Review

Info
Studio : Image Nation Abu Dhabi/Likely Story/Playtone
Genre : Drama, Sci-Fi, Thriller
Director : James Ponsoldt
Producer : Anthony Bregman, Gary Goetzman, Tom Hanks, James Ponsoldt
Starring : Emma Watson, Tom Hanks, John Boyega, Karen Gillan, Ellar Coltrane

Jumat, 05 Mei 2017 - 11:37:24 WIB
Flick Review : The Circle
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2412 kali


Dari permukaan, The Circle terlihat sebagai sebuah thriller cerdas bernuansa satir tentang kondisi masyarakat dunia pada era maraknya media sosial di internet. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dave Eggers, dengan pengarahan dari James Ponsoldt yang meraih banyak pujian dari kritikus film dunia lewat film-filmnya seperti Smashed (2012), The Spectacular Now (2013), dan The End of the Tour (2015), serta dibintangi nama-nama seperti Tom Hanks, Emma Watson, dan (menjadi film terakhir yang dibintangi oleh) Bill Paxton, The Circle memiliki seluruh formula yang dapat menjadikannya sebagai sajian yang tidak hanya cerdas namun dapat memikat perhatian setiap penontonnya. Sayangnya, deretan formula tersebut berakhir hambar dalam eksekusi Ponsoldt dan membuat The Circle berakhir sebagai sebuah film yang begitu membosankan.

The Circle memulai pengisahannya ketika Mae Holland (Watson) diterima bekerja sebagai petugas pelayanan pelanggan di sebuah perusahaan berbasis internet besar bernama The Circle yang dipimpin oleh Eamon Bailey (Hanks) dan Tom Stenton (Patton Oswalt). Berasal dari keluarga yang sederhana dan seorang ayah, Vinnie Holland (Paxton), yang sedang menderita sebuah penyakit yang pengobatannya membutuhkan biaya yang cukup besar, Mae jelas merasa sangat beruntung untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Dengan kecerdasan dan ketekunannya, Mae secara perlahan berhasil mendapatkan perhatian para pimpinan perusahaannya. Ketika The Circle akan merilis sebuah produk baru, sebuah kamera berukuran kecil yang terhubung ke internet dan dijanjikan dapat menjadi alat yang memantau setiap pergerakan yang ada di atas muka Bumi, Mae memilih untuk bereksperimen dengan alat tersebut dengan membuat hidupnya menjadi tontonan langsung bagi setiap orang. Awalnya, eksperimen tersebut berjalan lancar – Mae meraih popularitas dan The Circle menjadi perusahaan dengan pengaruh yang semakin besar di masyarakat. Namun, popularitas Mae di internet mulai mengambil alih kehidupan pribadinya dan membuatnya menjadi terasing dari orang-orang yang dahulu dekat dengan dirinya.

Permasalahan terbesar dari The Circle terletak pada naskah ceritanya. Premis yang ditawarkan Ponsoldt dan Egger sebenarnya cukup menarik dan jelas merupakan bahasan yang sangat familiar bagi banyak orang di era kemajuan  internet ini. Sayangnya, dengan durasi penceritaan sepanjang 110 menit, The Circle tidak lebih dari sekedar pengisahan (baca: peringatan) dari para pembuat filmnya bahwa membuka diri atau berbagi terlalu banyak hal di internet adalah suatu kegiatan yang berbahaya. Hal tersebut hadir akibat pengolahan konflik cerita yang begitu monoton. Beberapa konflik bahkan tersaji dengan kurang matang yang membuat banyak bagian pengisahan berjalan begitu datar. Kedataran pengisahan The Circle juga tercermin pada deretan karakter-karakternya. Tidak satupun karakter yang hadir dalam jalan cerita The Circle tampil dengan kompleksitas yang membuat mereka layak untuk diikuti kisahnya. Dan, juga senasib dengan beberapa konflik cerita film ini, banyak karakter pendukung tampil dengan motif pengisahan yang tidak begitu jelas.

Yang paling mengecewakan jelas adalah cara Ponsoldt dalam mengarahkan The Circle. Dengan naskah cerita yang memiliki premis menjanjikan namun pengembangan yang begitu dangkal, pengarahan Ponsoldt malah terasa semakin membuat kualitas pengisahan The Circle terasa begitu terpuruk. Ritme penceritaan hadir berantakan dengan tanpa ada usaha sedikit lebih kuat untuk memberikan emosi atau kehidupan pada film ini. Seperti yang dapat dirasakan dalam Smashed atau The Spectacular Now, pengarahan Ponsoldt memang terasa lebih efektif ketika menangani konflik-konflik personal dalam sebuah jalan penceritaan. Hal tersebut dapat dirasakan dalam pengisahan hubungan karakter Mae Holland dengan kedua orangtuanya atau dengan sahabat kuliahnya, Annie Allerton (Karen Gillan). Namun, dengan porsi penceritaan yang berukuran minim jika dibandingkan dengan konflik utama yang berusaha disajikan The Circle, jelas detak kehidupan dari kisah personal karakter Mae Holland tersebut terasa tenggelam dan berlalu begitu saja.

Dan, beriringan dengan kualitas penceritaan dan pengarahan film, penampilan akting para pengisi departemen akting The Circle juga hadir dengan kualitas medioker. Watson, Hanks, dan Oswalt sama sekali tidak terlihat antusias dengan karakter yang mereka perankan – kehadiran Watson bahkan sering terasa sebagai sebuah kesalahan pemilihan pemeran bagi karakter Mae Holland. Talenta John Boyega dan Ellar Coltrane bahkan terbuang dengan percuma oleh karakter yang sama sekali tidak memiliki peran yang cukup berarti dalam jalan cerita film ini. Penampilan Gillan dan Paxton mungkin adalah dua penampilan yang cukup berarti untuk disaksikan. Keduanya hadir dengan alur pengisahan yang minimalis namun tetap mampu memberikan energi sekaligus kehangatan dalam penampilan karakter mereka. Suatu kualitas yang terasa hilang dari penampilan para pemeran lain atau bahkan dari kualitas penceritaan film ini secara keseluruhan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.