran pada berbagai adegan Insya Allah Sah juga cukup mampu memberikan hiburan tersendiri bagi penonton.
Rating :