Mereka yang pernah berkunjung ke Thailand jelas akan merasa familiar dengan wilayah Siam Square – sebuah wilayah yang menjadi pusat hiburan dan perbelanjaan yang terletak di ibukota Negara Gajah Putih tersebut. Namun, film Siam Square yang menjadi debut pengarahan layar lebar perdana bagi sinematografer Pairach Khumwan – setelah sebelumnya mengarahkan sebuah segmen cerita dalam film Love, Not Yet (2011) – bukanlah film yang ingin mengisahkan lokasi tersebut sebagai sebuah tempat wisata. Siam Square justru tampil sebagai sebuah film horor yang ingin berkisah tentang misteri kelam nan terselubung dari lokasi yang juga dikenal sebagai wilayah tempat bergaul dan berkumpulnya para remaja Bangkok itu. Well… atau begitulah harapan yang sebenarnya ingin dicapai Khumwan bagi film ini.
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Khumwan bersama Ekaraj Monwat, Teepanun Petchsri dan Chanchana Homsap, jalan cerita Siam Square dimulai dengan memperkenalkan tiga orang pemuda yang tergabung dalam kelompok Ghost Your Dad dan sering mengunggah berbagai video bernuansa horor ke saluran YouTube mereka, Mon (Nathasit Kotimanuswanich), Newton (Atikhun Adulpocatorn) dan Moowahn (Pleum Purim Rattanaruangwattana). Ketiganya kini sedang dalam misi untuk mencari tahu tentang kebenaran rumor mengenai sosok gadis yang menghilang secara misterius 30 tahun yang lalu dan dikabarkan sering menghantui jalanan di sekitar wilayah Siam Square. Tidak hanya berhasil “bertemu” langsung dengan sang gadis misterius, kehidupan ketiga pemuda tersebut kemudian diwarnai teror ketika gadis misterius tersebut datang dan menghantui mimpi-mimpi mereka. Kini, mereka harus menemukan cara untuk menghentikan teror sang gadis misterius sebelum hidup mereka menjadi korbannya.
Siam Square sendiri bukanlah sebuah film yang naskah ceritanya murni hadir dalam pengisahan horor secara keseluruhan. Selain berkisah mengenai teror sosok gadis misterius yang menghantui Siam Square, film ini juga bercerita tentang kisah persahabatan antara karakter-karakternya – yang berjumlah SEPULUH karakter – serta beberapa kisah romansa yang terjalin diantara mereka. Sayangnya, naskah cerita Siam Square tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menampung sekaligus mengembangkan deretan plot cerita serta karakter tersebut. Hasilnya, banyak diantara plot penceritaan Siam Square hadir dengan kualitas yang begitu dangkal dan gagal untuk tampil menarik. Hal yang sama juga terjadi pada karakter-karakter dalam jalan cerita film ini. Dengan penampilan yang hampir serupa satu sama lain, dan dengan minimnya pemberian latar belakang penceritaan pada kebanyakan karakter, penonton bahkan akan lebih disibukkan untuk berusaha mengingat nama dan wajah dari setiap karakter daripada berusaha untuk mengikuti jalan cerita mereka. Seriously confusing.
Sebagai seorang sutradara, Khumwan bukannya tidak berusaha untuk menghadirkan pengisahan yang kuat bagi filmnya. Ketika Siam Square menjauh dari segala kisah drama remaja, dan memilih untuk berfokus pada penceritaan horornya, film ini sebenarnya mampu hadir dengan momen-momen yang menyenangkan. Namun, potongan-potongan kesuksesan Khumwan dalam menyajikan momen horor bagi Siam Square seringkali ditenggelamkan oleh besarnya porsi drama remaja dangkal yang begitu mengganggu. Khumwan setidaknya berhasil mendapatkan penampilan yang cukup meyakinkan dari deretan pengisi departemen akting filmnya – terlepas dari minimalisnya eksplorasi kisah setiap karakter. Begitu pula dengan kualitas departemen produksi yang setidaknya beberapa kali berhasil menghadirkan atmosfer horor yang cukup mencengkeram.
Rating :