Review

Info
Studio : SAS Films
Genre : Thriller
Director : Joel Fadly
Producer : Devi Monica
Starring : Prisia Nasution, Ivanka Suwandi, Lenny Charlotte, Aureli, Otig Pakis, Agung Saga

Selasa, 09 Mei 2017 - 14:24:56 WIB
Flick Review : Membabi-buta
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2142 kali


Prisia Nasution menghabiskan paruh awal 2017 untuk tampil dalam film-film dari genre horor. Setelah film produksi Malaysia, Interchange (Dain Iskandar Said, 2016), yang dirilis terbatas di layar bioskop Indonesia awal tahun ini dan kemudian disusul dengan The Curse (Muhammad Yusuf, 2017), hattrick Nasution dalam membintangi film horor di tahun ini hadir lewat Membabi-buta. Merupakan film yang menjadi debut pengarahan film layar lebar bagi Joel Fadly, naskah cerita Membabi-buta yang digarap oleh Anggi Septianto (Algojo: Perang Santet, 2016) sendiri tidak memiliki cukup konflik untuk mengisi banyak ruang penceritaan film ini. Beruntung, Fadly menyimpan beberapa amunisi dari teknik pengarahannya yang mampu membuat Membabi-buta setidaknya tidak pernah terasa membosankan terlepas dari berbagai kelemahan presentasi ceritanya.

Dalam Membabi-buta, Nasution berperan sebagai Mariatin, ibu dari seorang anak perempuan bernama Asti (Aureli) yang baru saja diterima bekerja sebagai asisten rumah tangga bagi pasangan kakak beradik, Sundari (Ivanka Suwandi) dan Sulasmi (Lenny Charlotte). Meskipun sering menerima perlakuan dingin baik dari Sundari maupun dari Sulasmi dalam kesehariannya, Mariatin berusaha untuk terus bertahan dan tetap bekerja demi menafkahi anak satu-satunya. Namun, secara perlahan, Mariatin mulai menemukan deretan keanehan yang seringkali terjadi di rumah tempat ia bekerja. Merasa bahwa keanehan-keanehan tersebut dapat mengusik atau malah mengancam kehidupannya dan Asti, Mariatin memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Sayang, belum sempat melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut, Sundari dan Sulasmi telah bersiap untuk menghalangi kepergiannya.

Membabi-buta sebenarnya memiliki potensi cerita yang cukup menjanjikan – bahkan dengan tanpa harus mengikutsertakan label “berdasarkan kisah nyata” yang dicantumkan dalam setiap materi promosi film ini. Namun, minimnya pengembangan konflik dan karakter pendukung yang tersaji dalam 77 menit durasi pengisahan film ini seringkali membuat Membabi-buta terasa berjalan begitu monoton – khususnya pada dua paruh awal pengisahan dimana bangunan cerita tampil seperti sebuah rutinitas yang dilakukan berulang-ulang. Akibatnya, Membabi-buta hadir dengan potongan-potongan misteri yang kurang berhasil tampil dinamis. Beruntung, tiga karakter utama dalam film ini masih mampu diberikan latar belakang pengisahan yang layak sehingga, ketika jalan cerita terasa berjalan di tempat, karakter-karakter tersebut masih mampu untuk hadir dan mempertahankan rasa ketertarikan penonton untuk mengikuti kisah mereka.

Pengarahan Fadly yang cukup mumpuni juga berhasil menjaga ritme pengisahan Membabi-buta untuk tetap mengalir dengan lancar. Transisi jalan cerita yang awalnya murni bernuansa thriller dan kemudian berubah menjadi slasher secara utuh memang terkadang terasa tersendat. Adegan final dimana sang karakter utama menghadapi para karakter antagonis juga terasa kurang terolah dengan baik dan mencapai klimaks terlalu cepat. Kurang “berdarah.” Meskipun begitu, dengan segala keterbatasan penceritaan yang ada, pengarahan Fadly setidaknya berhasil untuk menahan presentasi Membabi-buta untuk terpuruk lebih dalam. Kualitas produksi film sendiri hadir dalam kualitas yang memuaskan. Tidak istimewa namun garapan Fadly untuk adegan-adegan slasher dalam film ini jelas akan mampu membuat setiap penonton menahan nafas mereka.

Penampilan Nasution bersama dengan dua pemeran utama lainnya, Suwandi dan Charlotte, juga menjadi kunci mengapa Membabi-buta masih mampu tampil atraktif. Nasution hadir dengan penampilan yang, setidaknya, jauh lebih baik dari apa yang ia hadirkan dalam The Curse. Dan meskipun realisasi yang dilakukan Suwandi terhadap karakter Sundari yang ia perankan terkadang terasa berlebihan, penampilannya bersama dengan Charlotte hadir cukup memikat. Membabi-buta juga menghadirkan penampilan pendukung dari Otig Pakis dan Agung Saga yang, sayangnya, tidak diberikan bagian pengisahan yang lebih luas maupun mendalam. Secara keseluruhan, terlepas dari kelemahan dan kurang matangnya penggarapan di beberapa bagian cerita, Membabi-buta masih cukup layak untuk dinikmati

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.